PART 32

1.7K 68 1
                                    

Hai hai.. balik lagi ama Syl. Si author yang lama update hahaha..
Sorry masih ada yang nunggu cerita ini ga??
Keknya ga ada deh
Syl coba sering update deh kalo ga malas, atau pas Syl libur.. Doakan aja ya teman..
Yusha sudah tidak peduli akan perusahaannya yang direbut oleh ayah kandungnya yang gila harta itu, meski dalam hati sungguh dia merasa tidak rela. Perusahaan yang dirintisnya dari nol harus diambil alih oleh orang yang mati-matian dia hindari itu. dia bosan dijadikan boneka terus oleh ayahnya semenjak dirinya masih kecil, hingga akhirnya memutuskan membuat perusahaan itu dengan usahanya sendiri.
Perusahaannya sudah diambil alih oleh ayahnya yang tamak, tapi bukan berarti dia akan kehilangan pekerjaan, dia masih memiliki usaha tas dan juga sepatu yang diatasnamakan nama Eri bukan nama dirinya, dia sengaja tidak memberi tahu siapapun akan usaha itu. dia sudah memikirkan matang-matang usahanya untuk bisa bebas dari ayahnya.
“Yup. Ma, aku udah cantik apa belum?” Fumi memutar-mutar badannya melihat kimono merah muda yang melekat ditubuhnya.
“Cantik banget sayang, maaf ya sayang mama ngerepotin kamu. Kalau Eri mana mau ikut acara begini.” Yusha melirik Eri yang tengah duduk di sofa memperhatikan mamanya yang tengah mendandani Fumi.
“Iya, ma. Dia kan senengnya kencan sama bantal dan kasurnya.” Fumi terkekeh melirik Eri yang memutar bola matanya malas.
“Bukan gitu, aku hanya malas duduk diatas tatami terlalu lama. Itu bikin kakiku keram dan juga kau tau Fumi kalau ibu-ibu sudah kumpul. Lama. Aku benci menunggunya.” Eri menguap lebar, dia membaringkan tubuh jangkungnya di sofa yang tidak menampung tinggi tubuhnya itu.
“Kalo gitu, saat mama pulang sudah harus ada makanan di rumah ini. Tapi bukan delivery, harus masakanmu.” Yusha menatap tajam anaknya.
“Kan, disana dikasih makan ma. Ngapain aku buatin makanan lagi. Aku lagi mager ma.” Eri menenggelamkan wajahnya dibantal sofa, Fumi mendekatinya dan mengelus rambut pendek Eri. Menyadari siapa yang mengelus rambutnya Eri menarik tangan Fumi untuk duduk di sofa dan merebahkan kepalanya diatas pangkuan sang kekasih itu.
“Dasar manja.” Lirih Fumi, dia mengelus kepala Eri membuat Eri benar-benar merasa ngantuk saat ini.
“Ya disana ada makanan, tapi mama ga enak makan banyak. Apa kata ibu-ibu disana kalau liat porsi makan mama. Ntar mama dikira kuli lagi, makan banyak banget.” Yusha cemberut menatap anaknya yang tengah bermesraan diatas sofa.
“Iya iya, mama pergi sana. Aku mau malas-malasan dulu deh.” Ucap Eri asal karena dia merasa semakin nyaman berada di pangkuan Fumi.
“Gimana mau berangkat, kamu masih manja-manja sama Fumi gitu. Fumi juga, kalau anak itu manja ga usah dihiraukan udah gede juga masih aja manja.” Sindir Yusha dan Eri hanya menjulurkan lidahnya, Fumi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat ibu dan anak ini bertengkar layaknya saudara.
“Ja, aku berangkat dulu.” Fumi mengelus kepala Eri, tapi Eri masih betah menaruh kepalanya diatas pangkuan Fumi.
“Ayo bangun pemalas, aku harus pergi atau kita akan datang terlambat kesana.” Fumi mencubit hidung Eri gemas.
“Oh ayolah kalian berdua. Berhenti bermesraan sekarang juga atau kita akan terlambat.” Yusha mulai jengah dengan tingkah anaknya.
“Ahh mama ganggu aja.” Eri mengangkat kepalanya dari pangkuan Fumi membuat Fumi terkekeh melihat wajah cemberut Eri.
“Oke, aku akan pulang jam 8 malam. Kita makan malam bareng.” Fumi baru akan berjalan menjauh dari Eri, tapi tangannya sudah ditahan.
“Kau melupakan sesuatu.” Eri berdiri dari duduknya dan merengkuh pinggang Fumi menyatukan kedua bibir mereka. Tidak ada lumatan hanya menempel, menyalurkan perasaan mereka.
“Hati-hati dijalan. Aku mau kamu pulang tanpa lecet sedikit pun.” Bisik Eri setelah melepaskan bibir mereka.
“Aku akan jaga diriku. Dan masak yang enak ya  buat makan malam nanti.” Fumi meninggalkan Eri dan sekarang Eri memilih untuk mandi dan bersiap untuk memasak makan malam.
Selesai mandi Eri memilih langsung memasak di dapur, karena dia takut kalau mereka akan pulang sebelum jam 8 malam maka tidak akan sempat selesai. Eri mulai membuka kulkas dan memilih-milih bahan yang akan dipakainya. Eri mulai berkutat dengan berbagai bahan dan bumbu yang ada di dapur. Selama tiga puluh menit dia berkutat di dapur, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi. Dia pikir Fumi dan mamanya sudah kembali dari acara, tapi saat dia membukakan pintu bukanlah mereka berdua. Melainkan Yui yang datang dengan pakaian seperti biasa, pakaian seksi yang terbuka sana sini memperlihatkan tubuhnya yang indah.
Walaupun dia tidak menyukai keberadaan Yui ada di rumahnya, tapi dia harus tetap bersikap baik. Dia mempersilahkan Yui masuk ke dalam rumah dan menyajikan segelas orange jus padanya.
“Ada urusan apa kau kesini?” Eri melipat kedua tangannya di depan dada, dia merasa sangat malas untuk berurusan dengan Yui sekarang.
“Aku hanya ingin berbicara sedikit saja denganmu. Hal yang cukup penting.” Yui melipat salah satu kakinya diatas kakinya yang lain membuat paha putihnya terekspos.
“Bicara apa? Bukannya kontrak kita sudah habis dan aku sudah bilang kalau aku tidak mencintaimu. Sekarang apa lagi yang mau kau bicarakan?” Eri memutar bola matanya jengah.
“Aku sangat mencintaimu aku ingin kau menjadi milikku seutuhnya dan akan aku usahakan biar perusahaan mama mu akan kembali ke tangannya.”
“Kurasa itu tidak perlu. Aku udah katakan kalau aku tidak mencintaimu sedikitpun. Aku hanya mencintai Fumi, hanya dia seorang. Dan masalah perusahaan itu tidak penting, aku bisa memulai usaha yang lain bersama Mama tanpa bantuan siapapun.” Balas Eri santai.
“Apa kau tidak dengar? Kau hanya milikku seorang, tidak ada yang boleh memilikmu selain aku. Apalagi Fumi si wanita miskin dan penjilat itu, dia hanya sok polos Eri. Dia hanya menginginkan hartamu saja.” Eri terkekeh mendengar penuturan Yui yang menurutnya benar-benar lucu.
“Kau tidak tau dia Yui, kau tidak perlu menjelekkan dirinya di depanku, karena aku lebih mengenalnya dibanding dirimu. Kau boleh menjelekkan aku, tapi aku tidak suka kau menjelekkan dia. Dia kekasihku. Sebaiknya kau pergi, aku sibuk..” belum selesai Eri bicara, Yui sudah memotongnya dengan bentakan yang keras membuat Eri terlonjak kaget.
“Gak. Pokoknya gak, kamu harus kembali bersamaku malam ini juga. Kau itu boneka berhargaku, kau tidak boleh pergi jauh dariku. Kalau kau tidak ada disampingku, tidak ada orang yang bisa memuaskanku kecuali denganmu dan hartamu, siapa yang tidak menginginkanmu Eri. Kau cucu tunggal dari pengusaha kaya.” Yui mulai hilang kendali, membuat Eri semakin muak. Dia tidak percaya orang yang dianggapnya sahabat selama ini ternyata hanya menginginkan tubuh dan juga harta kakeknya.
“Ada lagi yang ingin kau katakan?” Eri menatap datar Yui yang duduk di depannya.
“Kau. Kau sangat bodoh karna lebih memilih wanita culun itu dibanding diriku yang yah you know. Aku kaya, aku seksi, aku terkenal dan banyak yang berharap untuk bisa tidur denganku atau mungkin beruntung bisa mengenalku.” Yui berbicara dengan angkuh.
“Dia lebih berharga dibanding semua yang kau miliki. Kalau kau sudah selesai silahkan keluar dari sini.” Eri berjalan meninggalkan Yui, baru beberapa langkah Yui kembali menyerangnya dengan kata-kata yang membuatnya kesal.
“Oh kau mengusirku? Oke, aku akan mengatakan semuanya tentang kita pada Fumi. Tentang bagaimana panasnya hubungan kita diatas ranjang, bagaimana kau sangat menikmati keindahan tubuhku, dan juga bagaimana kau hanya memanfaatkan dia untuk bisa keluar dari kekangan kakekmu.” Yui tersenyum licik.
“Aku tidak berperilaku sama saat memperlakukanmu dan Fumi. Aku mencintai Fumi dan apa yang kulakukan padanya semua atas dasar cinta bukan nafsu sepertimu. Dia wanita yang penuh kasih dan lembut, berbeda denganmu yang licik dan jalang. Kurasa urusan kita sudah selesai sebaiknya kau pergi sebelum tinjuku menghantam wajah cantikmu.” Eri mengepalkan kedua tangannya menahan emosi yang daritadi ditahanya.
Yui kesal, dia maju menghampiri Eri yang beberapa langkah di depannya, tapi belum sempat Yui melangkah terlalu jauh sebuah tas kecil mengenai kepalanya dengan cukup keras membuatnya terjatuh. Eri terkejut melihat hal itu, dia menoleh kearah tas itu berasal. Disana sudah berdiri Fumi yang wajahnya memerah, terlihat kesal. Fumi berjalan tergesa menuju Yui yang masih terduduk di lantai.
“Sedang apa kau dirumahku bersama kekasihku?” Fumi menarik rambut indah Yui dengan keras membuat Yui memekik kesakitan. Eri tidak menyangka gadisnya bisa seberani itu.“Sudah kubilang jangan ganggu Eri lagi. Sebaiknya kau pergi sebelum semua rambutmu ini tercabut dari kepalamu.” Ancam Fumi. Eri terkekeh melihat kekasihnya yang marah, wajahnya yang lembut tidak cocok sama sekali untuk terlihat seram. Wajahnya malahan terlihat imut dimata Eri.
“Ya ya ya, lepaskan rambutku ini sakit. Aku akan pergi. Ya lepaskan.” Yui meringis kesakitan dan Fumi langsung melepaskan tarikannya membuat Yui mendesis.
“Kita lihat siapa yang akan menang. Kau tunggu saja.” Ancam Yui dia berlari keluar dari rumah itu meninggalkan Fumi dan Eri.
Fumi masih memandang kesal kearah pintu masuk, Eri benar-benar gemas saat ini. kekasihnya itu benar-benar imut, ingin sekali dia mencium bibir itu.
“Sudah, jangan cemberut terus yang ada kamu berakhir diranjang sama aku.” Tegur Eri.
“Apa hubungannya?”
“Tentu saja ada. Wajah imutmu itu membuatku tidak tahan ingin melahapmu sekarang juga. Bibirmu ini seakan-akan memanggilku minta dicium.” Eri mengunci tatapan mata Fumi membuatnya tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Eri. Eri mengecup bibir yang daritadi membuatnya gemas. Perlahan Eri merengkuh tubuh mungil Fumi ke dalam pelukannya.
“Aku tidak tau kau bisa segalak itu hm?” bisik Eri lembut.
“Aku tidak mau apa yang aku miliki dirampas orang lain lagi.” Fumi kembali cemberut, membuat Eri kembali mendaratkan bibirnya di bibir kekasihnya itu.
“Aku hanya milikmu, gak ada yang bisa miliki aku selain kamu.” Fumi mengalungkan tangannya dileher Eri.
“Aku juga milikmu. I love you.” Fumi memberanikan diri mengecup bibir itu duluan.
“I love you more.” Balas Eri.
“Mama mana?” tanya Eri tanpa menjauhkan wajahnya dari wajah Fumi.
“Ada di luar, tadi lagi terima telpon.” Eri tersenyum licik.
“Kita ke kamar yuk sayang!” ajak Eri dengan senyum penuh artinya.
“Mau ngapain? Kamu mau tidur lagi?” tanya Fumi dengan wajah polosnya.
“Kau seksi sekali, apalagi kimono mu yang agak kebuka gini. Payudaramu keliatan jelas sekarang sayang, mereka kok keliatannya lebih gede dari terakhir kali aku remas.” Mata Eri terus menatap kearah belahan payudara Fumi yang terpampang jelas didepannya.
“Dasar mesum.” Sebuah jitakan halus Fumi berikan pada Eri membuatnya cemberut.
“Aku sudah lama tidak kau beri jatah. Malam ini ya sayang.” Pinta Eri dengan wajah memohon.
“Ahh aku lapar Eri, tadi aku hanya makan sedikit, karena aku ingin makan malam denganmu di rumah. apa kau sudah membuat makan malam?” tanya Fumi dengan wajah lemas. Eri menepuk kepalanya dengan keras.
“Maafkan aku sayang, gara-gara Yui aku jadi belum selesai masak. Kita makan diluar aja bagaimana? Atau kau mau aku pesankan sesuatu?”
“Aku mau masakanmu.”
“Baiklah, kalau gitu. Kamu bersih-bersih dulu biar aku masak.” Eri mengecup sekilas bibir Fumi dan kembali berkutat di dapur.
“Ya Eri, kau sudah selesai memasak? Aku lapar sekali.” Yusha masuk dengan wajah lemas.
“Sorry Ma, belum selesai. Aku akan selesaikan dulu.” Eri nyengir saat Yusha melongo melihat masakan yang belum selesai Eri buat.
“Apa yang kau lakukan selama kami pergi sampai kau belum menyelesaikannya.” Kesal Yusha, Eri hanya nyengir tidak mampu menjawab pertanyaan Mama-nya.

TBC

Sorry for typo hehe..
Segini dulu ya. Nanti kalo Syl ga sibuk Syl bakal update lagi..
Senin Syl libur cuman Syl mau nyebar lamaran kerja nih..
Doakan ya semoga Syl diterima di salah satu rumah sakit yang Syl tuju..
Aminn

Sekian cuap cuap dari Syl..
See u on the next story

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang