Part 26

1.5K 101 22
                                    

Mereka berdua masih di rumah Yusha. Fumi masih bingung apa benar Eri sudah pernah membunuh orang. Ia masih penasaran dengan jawaban itu.

“Eri” Fumi seperti sedikit takut kepada Eri

“Ya?’

“Anu, yang kau bicarakan kemarin itu benarkah. Kau pernah membunuh manusia?”

Eri berhenti mengosokkan rambutnya yang basah itu karena baru selesai mandi. Ia mendekati Fumi dan menatap. “Kau ingin jawaban jujur apa bohongan?”

“Ya jujurlah”

“Tidak"

“Hee? Tidak apaan maksudnya?”

“Tidak bohong Fumi, iya aku jujur. Aku pernah membunuh orang saatku masih kecil. Karena mereka menganggu keluargaku dan aku tak nyaman seperti itu”

“D-dan polisi tahu?”

“Tahu, mereka membebaskan aku”

“Heh? Anu.. anu” Fumi semakin ngga jelas dengan apa yang mau dibicarakan. Ia semakin takut saja Eri semakin mendekatinya dan menyudutkan tubuhnya.

“Kenapa sayang?” tatapan mata Eri membuat Fumi semakin takut.
Fumi jelas bingung karena Eri tertawa seperti setan. Eri pun menarik telinga Fumi pelan karena ingin membisikkan” Kalaupun kau macam-macam akupun bisa membunuh sayang?” Eri mengecup bibir Fumi.

“Wah wah pemandangan pagi-pagi yang menyenangkan” Yusha baru bangun tidur ia melihat anaknya yang begitu liar di hadapannya. Yusha melemparkan sebuah kotak ke arah Eri. Eri pun menangkap dengan tepat. Ponsel Eri berdering, ia keluar dari kamarnya.

Fumi masih tertidur di ranjang, ia bingung dengan maksud Eri. “Mama yusha apa benar Eri pernah membunuh orang?” tanya Fumi berbisik-bisik.

“Iya, dua orang itu maksudnya dia membunuh dua semut”

“Hah? Aku makin ngga paham. Tolong Ma jelasin Eri apa pernah membunuh orang?” pinta Fumi.

Yusha mendekati Fumi yang sudah duduk tegap di ranjangnya. “Eri memang pernah membunuh orang, itu karena dia tidak ingin aku di ganggu orang jahat itu. Eri tidak sembarang membunuh orang seperti kriminal yan di TV itu. ia memang seperti lelaki, dan dia akan melindungi sesorang yang dia cintai. Lagian kejadian itu sudah lama. Semenjak SMP dan SMA ia tidak melakukan di luar batasnya. Jadi Mama tenang saja, selama ada kau di sisinya Eri akan menjadi anak baik. Eri bukan pembunuh tapi dia akan membunuh orang yang sangat menganggu kehidupannya. Kalaupun sampai terganggu sekali, Eri takkan segan-segan membunuh orang dengan tangannya sendiri”

“Oh, aku saja membunuh semut tak berani Ma, Kok Eri begitu beraninya membunuh orang”

“Hahaha kau lucu juga, aku minta di saat dia kalap kau disisinya jangan sampai hal itu terjadi lagi”

“Baik Ma, dan sekarang kayaknya aku dan Eri sering membolos sekolah”

“Sudah Mama urus itu, jadi tenang saja. sementara kalian di sini tak boleh kemana-mana dulu ya”

“Ya Ma”

“Fumi setelah ini bantu Mama memasak ya”

“Baik Ma” Yusha keluar dari kamar Eri, Fumi membersihkan badannya itu. di dalam kamar mandi. Ia memikirkan Eri sebegitu kejamnya ke orang lain. Dia mengelengkan kepalanya. Akhirnya ia memutuskan menghidupkan shower untuk membersihkan badannya.
Setelah mandi ia berpakaian.

Ia tidak membawa baju ganti akhirnya memakai kaos Eri yang kebesaran itu dengan celana hotpans. Fumi keluar dari kamar dan turun kebawah.
Ia melihat Eri dengan santainya duduk di depan TV kedua kakinya naik di atas meja. Eri melihat dirinya memakai baju kebesaran itu. sedangkan Eri masih memakai kemeja putihnya yang ia pakai semalam. Fumi berlari kecil ke arah Yusha, karena melihat Eri seperti pandangan membunuh. Eri memang suka sekali menjahili Fumi.

Setelah membantu memasak, Yusha dan sarapan bersama anaknya ia pergi ke kantornya. Sekarang tinggal mereka berdua duduk di ruang TV. Fumi duduknya menjauh dari Eri. Ia takut Eri membunuhnya.

“Kenapa jarakmu jauh sekali dariku?” tanya Eri diselingin tertawa.

“Kau nanti membunuhku, aku masih ingin hidup dan aku masih senang makan nasi”

Eri tertawa kemudian mendekat kepada Fumi. ia memojokkan Fumi sampai ujung sofa itu. “Kalaupun kau jahat kepadaku, aku pun tak segan-segan membunuhmu”

“Nah kan. Aku jadi merasa merinding dekat denganmu”

“Emang aku hantu gitu?”

“Bu-bukan sih ta..tapi..” Eri pun menarik pelan Fumi, ia duduk berhadap dengan Fumi menyilangkan kedua kakinya bicara nada serius.

“Fumi dengarkan aku ya, aku takkan membunuhmu, walaupun kau menyakitiku berkali-kali. Tolong jangan takut kepadaku, jadilah Fumi seperti biasa saja. kalaupun kau takut kepadaku, akan jadi beban di pikiranku, aku mohon biasa sajalah. Dan jangan seperti ini, aku tahu aku salah membunuh orang tapi aku tak mau kau malah menjauhinku” Fumi seperti merasa bersalah kepada dirnya atas tindakan tadi.

Fumi menerjang Eri sampai tertidur di sofa itu, Ia memeluk Eri erat. “Maaf, maaf habis aku kaget kau orang seperti itu, aku janji tak membahas ini lagi. Maaf menyakitimu” Eri pun tersenyum senang ia mencium kening Fumi.

“Aku bahagia, memilikimu Eri. Dan aku juga tak ingin melepaskanmu dari ku. Aku akan berjuang karena cinta kita”

“Kata-katamu seperti mau berubah jadi power rangers saja” gurau Eri. Jemarinya menyelusup ke rambut Fumi.

“Hehehe” Fumi mencium bibir Eri dengan lembut. Setelah itu kembali tenggelam kepelukan Eri.

“Kau selalu suka menenggalamkan kepalamu di dadaku, memangnya ada apa? Dada ku tak sebanding dengan punyamu?”

Fumi mencubit lengan Eri karena bicaranya asal ngomong “Entahlah, baumu membuatku ketagihan, semakin lama aku tidak bertemu denganmu aku merindukan bau tubuhmu” 

“Memang bau apaan?”

“Bau menghangatkan dan menyenangkan, seakan – akan aku sakau dengan badanmu”

“Aku bukan narkoba juga” gurau Eri

“Kan bagiku kau nikotin dan membuat ketagihan menciumnya”

“Ya ya terserah kau lah, lakukan apa yang kau inginkan, aku bersedia untukmu” Fumi menyentuh kulit Eri, perlahan-lahan turun di bagian dada Eri. Membuat Eri seperti geli.

“Payudaramu lumayan juga”

“Dan akupun tak yakin kau sekarang polos”

“Itu semua salahmu juga” Fumi mengerutu. Tangannya Fumi memegang wajah Eri. “Ini matamu yang membuatku tergila, hidungmu yang menbuatmu menawan, telingamu yang dengarkan semua pembicaraanku, dan bibirmu membuat diriku berubah” Fumi mengecup bibir Eri

“Dan Eri kau sexy sekali” gurau Fumi.

“Ah masih sexy an kau. Dadanya besar dan pantatmu sepertinya enak di sentuh, apalagi kewanitaanmu sepertinya nikmati ku mainkan” Bisik Eri tersenyum miring menggoda Fumi.

“Eri makin ngawur saja pembicaraanmu”

“Yang mulai siapa?”

“Kaulah, pokok kau salah semuanya dan aku selalu benar”

“Iya-iya aku kena lagi”

“Ya gitu dong, aku kan selalu benar”

“Iya, iya dan aku yang selalu salah ya”

“Eri”

“Ya?”

“Aku mencintaimu”

“Aku juga mencintaimu sayang” Fumi mencium bibir Eri. Dan mereka akhirnya berdiam diri memikirkan sesuatu yang terganggu di pikirannya.

Sekian lama baru muncul sekarang sorry ya hehe.. Yang stay with me akan kelar dan melanjutkan blood red yang lama tertunda. Selamat membaca

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang