Part 3

3.5K 165 23
                                    

Fumi benar-benar tidak tahan dengan sikap Eri yang selalu kasar padanya, ingin sekali dia pindah dari kamar itu. Eri selalu membuatnya seperti diintimidasi, dia juga selalu menatapnya dengan tatapan singa lapar yang siap menerkam mangsanya disaat lengah. Daritadi malam Fumi demam, dan sekarang demamnya terasa semakin parah. Fumi memutuskan untuk tidak masuk sekolah. Lebih baik dia izin saja, daripada dia harus pingsan di kelas dan merepotkan orang lain.

Di asrama sekarang ada Shina dan Aoi. Shina membuatkan bubur untuknya dan Aoi menemaninya dan sesekali mengganti kain kompresan di dahinya. Sudah dua hari juga Eri tidak pulang ke asrama.

"Sepertinya kau semakin parah saja demamnya. Apa tidak sebaiknya kau berada di rumah sakit sekolah? Kau kan bisa dirawat disana dan bisa cepat sembuh Fumi." Aoi menyentuh dahi Fumi yang semakin panas.

"Ti-tidak usah, ini demam biasa saja. Biasanya kalau aku bawa tidur dan istirahat demamku akan turun." Sahut Fumi lemah, suaranya terdengar serak.

"Biasa apanya?? Kau semakin panas Fumi-chan!" Shina berucap khawatir melihat kondisi Fumi yang seperti ini.

"Sudah kalian tenang saja, kalian masuk saja. Kalian nanti ketinggalan pelajaran, kalau kalian ketinggalan pelajaran siapa yang akan menjelaskan pelajaran hari ini?" Fumi tersenyum lemah, berusaha menenangkan kedua sahabatnya yang khawatir padanya.

"Ah.. Fumi, kau ini sedang sakit, tapi kenapa masih sempat-sempatnya memikirkan pelajaran?" Aoi berteriak frustasi, dia mengacak-acak rambutnya kesal pada sahabatnya satu itu.

"Sudah-sudah kalian pergi saja. Aku akan baik-baik saja. Aku akan menghubungi kalian kalau terjadi sesuatu." Fumi tersenyum meyakinkan.

"Kau yakin?" tanya Shina tidak yakin. Fumi mengangguk mantap membuat Shina mendesah.

"Oke, kami tinggal kau sendiri, tapi kau harus janji, kalau terjadi sesuatu kau harus telpon kami." Sekali lagi Fumi mengangguk mantap.

"Kalau begitu, kami pergi dulu. Istirahatlah, dan jangan lupa kunci pintu, jangan biarkan orang lain masuk. Buburnya dimakan dan obatnya jangan lupa diminum, banyak minum air putih. Jangan banyak beraktifitas dan..." kata-kata Shina terptong saat Aoi menariknya keluar dari kamar Fumi.

"Sudah, Fumi mengerti semua apa yang harus dia lakukan dan tidak harus dia lakukan. Sekarang kita keluar dan biarkan dia beristirahat." Aoi menarik Shina hingga depan pintu, saat di depan pintu Aoi kembali berteriak. "Fumi, kami pergi dulu ya. Njaa!!" Aoi melambaikan tangannya sebelum menghilang dibalik pintu bersama Shina.

Fumi kembali sendirian, kepalanya terasa berat sekali sebenarnya dia ingin sekali ada seseorang yang menemaninya, tapi dia tidak mungkin membiarkan kedua sahabatnya membolos. Fumi merasa matanya berat sekali untuk terbuka. Fumi akhirnya jatuh tertidur.

Tanpa Fumi sadari seseorang masuk ke dalam asrama. Dia mengetahui kalau Fumi tengah demam. Seseorang itu menyentuh dahi Fumi dengan lembut.

"Panas." Gumamnya setelah merasa suhu tubuh Fumi. Dia segera mengganti kain kompresan dengan yang baru. "Seharusnya kau bisa menjaga kesehatanmu." Gumam orang itu dengan lembut. Orang misterius itu membelai lembut pipi Fumi dan mengecup hidung Fumi. Fumi tidak terbangun sama sekali, tidurnya sangat nyenyak mungkin karena pengaruh demam dan kurang tidur selama beberapa hari.

"Aku akan merawatmu, tapi tidak bisa lama, aku hanya akan sebentar disini." Orang itu masih berbicara pada Fumi yang tengah tertidur pulas.

Orang itu menggenggam tengan Fumi dan berbaring disebelah Fumi. Dengan lembutnya orang itu memeluk Fumi dan berbagi kehangatan tubuhnya pada Fumi. Fumi bergerak semakin bersandar pada orang itu, mencari posisi yang nyaman baginya. Orang itu tersenyum melihat tingkah Fumi yang secara tidak sadar menerimanya.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang