Chapter 14

137 37 17
                                    

"Syaratnya adalah; berjanjilah untuk tidak pernah mendengarkan kritikan mereka tentang kau dan aku. Ini adalah kita. Kau dan aku. Bukan mereka. Dengar, kau adalah segalanya bagiku saat ini dan nanti dan selamanya. Kumohon, jangan berubah karena orang lain, jadilah dirimu, jadilah kita. Kita yang menjalankan, mereka tidak tahu apa-apa tentang betapa istimewanya kau di mataku, betapa berharganya hubungan kau dan aku sekarang. Aku menyayangimu, Bëlla,"

 
 
Matanya berbinar dan satu kedipan itu meneteskan satu air yang tidak kusukai; tear. Pun aku mengusap lembut pipinya yang basah. Kenapa dia harus menangis?

 
 
"Aku juga menyayangimu, Zayn,"

 
 
"'Juga'? Sayang bukanlah sesuatu yang harus dibalas, melainkan harus dirasakan bersama,"

 
 
"Kau ini kenapa menjadi puitis sekali?" tanyanya sambil meninju tanganku pelan. Dan ada tawa.

 
 
"Aku tidak tahu. Aku terhipnotis olehmu,"

 
 
Kemudian dia merona.

 
 
"Aku mencintaimu, Zayn Malik,"

 
 
"Aku mencintaimu, Bëlla Fox,"

 
 
***

 
 
14 April 2020

 
 
Hari ini aku tidak berangkat bersama Bëlla, dia ada kelas pagi tadi, sekitar pukul 6. Aku mana mungkin bisa pergi pukul itu, aku mengantuk. Jadi, aku mencari-cari Bëlla saat ini karena ponselnya sangat sulit sekali kuhubungi. Tapi pesanku terkirim.

 
 
Aku masih mencarinya, beberapa gedung sudah kulewati demi mencarinya. Dia tidak ada. Gadis berbaju gila itu datang menghampiriku.

 
 
"Zayn Malik," sapanya seraya mengedipkan mata padaku.

 
 
Chloe.

 
 
"Ada apa, Chloe? Apa kau melihat Bëlla?" tanyaku langsung daripada dia terus-terusan berada di sampingku.

 
 
"Duduk dulu?" ajaknya dan aku menurutinya saja duduk di kursi panjang dekat Fakultas Hubungan Internasional ini.

 
 
"Ada apa? Ada yang ingin kau bicarakan?" tanyaku, kenapa aku selalu bertanya?

 
 
"Aku tahu ini memuakkan. Aku hanya ingin mengingatkanmu sesuatu,"

 
 
"Apa?"

 
 
"Besok sudah tanggal 15. Kau mau menemui Perrie?"

 
 
Kuputar mataku penuh amarah, tapi mana mungkin aku meluapkan amarahku di sini. Chole masih saja menatapku sayu penuh kasihan, jauh dalam lubuk hatiku aku memang merasakan itu, aku sedih. Hatiku perih.

 
 
"Ya. Aku akan menemuinya. Kau ikut?"

 
 
"Tidak. Kau pasti bersama Bëlla, 'kan?"

 
 
"Ya. Dia targetku, Chloe,"

 
 
Mata Chloe membulat penuh dan dia menutup mulutnya kaget, aku tahu ini gila, tapi ini sudah keputusanku, dari awal. Chloe menggeleng-geleng tidak percaya sementara dalam hatiku semakin yakin Bëlla adalah targetku. Aku bahkan merasa sangat tidak peduli bahwa Bëlla adalah sahabatku, pacarku.

 
 
"Astaga, kau serius? Zayn, jangan konyol. Bëlla adalah orang yang setia bersamamu selama ini, selama lebih dari setengah hidupmu. Jangan seperti itu, aku bisa melihatnya kalau dia sangat tulus terhadapmu. Jika kau melakukan itu, apa maksud kau memacarinya akhir-akhir ini? Apa maksud kau memanggilnya 'Sayang'? Apa maksud kau memanjakannya? Itu bisa sangat menyakitkan. Aku tahu kalau aku bukan perempuan baik-baik, tapi aku juga masih perempuan, Zayn. Jika seseorang melakukan hal yang sama, aku akan sangat sakit,"

 
 
Sebenarnya aku tidak terlalu membenci Chloe, hanya saja dia sekarang ini menjadi liar. Dan kadang tidak tahu diri jika dia ingin memenuhi hasratnya.

 
 
"Aku sudah memutuskannya, Chloe. Aku akan melakukan ini pada Bëlla, aku sudah yakin. Kau melihatnya? Kau melihat Bëlla?"

 
 
"Perpustakaan 4 bersama Louis Tomlinson,"

 
 
What?

 
 
Aku segera pergi penuh benci, Chloe yang sempat menahankupun berhasil aku tangkis. Bëlla benar-benar sudah membuatku muak karena sudah melanggar aturanku. Keinginanku untuk melakukan ini padanya sudah tidak bisa aku tahan, rasanya ingin hari ini saja aku melakukannya. Tapi, Perrie.. gadis itu pasti sangat akan kecewa padaku jika aku tidak melakukannya tepat waktu. Aku terus berjalan terengah-engah sampai aku mendengar mahasiswa lain mengataiku aneh dan terlalu rusuh. Mereka hanya tidak tahu kalau aku sangat amat marah saat ini.

 
 
"Bëlla?" panggilku saat aku sudah sampai di sini, Perpustakaan 4.

 
 
Louis Tomlinson ikut bangkit bersamaan dengan Bëlla yang memasang ekspresi kangetnya, rasanya aku ingin benar-benar melakukan itu saat ini juga.

 
 
Kau tahu? Dikhianati itu sangat menyakitkan.

 
 
"Zayn? Ini.. aku.."

 
 
"Jangan mengekangnya, Zayn. Aku sekarang tahu yang sebenarnya kenapa kau tidak ingin aku berdekatan dengan Bëlla, kau cemburu dan seharusnya kau bilang saja padaku waktu itu. Jadi, aku dan Bëlla tidak akan ada salah paham seperti kemarin-kemarin," kata Louis sembari menatapku penuh kemenangan, rasanya aku ingin mencongkel matanya saja.

 
 
"Tutup mulutmu, Louis!"

 
 
"Zayn, aku bisa membicarakannya," kata Bëlla setelah aku berbicara tadi. Dia berkeringat.

 
 
"Iya, Sayang. Tentu kau bisa membicarakannya. Ikut denganku," kataku penuh muak melihatnya yang hampir menangis.

 
 
Aku terlalu sakit dan kesal.

 
 
Aku menarik Bëlla dari tempat biadab ini dan membawanya entah ke mana, actually. Sampai aku dan Bëlla di sebuah tempat, penuh pepohonan, hening.

 
 
"Zayn.." lirihnya yang saat ini benar-benar sedang menangis. Sebenarnya aku kasihan, tapi aku benci padanya.

 
 
"Kau menyebalkan,"

 
 
"Zayn, aku tahu. Louis selalu mengikutiku karena dia sangatlah ingin jawaban yang sebenarnya dariku. Kau tahu? Dia punya nilai tertinggi di kelas Psikologi, aku tahu kalau dia bisa melihat ekspresiku kalau aku berbohong,"

 
 
"Caranya? Dia memerhatikanmu, Bëlla. Apa kau haus perhatian? Apa kurangku?"

 
 
Dia membuang wajah meskipun sebenarnya aku muak menanyakan hal itu.

 
 
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Zayn?"

 
 
"Karena kau menyebalkan,"

 
 
"Ya. Aku tahu. Maafkan aku,"

 
 
Aku tertawa hambar sementara Bëlla memerhatikanku penuh heran, "sulit bagiku untuk memaafkanmu, Bëlla. Sulit. Aku ingin memberitahumu sesuatu,"

 
 
"Apa? Syarat ke empat belasku? Oh, besok kau akan memberitahuku, 'kan? Apa itu?"

 
 
"Katakan bahwa kau mencintaiku,"

 
 
"Itu saja?"

 
 
"Dan kau akan melakukan apapun yang kumau,"

 
 
Dia mengernyitkan dahinya penuh heran.

 
 
"Aku mencintaimu. Dan aku akan melakukan apapun yang kau mau,"

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
***

 
 
Cie, hampir putus. Cie.

Fifteen ≠ zjmWhere stories live. Discover now