Chapter Two

64 8 0
                                    

"Kenapa kau ajak aku bertemu?" Tanya Risa pada Gerald saat mereka sampai dan duduk di restoran itu.

"Aku ingin bicara denganmu, face to face." Jawab Gerald serius. Lalu Ia membenarkan posisi duduknya.

"Apa?" Balas Risa dengan wajah jutek.

"Aku.. Aku ingin kita kembali menjalin hubungan."

"Apa kau bilang?" Ucap Risa kencang, hampir mendobrak meja di depannya.

"Aku ingin kita kembali menjalin hubungan." Ulang Gerald untuk kedua kalinya.

"Kau ini bodoh atau tolol?" Balas Risa tambah kesal.

"Aku.. Aku masih mencintaimu, Risa. Aku tidak tahan dengan Erin. Risa, tolonglah."

"Aku berbeda denganmu. Aku tidak bodoh ataupun tolol. Aku tidak akan kembali pada orang yang sudah meninggalkanku."

"Tapi, Risa..."

"Oh. Jadi saat Erin mulai menyebalkan kau kembali kepadaku? Memangnya aku apa? Aku bukan bola yang bisa kau pantulkan lalu kau tangkap kembali. Aku bukan boneka yang bisa dimainkan. Aku ini manusia. Aku punya hati. Aku punya perasaan." Jawab Risa panjang, mengomel ke Gerald.

"Jadi.. Kau tidak menerimaku?"

"Pikirin aja sendiri." Gumam Risa dengan bahasa Indonesia, lalu pergi dari restoran itu, meninggalkan Gerald yang sedih karenanya.

-----------------------------------------------------------

"Dasar cowok bodoh, benar-benar tidak tahu diri." Ucap Eriko marah setelah Risa menceritakan pertemuannya tadi dengan Gerald.

"Sangat." Balas Risa pendek. "Aku mual sekali melihat wajahnya. Memangnya dulu waktu dia berselingkuh dengan Erin aku tidak sakit hati?"

"Ya. Aku tahu. Aku masih ingat kau menangis meraung-raung di rumahku."

"Ya ya. Aku pun ingat. Yasudahlah, tidak usah dibahas." Jawab Risa menyerah. Sementara Eriko menuruti Risa.

Hening sementara, lalu Eriko memecah keheningan. "Hey, aku harus pulang ke rumah nanti."

"Hm? Bukannya katamu besok?" Balas Risa sambil menoleh ke arah Eriko.

"Yah, kakak ke-tiga ku pulang lebih awal dari Paris jadi aku harus membantunya." Jawab Eriko.

"Ooh begitu. Baiklah." Jawab Risa. "Bagaimana dengan makanan-makanan yang kemarin aku beli?"

"Aku bawa saja. Nanti kau beli tambahannya."

"Apa? Aku lagi?"

"Siapa lagi yang bisa aku mintai tolong?"

"Kenapa tidak Yura atau Ichiro atau Akemi atau siapalah-Yui atau si Kazuro itu?"

"Mereka sibuk."

"Begitu juga aku."

"Memangnya kau melakukan apa?"

"Aku jalan-jalan, mencari inspirasi bagus untuk apa yang harus kupotret, makan, mengedit, dan lain-lain."

"Tapi itu tidak terlalu harus benar-benar dilakukan."

"Itu penting."

"Yasudah, pokoknya aku bergantung kepadamu." Jawab Eriko pada akhirnya. "Aku jalan sekarang saja. Sudah hampir jam makan malam. Aku ganti baju dulu."

Lalu Eriko pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Setelah itu Ia keluar dengan memakai kupluk, jaket tebal, celana panjang, dan sepatu bot berwarna coklat.

Above the Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang