Part 14

2.4K 152 22
                                    

ERI POV

Semalam gadis yang kucintai menangis, sekali lagi kulihat dia menangis di depanku. Rasanya ingin sekali aku menghentikan apa yang menyebabkan dia menangis seperti itu, tapi sayang aku tidak tau siapa yang melakukannya. Yang bisa kulakukan hanyalah berada disisinya setiap saat tidak peduli dia butuh atau tidak diriku.

Semakin lama semakin ku perhatikan, gadis yang tidur dalam pelukanku ini semakin cantik saja. Bibirnya yang mungil dan menggoda itu sangat enak sekali untuk dicium, tapi aku tidak mungkin menciumnya sekarang, aku tidak mau membangunkannya. Dia baru saja tertidur dan aku sebenarnya ingin sekali membawanya ke tempat tidur agar lebih nyaman. Tapi yah, kurasa cukuplah dia tidur seperti ini.

Ku belai rambutnya dengan lembut, kupuaskan diriku untuk menghirup aroma rambutnya yang terasa sangat menenangkan ini. Aku tidak bisa tertidur karena gadis cantik ini. Sampai sekarang aku masih penasaran siapa yang sering membuatnya menangis seperti ini? Ingin sekali kupaksa gadis ini, tapi aku takut akan bertengkar dengannya lebih baik aku diam saja.

Sebuah gerakan kecil ditubuhku membuat lamunanku buyar. Fumi menggosok –gosok matanya.

"Pagi sayang!" ku kecup dahinya dengan sepenuh hati.

"Pagi." Balasnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Apa semalaman aku tidur di pelukanmu?" tanyanya, dia duduk di depanku dengan wajahnya yang masih mengantuk, dia terlihat semakin menggemaskan saja.

"Iya, kenapa?" balasku.

"Ma-maaf, tubuhmu pasti pegal." Gumamnya, oh My. Dia cute sekali. Kubelai wajahnya yang memang selalu mempesona ini.

"Tidak masalah, yang terpenting kamu bisa tidur dengan nyenyak." Dia tersenyum manis, manis sekali sampai kurasa aku bisa terkena diabetes kalau melihat senyumnya.

"Dengarkan aku." Aku berusaha serius setelah melihat senyum manisnya tadi. "Kalau kau ada masalah, kau bisa menceritakannya padaku, tapi kalau kau tidak mau juga tidak apa-apa aku tidak memaksa. Tapi penting kau tau, aku akan selalu ada untukmu kapanpun. Aku menyayangimu." Kucium dahinya, kuresapi aroma rambutnya yang menangkan.

Setelah puas menghirup aroma rambutnya aku beranjak dari posisi dudukku, membuatnya mengerutkan alisnya bingung.

"Mau kemana?" tanyanya aku terkekeh mendengar pertanyaannya.

"Mau mandi, tubuhku bau. Tadi malam ilermu mengalir ke bajuku dan ingusmu juga mengotori bajuku." Bohongku membuat wajahnya berubah syok.

"Apa? Aku tidak pernah ngiler sama sekali!" bantahnya kesal. Kulihat Fumi mengambil bantal dengan secepat kilat aku berlari ke kamar mandi dan beruntungnya aku, bantal itu tidak mengenaiku. Dapat ku dengar gerutuan Fumi dari luar kamar mandi. Aku hanya tertawa mendengarnya.

***

AUTHOR POV

Semenjak kejadian malam itu Fumi mulai menjauh dari Eri dan sudah beberapa hari Eri pun menghilang dia tidak memberi kabar kepada Fumi. Fumi semakin sulit tidur karena kekhawatirannya pada Eri yang tidak ada kabarnya. Sudah lima hari Eri tidak kembali ke asrama dan membuatnya khawatir. Fumi menutup matanya frustasi, dia tidak bisa tidur dengan nyenyak memikirkan apa yang terjadi pada Eri.

Lagi hari ini Fumi memasuki kelasnya dengan semangat yang benar-benar dibawah. Dia melihat kursi Eri yang biasanya diduduki Eri kini kosong ditinggalkan orangnya yang entah pergi kemana tanpa kabar. Fumi mendudukkan dirinya dengan wajah ditekuk. Entah dari mana datangnya Aoi sudah ada disebelah meja Fumi dan melemparkan sebuah amplop besar.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang