Part 30

1.7K 98 3
                                    

“Ma, apa benar Eri yang membunuh keluargaku?”tanya Fumi mencoba memastikannya apa yang didengarnya dari telpon yang dia angkat. Orang itu menelpon ke ponsel Yusha, tapi saat itu Yusha tengah pergi sehingga Fumi yang mengangkat telpon dari orang itu.

Dan saat Yusha baru pulang Fumi sudah jatuh pingsan dilantai, saking paniknya Yusha langsung membawa anak kesayangannya itu ke rumah sakit dan untunglah dokter berkata kalau Fumi hanya stres dan banyak pikiran akhir-akhir ini sehingga membuatnya pingsan karena kelelahan. Begitu siuman bukan menanyakan dirinya dimana, dia malah menanyakan kebenaran tentang Eri membuat Yusha kaget.

“Mama tidak tau sayang. Mama hanya menyuruh seseorang untuk memeriksa kematian keluagamu. Tapi seperti yang kau dengar, kalau Eri-lah yang melakukannya. Mama tidak mau percaya, tapi kita tidak tau apalagi yang harus kita percayai sekarang.” Yusha menatap kosong pada jendela kamar rawat Fumi yang menampakkan pemandangan lantai 2 rumah sakit.

“Ma, Mama berangkatlah bekerja. Mama sudah tiga hari membolos kerja.”

“Tapi sayang, kamu lebih membutuhkan Mama, daripada pekerjaan itu.” bela Yusha.

“Tenanglah Ma, disini ada dokter dan juga perawat mereka pasti memberikan pelayanan yang baik dan bisa menjagaku. Mama berangkatlah bekerja.” Fumi masih memaksa Yusha untuk segera berangkat bekerja.

“Kau yakin, tidak apa ditinggal Mama?” tanya Yusha mencoba meyakinkan Fumi, tapi Fumi hanya menatapnnya dengan tatapan ‘ya ma’.

“Baiklah, Mama akan berangkat ke kantor. Kalau ada apa-apa, kau bisa hubungi Mama. Mama akan segera kesini oke.” Fumi mengangguk mendengar pesan dari Yusha.

“Mama pergi.” Yusha menghela nafas lelah. Sebenarnya dia tidak tega meninggalkan Fumi sendirian di rumah sakit, tapi pekerjaan juga penting untuk kelangsungan hidup mereka berdua.

“Hati-hati Ma.” Yusha tersenyum mendengar suara anak kesayangannya itu.

***

Yusha kaget saat melihat Eri sudah duduk dikursi kebangsaannya.

“Apa yang kau lakukan bocah tengik?” teriak Yusha marah.

“Hei hei, sabar dulu tante. Mulai hari ini, perusahaan ini menjadi milikku. Aku sudah membeli perusahaan ini kemarin, kau bisa meminta uangnya pada asistenmu. Mungkin sekarang kau sudah tidak bisa mengambilnya lagi. Setauku asistenmu itu kabur dengan uang yang aku berikan padanya kemarin. Dengan kata lain, kau tidak mendapat sepeser uang pun dari perusahaanmu. Tapi tidak masalah, kau bisa melamar di kantorku ini dan menjadi penasehat keuanganku. Kau tau kan, aku terlalu kaya untuk mengatur pengeluaranku? Aku khawatir, kalau tidak ada yang menasihatiku aku tidak dapat menghidupi anak cucuku.” Yusha mengepalkan tangannya sampai kuku-kukunya melukai telapak tangannya.

Perusahaan yang selama ini dibangunnya kini hancur diambil anaknya sendiri yang kurang ajar. Yusha ingin sekali menghajar Eri saat ini, permainan apa lagi ini Tuhan, gumam Yusha dalam hati. Dia sudah cukup lelah dengan mengurus keluarganya dan kini muncul lagi masalah baru. Sebuah tepuk tangan membuyarkan semua emosi Yusha menjadi amarah.

“Kau hebat sekali Eri bisa membeli perusahaan besar ini. apa yang kau lakukan hingga bisa mendapatkan perusahaan yang menguntungkan ini?” tanya Kakek Eri dengan senyum licik diwajahnya semakin membuat Yusha muak dengan keberadaan dua orang ini.

“Tidak sulit Kek, kau cukup membayarkan sejumlah uang kepada pemilik sementara perusahaan ini dan BANG kau dapatkan perusahaannya. Pemilik aslinya kan tengah sibuk, jadi asistennya yang gila pada uang itu langsung saja memberikan perusahaan ini secara cuma-cuma hebat bukan?”

“Taktik yang menarik, apa perlu aku lakukan hal seperti itu juga?”

“Ah tidak perlu Kek, aku akan melakukannya demi perusahaan kita.”

“Wah, kau memang cucuku yang paling hebat. LihatlahYusha anakmu lebih pandai dibandingkan dirimu. Kau seharusnya bergabung dengan kami bukannya menentang seperti ini dan sekarang kau tau akibatnya bukan.” Kakek Eri memanas-manasi Yusha.

“Kau yang mencuci otaknya kakek tua. Kau yang membuatnya menjadi penjahat sepertimu. Kau lebih buruk dari apapun, seharusnya kau sudah berada di dalam kuburan bukan masih berkeliaran di dunia ini. makhluk hina sepertimu tidak pantas hidup di muka bumi-”

BUGH

Belum sempat Yusha menyelesaikan makiannya Eri sudah melayangkan tinjuannya tepat ke perut Yusha membuatnya merunduk kesakitan.

“Rasakan itu, kau pantas mendapatkannya. Itulah yang kau dapatkan kalau kau menghina raja. Beruntung aku berbaik hati hari ini hanya dengan memukulmu sekali. Aku lebih suka memukuli seseorang ketimbang meloloskannya seperti sekarang.” Eri menatap tajam pada Yusha yang masih memegangi perutnya yang sakit.

“Kau harus sadar Yusha, aku tidak mencuci otak anakmu, melainkan dia yang mengikutiku atas kemauannya sendiri. Jadi kau tidak bisa menuduhku mencuci otaknya.” Kakek Eri berdiri didepan Yusha dan memandang remeh pada Yusha yang masih tersungkur dilantai.

“Bagiku tetap kau yang mencuci otak anakku kakek tua sialan.” Yusha meludahi wajah kakek Eri yang tengah menunduk kearahnya itu.

“Kau..” Eri baru saja akan menghajar Yusha, tapi ditahan oleh Kakeknya.

“Kau memang benar-benar anak yang tidak tau diuntung, selama ini aku menyekolahkanmu mahal-mahal dan sekarang seperti ini kelakuan pada orang yang lebih tua?” Kakek Eri mulai geram dengan sikap Yusha.

“Aku tidak butuh dilahirkan di keluarga iblis seperti kalian. Aku lebih baik hidup dijalanan daripada aku harus kenal sama keluarga iblis seperti kalian.” Maki Yusha.

PLAAAKKK

Tamparan keras kini mendarat di pipi Kanan Yusha.

“Tampar Pa, tampar aku lagi sampai kau puas. Apa kau belum puas mengambil semua kebahagianku.”

“Ya, aku belum puas. Kau harus kubuat semenderita mungkin baru aku puas.” Jawab Kakek Eri.

“Kau memang orang tua yang bejat. Menyesal aku pernah dibesarkan di keluarga kalian dan menyandang nama kalian.” Yusha berusaha berdiri.

“Sampai kapanpun aku tidak akan terima kelakuan kalian kepadaku. Aku harap kau bahagia dengan wanita pelacur itu.” Yusha berlalu keluar dari ruangan dengan membanting pintu.

***

Yusha tengah terduduk di sofa kamar rawat Fumi. Dia menceritakan semua yan dilakukan Eri padanya.

“Aku tidak menyangka Eri bisa melakukan hal keji seperti itu.dia benar-benar brengsek ma.”

“Yah Mama juga tidak tau apa yang merasukinya.”

“Mama tenang saja, masih ada aku disamping Mama.” Ucap Fumi, dia memeluk Yusha dengaan hangat.

Yusha terus-terus kepikiran setelah melihat sikap Eri kepadanyaa. Apa yang terjadi pada anakku, itu yang selalu digumamkan Yusha dalam hati. Dia masih tidak percaya anaknya bisa berubah sejahat itu.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang