Chapter 4

170 45 3
                                    

“Kau tidak boleh menghadiri frat party.. tanpa aku,” fuck.

 
 
Kulihat dia mengembangkan senyumannya yang kelewat manis, “jadi, kau mengizinkanku? Kau seperti kakakku,”

 
 
“Jika kau pergi bersamaku,” ralatku, oke, inipun pertama kalinya lagi aku menghadiri pesta.

 
 
Dia memelukku, dan bisa kurasakan dadaku agak basah, mungkin dia kembali menangis. Reflek, aku membalas pelukannya dan mengusap rambutnya lembut. Astaga, apa ini benar?

 
 
“Zayn?” panggilnya, aku menanggapinya dengan berdeham, “jadi, kita akan pergi malam ini?”

 
 
“Tidak, maksudku.. tidak malam ini,”

 
 
“Oke, kapanpun kau mau,”

 
 
“Bëlla?”

 
 
“Ya?”

 
 
“Maaf aku mengataimu Jalang,” ugh.

 
 
“Kau mengataiku Jalang, eh? Kapan?”

 
 
Astaga, Bëlla Fox.

 
 
“Tidak, lupakan,”

 
 
“Zayn, ih,” rengeknya, “apa benar kau mengataiku Jalang? Itu terdengar menyakitkan, Zayn. Andai aku mendengarnya,”

 
 
“Kau ingin aku mengulangnya? Aku ‘kan sudah meminta maaf, jadi, kau jangan sakit hati, oke?”

 
 
“Tidak, dan oke, aku maafkan,”

 
 

•••

 
 

–04 April 2020

 
 
Tiga syarat sudah aku berikan untuk Bëlla, dan ketiganya sudah kupastikan itu sangat amat mengekang Bëlla, dan aku tahu itu. Dan, tak ada dari ketiganya yang benar-benar memuaskanku, tak ada.

 
 
Kini, aku dan Bëlla sedang berada di Perpustakaan, mengantarnya untuk mencari buku Sejarah. Sialannya, aku harus bertatap muka dahulu dengan Chloe dan ketiga kawannya, karena Bëlla perlu bicara dengan mereka, dan aku menunggunya, menunggu Bëlla.

 
 
Tak lama, Bëlla kembali dan langsung menggenggam tanganku, ia mengiringku hingga ke taman. Dia simpan buku dan tasnya di atas rumput, setelah itu, ia memutar tubuhnya dan menatapku. Indahnya.

 
 
“Ada apa, Bëlla? Mengapa kau menatapku seperti itu? Aku bisa saja menciummu sampai kau menangis seperti saat itu,”

 
 
“Zayn!”

Aku dan Bëlla sedang berada di sebuah danau, tepatnya kami sedang berada di atas perahu, dan ini keinginan Bëlla. Dia terus meneriaki namaku kala aku yang terus saja menggoyang-goyangkan perahunya.

“Ada apa, Bëlla Fox?” tanyaku dengan nada menggoda, lalu kembali menggoyangkan perahunya, dia menjerit lagi.

“Zayn! Kumohon, hentikan! Ini tidak lucu! Bagaimana jika aku jatuh?! Kau tidak bisa berenang, Malik! Langit menggelap, aku harus pulang!” teriaknya seraya memperat genggamannya pada samping perahu, aku tertawa hingga aku sadar bahwa ucapan Bëlla ada yang benar. Aku tidak bisa berenang, ugh.

“Kita tidak akan pulang sebelum kau melakukan permintaanku,

“Apa? Katakan saja,

Fifteen ≠ zjmWhere stories live. Discover now