Part 22

2.2K 115 6
                                    

            Eri masuk ke dalam kamar, dia melihat Fumi yang menonton TV disofa dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. Eri mendekati Fumi dan bersimpuh dihadapan Fumi, dia tidak habis pikir melihat tingkah Fumi yang sangat kekanakan, ngambek hanya karna hal sepele.

"Kau kenapa sayang? Ada yang salah?" tanya Eri dia menyelipkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah gadis yang dicintainya itu.

"Pikirkan saja sendiri." Ucap Fumi datar.

"Kalau ada masalah seharusnya kau bicarakan, jangan bersikap seperti ini." Kesal Eri, tapi dia masih berusaha mengontrolnya.

"Meski kukatakan emang kau akan mengerti? Tidak kan, kau sendiri sibuk dengan hal lain selagi aku bicara denganmu bahkan kau tidak mendengarkanku." Fumi bangkit dari posisi tidurnya dan berjalan menjauh dari Eri secepatnya. Tapi Eri dengan sigap juga menahan tangan Fumi.

"Kau bisa periksa ponselku, tidak ada orang lain selain keluargaku disana. Tadi aku dapat pesan dari ibuku. Kau kan tau hubunganku dengan dia sekarang sudah sedikit membaik. Dia mengajak kita jalan-jalan minggu depan." Eri mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Fumi, tapi Fumi tidak mengambilnya.

"Bisa saja sms itu sudah kau hapus, kan aku tidak tau." Ucap Fumi membuat Eri semakin geram, dia membanting ponsel itu membuat Fumi kaget.

"Kenapa sih kau susah sekali percaya? Sudah berkali-kali aku mengatakan padamu kalau aku hanya mencintaimu tidak ada orang lain. Seharusnya kau bisa percaya padaku." Eri menarik rambutnya kasar.

"Kau kan memang pembohong." Jawab Fumi sesantai mungkin. Dia meninggalkan Eri yang masih bersimpuh di depan sofa.

"Ah, terserah deh." Eri bangkit dan menuju kamar mandi untuk mendinginkan kepalanya.

***

Hari minggu yang cerah Fumi membersihkan tempat tidurnya dan menata lemari pakaiannya yang sudah tidak karuan isinya. Seminggu ini dia sering sekali bangun siang sehingga dia hampir terlambat dan mau tidak mau isi lemarinya jadi berantakan karena dia mengambil bajunya dengan serampangan.

Sesekali Fumi melirik kearah Eri yang tengah menonton TV, Eri masih kesal pada sikap Fumi tadi malam begitu pula Fumi dia masih malas menyapa Eri, tapi kalau mereka seperti ini terus masalah mereka tidak akan kelar.

"Eri." Fumi duduk disamping Eri yang masih fokus menonton TV.

"Hm." Hanya gumaman yang terdengar.

"Maaf." Ucap Fumi dengan suara lirih.

"Apa? Aku tidak dengar?" Eri masih fokus menatap TV.

"Aku minta maaf Eri." Ucap Fumi dia menundukkan kepalanya menyembunyikan rasa malunya.

"Apa sayang, aku tidak bisa mendengarkanmu." Fumi baru sadar kalau dia dikerjain oleh Eri, dia berdiri hendak menjauh dari Eri, tapi dengan cepat Eri menarik tangan Fumi hingga akhirnya jatuh diatas pangkuannya. Kini pandangan keduanya bertemu.

"Sudahlah, kita salah sayang. Aku minta maaf juga ya." Bisik Eri di depan wajah Fumi, dia mencium dahi Fumi dengan lembut Fumi hanya bisa memejamkan matanya menikmati ciuman yang sangat lembut itu.

***

Pelajaran kembali berlangsung. Fumi merasa kepalanya akan meledak, dia lelah sekali setelah matematika dia akan ujian Fisika. Dan masih ada hafalan pelajaran bahasa jepang. Semua itu dilakukan dalam satu hari. Fumi merebahkan kepalanya diatas meja, kepalanya berat sekali.

Begitu bel istirahat Fumi dan Eri menuju kantin, Eri memesakan Fumi es krim. Sesuai pesanan gadis cantiknya.

"Kau kenapa sayang?" Eri mengelus lembut kepala Fumi.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang