Chapter 11

130 33 11
                                    

11 April 2020

 
 
Kampus terlihat penuh warna pagi ini, belum lagi ditambah Bëlla yang tidak pernah lepas dari pelukanku; dan yang terus tersenyum tentunya.

 
 
"Selamat belajar, Sayang," ucapku saat kami harus berbeda kelas ke dua ini.

 
 
"Kau juga, ya. Jangan pernah memandang anugerah istimewa wanita lainnya. Itu syarat pertamamu, Malik," katanya mengejekku. Sialan.

 
 
"Kau juga, Fox. Jangan berbicara lagi dengan Louis Tomlinson. Kau ingat? Kau satu kelas dengannya saat ini," peringatku dan dia hanya mengangkatkan satu jempolnya, kemudian masuk ke dalam kelas.

 
 
Kulangkahkan kakiku menuju kelas Biologi. Dan aku bertemu Chloe.

 
 
"Hei, Zayn. Rasanya sudah sangat lama sekali kau tidak datang rumah pestaku,"

 
 
"Bilang saja pada intinya, Chloe," ucapku ketus karena aku benar-benar tidak menyukainya.

 
 
"Ah, kau ini pemarah sekali semenjak kejadian itu," katanya yang semakin membuatku jengkel, "malam ini, ya? Kutunggu kau bersama Bëlla juga,"

 
 
"Ya, aku akan datang,"

 
 
•••

 
 
"Malam ini?" tanya Bëlla saat aku memberitahunya soal Chloe tadi sore.

 
 
"Iya, Sayang. Memangnya ada apa?"

 
 
"Aku harus belajar Astronomi. Kau tahu sendiri kalau aku sudah tidak lagi satu kelompok dengan Louis yang kuakui pintar—"

 
 
"Jangan memuji Louis Tomlinson. Di depanku,"

 
 
"—dan sekarang aku mendapatkan teman kerja baru yaitu Selena, kau tahu sendiri kalau dia itu ratu karaoke, dia pasti menghabiskan waktunya untuk karaoke ketimbang bekerja bersamaku. Dia bahkan rela memberikan mobilnya untukku karena aku mengerjakannya sendiri, tapi aku menolak,"

 
 
"Anak bodoh,"

 
 
"Aku serius, Zayn,"

 
 
"Aku akan membantumu mengerjakan tugasnya. Besok libur dan akan kita habiskan untuk mengerjakan tugasmu, tapi, kau harus ikut malam ini. Kau tahu, aku merindukan itu," kataku sambil mengangkatkan kedua alis khas Timur Tengahku.

 
 
"Kau ini," katanya sambil memukul pelan dadaku, ugh.

 
 
"Aku jujur dan terbuka untukmu, Sayang," ucapku. Tulus.

 
 
"Baiklah, aku mau. Kau akan menjemputku pukul berapa?"

 
 
"Siapa yang bilang aku akan menjemputmu?"

 
 
Kulihat Bëlla mengernyitkan keningnya malu, pipinya memerah dan dia memajukan bibirnya. Astaga, seperti ingin kucium saja.

 
 
"Kalau begitu, aku tidak akan datang," katanya sambil melipat tangan di depan dada dan membelakangiku.

 
 
Gemas.

 
 
"Oke, oke. Aku akan menjemputmu pukul setengah delapan. Tidak lebih dan tidak kurang,"

 
 
Dia membalikkan lagi tubuhnya dan mengajakku handtoast.

 
 
***

 
 
Malamnya saat aku dan Bëlla sampai di rumah Chloe, kami langsung masuk dan disapa ramah oleh yang punya rumah juga teman-teman bergaulnya. Bëlla yang tersohor kaku di kampuspun disambut ramah seolah gadis ini seorang Ratu Pesta.

 
 
"Hai, kalian. Nikmati dulu saja pestanya, jika ada sesuatu yang kalian inginkan, katakan saja padaku. Jangan sungkan-sungkan," kata Chloe.

 
 
"Ya, Chloe. Kau selalu ramah padaku," kata Bëlla yang tidak kalah ramahnya.

 
 
Kemudian Chloe dan teman-temannya itu meninggalkanku dan Bëlla. Musik yang bertendum kencang menyeruak ke seluruh telingaku dan berkuasa di sana.

 
 
I gotcha!

 
 
"Bëlla, Sayang," panggilku saat Bëlla sedang melihat-lihat suasana sekitar.

 
 
"Ada apa, Zayn?"

 
 
"Jika aku memberimu syarat, sekarang syarat yang ke berapa?"

 
 
"Sebelas," jawabnya cepat.

 
 
Ah, sisa lima lagi. Aku harus memanfaatkannya.

 
 
"Menarilah untukku, Sayang,"

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 

 
 
***

 
 
Yawla maapin aim bikin beginian.

 
 
Coba dikomentari ceritanya.

Fifteen ≠ zjmWhere stories live. Discover now