Chapter 15

183 36 25
                                    

15 April 2020
Bëlla's POV

 
 
Aku di sini. Taman. Buku. Musik. Sendirian.

 
 
Aku terus menghubungi nomor Zayn dan beberapa aplikasi yang menyambungkanku dengannya, tapi nihil. Sekarang sudah pukul tiga sore. Louis masih sering memintaku untuk tetap bersamanya, tapi aku tidak bisa. Mengingat Zayn kemarin seperti sangat membenciku saat tahu kalau aku bersama Louis, aku jadi tidak mau berdekatan dengan Louis lagi, meskipun rasanya sulit.

 
 
Bodoh.

 
 
Aku baru ingat.

 
 
Hari ini adalah tanggal 15, tentu saja Zayn tidak ada. Aku jadi tidak sabar apa yang sebenarnya Zayn selalu lakukan. Dia berjanji kalau hari ini adalah hari dimana dia akan memberitahuku tentang satu hal ganjil ini.

 
 
Ponselku berdering dan nama Zayn ada di layar sana, aku bergegas mengangkatnya.

 
 
"Zayn?"

 
 
"Sayang,"

 
 
"Kau di mana?"

 
 
"Sayang,"

 
 
"Zayn? Kau baik-baik saja?"

 
 
"Tidak,"

 
 
"Kau di mana? Beritahu aku,"

 
 
"Rooftop,"

 
 
"Spesifik, Zayn Malik,"

 
 
"Gedung tua,"

 
 
"Oke. Aku ke sana,"

 
 
Bergegas aku membereskan semuanya, aku berlari gontai dan cepat-cepat menunggu taksi penuh kesal. Zayn bisa saja jauh lebih kesal lagi jika aku datang terlambat. Satu taksi bak dari Surga itu datang dan dengan cepat aku menaikinya, dan dengan rusuh aku meminta Supir untuk melajukannya cepat.

 
 
Langit yang gelap pertanda akan hujan itu membuatku takut serta ngeri, sedangkan Zayn sedang berada di rooftop gedung yang sudah tak layak pakai itu. Hujan masih juga belum turun dan kuharap akan terus seperti itu.

 
 
Aku sampai di sini dan segera menaiki tangga secepat yang aku bisa. Meskipun rasanya sangat pegal sekali, tapi sosok Zayn yang membelakangiku cukup membuatku sediki lega. Dia tidak apa-apa.

 
 
Aku masih mengatur napas, kulirik sekitar dan tas yang biasa Zayn pakai ke kampus tergeletak begitu saja di sampingku, pun aku menyimpan tasku juga di sana.

 
 
"Bëls," katanya bersuara tanpa membalikkan badannya.

 
 
"Zayn, apa yang terjadi?"

 
 
"Jangan mendekat!" katanya lantang saat aku baru saja melangkahkan kakiku. Ini membuatku semakin heran.

 
 
"Hei. Kau ada masalah?"

 
 
"Ya. Dan masalahku adalah kau,"

 
 
Tombak tajam menusuk dadaku saat Zayn mengatakan kalimat yang menghancurkanku itu. Aku mematung di tempat sementara Zayn masih menatap langit yang kian menggelap.

 
 
"Excuse me?"

 
 
"Sudah berapa kali aku pergi di tanggal 15, Bëls?" tanyanya yang membuatku ngeri, belum lagi suara gemuruh guntur di langit pertanda hujan akan segera turun.

 
 
"Sebentar lagi akan ada hujan, Zayn,"

 
 
"Jawab, Sayang,"

 
 
Aku meneguk liur, "engh.. enam puluh kali, Zayn. Dan hari ini.. tepat lima tahun. Ada apa? Apa Perrie ada di sini?"

Fifteen ≠ zjmWhere stories live. Discover now