Part 8

2.8K 163 35
                                    

            Semenjak kejadian itu hubungan Eri dan Fumi semakin merenggang. Fumi lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan dan di kamar sahabatnya daripada di kamarnya sendiri. Dan Eri tahu hal itu. Dia tidak ingin mengusik Fumi dulu, dia yakin Fumi punya alasan sendiri kenapa dia bersikap seperti itu. Eri lebih sering berdiam diri di kamar. Seusai jam sekolah dia lebih memilih tidur di dalam kamarnya. Eri juga udah jarang merokok dan menyelinap keluar asrama.

Eri sebenarnya merasa bosan. Dia sangat merindukan sosok Fumi yang selalu ada disekitarnya. Sekarang dia hanya bisa melihat Fumi dari jauh saat berada di sekolah dan memandang wajahnya saat dia tengah tertidur. Hanya itu yang dapat Eri lakukan untuk memuaskan rasa rindunya pada gadis itu.

"Fumi! Menurutmu, gaun merah ini bagaimana?" tanya Shina, ditangannya dia menenteng sebuah gaun berwarna merah yang terlihat elegan.

"Eum bagus." Jawab Fumi seadannya.

"Hai, aku punya berita baru." Fumi dan Shina mendekat pada Aoi yang tengah berbaring di tempat tidurnya. Ditangannya terdapat tab yang masih menyala.

"Katanya sekolah kita akan kedatangan tamu dari sekolah Horikoshi Gakuen."

"Sepertinya aku pernah dengar sekolah itu." Gumam Shina. Shina memasang raut wajah berfikir.

"Bukannya itu sekolah para anak-anak elit itu? Kudengar peraturan disana sangat ketat terutama kalau mereka itu para artis, peraturan mereka semakin ketat lagi. Wah tidak kusangka sekolah kita akan jadi target mereka tahun ini." Gumam Shina bersemangat.

"Awh.. Bisa kau pelankan suaramu? Kau hampir membuatku tuli." Sindir Fumi kesal.

"Upss.. Sorry Fumi-chan, aku terlalu bersemangat kalau mendengar nama sekolah itu disebut. Siapa juga yang tidak bermimpi bertemu sama putri dan pangeran yang bersekolah disana. Aku harap aku bisa berkencan dengan salah satu dari mereka."

"Mimpi sana!" Aoi menoyor kepala Shina dengan kesal.

"Yah aku kan cuman berharap saja. Berarti mereka akan menginap diasrama kita juga bukan? Ah.. Aku harap kita dapat teman sekamar yang sama seperti kita suka berbelanja." Gumam Shina heboh.

"Iya, nanti kita akan bercerita banyak hal dan trend-trend jaman.."

"Ano, aku kembali ke kamar ya. Sudah malam dan aku sudah mengantuk." Potong Fumi, obrolan tadi membuatnya merasa tidak nyamana.

"Oke, tugas matematikanya besok aku pinjam ya."

"Oke, Oyasumi (Selamat tidur)." Fumi pun keluar dari kamar mereka. Fumi berjalan dengan sangat pelan menuju kamarnya. Jarak kamarnya tidak terlalu jauh, tapi dia sedang tidak ingin berada di kamar.

Dia hanya ingin mengindari sosok Eri yang ada di kamarnya. Dia berharap Eri sudah tidur jadi dia bisa mengerjakan tugasnya yang belum selesai. Dia sendiri sebenarnya tidak tahu, kenapa dia menghindari Eri. Fumi membuka pintu dengan perlahan sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.

Fumi dapat melihat Eri yang tertidur di tempat tiduurnya. Dia bisa bernafas lega melihat Eri sudah tertidur. Fumi segera beranjak ke tempat tidurnya sendiri, tapi dia terkejut saat merasakan getaran ponselnya. Fumi merogoh sakunya dan melihat siapa yang menelponnya. Betapa terkejutnya Fumi saat melihat siapa yang menelponnya. Telpon itu sempat berhenti bergetar, tapi setelahnya kembali bergetar, Fumi memutuskan untuk mengangkat telpon itu, dia sebenarnya ragu apakah dia harus mengangkat atau tidak.

Setelah menerima telpon Fumi berbaring di tempat tidurnya menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia berusaha menangis tanpa suara, dia tidak ingin membangunkan Eri. Fumi menutup mulutnya mencoba meredam suara tangisnya, tapi percuma Eri sudah bangun sedari tadi dan mendengar percakapan yang dilakukan Fumi dengan orang diseberang sana.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang