Part 7

2.6K 157 20
                                    

            Eri masih berdebat dengan salah satu Boss di Club malam ini. Eri marah karena dia tidak terima kalau Yui diperlakukan kasar olehnya. Eri tahu Yui sangat mencintai kekasihnya yang tidak lain adalah pemilik Club malam ini, sungguh dia tidak bisa terima kalau orang yang dicintainya sampai disakiti.

"Heh.. kau itu tau darimana aku menyakitinya?" tantang orang itu.

"Apa perlu aku perlihatkan rekaman itu pada polisi?" tantang balik Eri.

"Polisi. Kau pikir aku takut." Balas orang itu.

"Kalau ayahmu bagaimana? Kau bisa kehilangan semua hartamu." Gumam Eri santai membuat orang itu terpaku diam.

"Kau takut bukan? Jangan pernah macam-macam. Kalau kau berani menyakiti Yui, aku tidak akan segan-segan menjalankan rencanaku." Ancam Eri. Eri berlalu meninggalkan orang itu.

Eri keluar dari ruangan itu, dia bergegas keluar dari Club itu. Dia sudah terlalu lama, dia berjanji pada Fumi kalau dia hanya akan sebentar tapi ternyata dugaannya salah. Masalahnya lebih parah dari apa yang diduganya. Eri sampai di tempat dimana dia meninggalkan Fumi, tapi dia tidak menemukan Fumi dimana pun. Eri melihat keatas, benar saja dugaannya kalau ada cctv. Eri berlari masuk ke dalam Club itu dan mencari ruang pengintai yang ada di Club itu.

Eri dapat masuk dengan mudah dan dia memeriksa semua rekaman cctv selama sejam yang lalu. Dia dapat melihat adegan dimana dia meninggalkan Fumi sendirian. Setelah beberapa menit Eri dapat melihat ada seorang laki-laki yang menghampiri Fumi. Laki-laki itu memaksa Fumi masuk ke dalam Club, Eri mengepalkan tangannya geram. Dia berpindah pada cctv yang satunya lagi dimana rekaman itu menunjukkan kalau Fumi dibawa ke sebuah kamar.

Eri segera berlari keluar ruangan dan berlari ke tempat dimana Fumi berada.

Beberapa kali Eri menabrak pengunjung Club karena terburu-buru. Eri sudah sampai dikamar yang dimaksud. Dia menempelkan telinganya ke pintu mencoba mendengar suara yang ada didalam dan suara yang didengarnya adalah desahan perempuan. Dengan sekuat tenaga Eri mendobrak pintu itu. Dan benar saja, diatas tempat tidur Fumi sudah tidak berbusana dan kedua laki-laki itu tengah memuaskan diri. Satu laki-laki ada di selangkangan Fumi dan yang satunya tengah menjilat payudara Fumi dengan aresif.

Eri sungguh marah melihat keadaan Fumi yang seperti itu. Dia menarik rambut laki-laki yang berada diselangkangan Fumi dengan keras dan menghempaskannya ke lantai. Laki-laki itu kaget, melihat seseorang mengganggu kesenangannya. Laki-laki yang satunya mencoba membantu temannya yang diganggu. Dia berusah mengarahkan tinjunya kearah Eri, tapi reflek Eri lebih bagus dan lebih cepat dari orang itu hingga Eri bisa melayangkan lututnya ke perut laki-laki bertubuh gempal itu.

"Apa maumu? Kau bisa menyewa perempuan lain, asal jangan ganggu kami."

"Aku tidak mengganggu kalian, tapi kalianlah yang menggangguku." Gumam Eri, dia menatap tajam dua pria yang ada dihadapannya itu.

"Hei, hei.. Disini kami yang duluan mendapatkan gadis itu. Bukannya siapa cepat dia dapat. Jadi gadis itu milik kami." Perkataan itu membuat Eri semakin terbakar emosi. Dia melayangkan tendangannya ke kedua orang itu.

Kedua laki-laki itu berusaha membalas serangan Eri, tapi kembali keduanya terkena tinjuan dari Eri. Eri masih belum puas, dia kembali melayangkan tendangan juga pukulan pada kedua orang itu. Tubuh kedua orang itu sudah babak belur akibat Eri. Buku buku jari Eri sudah berdarah, tapi Eri tidak merasaan sakit sama sekali. Yang ada dipikirannya hanya menghabisi dua orang bejat itu. Kedua orang itu sudah pingsan dibuatnya.

Eri berjalan mendekati Fumi yang tertidur di tempat tidur tanpa sehelai pakaian pun. Eri melepaskan kemeja birunya dan memakaikan ke tubuh Fumi yang telanjang.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang