Chapter Four

62 7 0
                                    

Hari Sabtu di bulan Agustus itu sangatlah melelahkan. Kazuro harus terbang ke Jepang untuk menyelidiki tentang kasus Ayahnya beberapa tahun lalu. Ia sangat benci Tokyo. Rasanya berat untuk melihat Jepang. Kalau Ia bukan anak tunggal, Ia tidak harus pergi ke Jepang.

Sebelumnya, Kazuro mendaftar di sebuah kampus di Tokyo dan tinggal di salah satu apartemen di dekat kampusnya itu.

Jet lag. Itulah yang Ia rasakan ketika pertama kali sampai di Jepang. Dengan kepala berat Ia pun menyempatkan diri untuk membuka ponselnya dan melihat setumpuk SMS dan missed call.

"Astaga." Gumam Kazuro sambil melihat ponselnya dan menscroll ponselnya. "Aku lupa mengabari Kiara."

Ia pun melihat dan membuka pesan itu satu persatu sambil duduk di sofa apartemennya yang berwarna cokelat tua itu.

"Brian, aku merindukanmu. Kabar-kabari aku ya kalau sudah sampai."

"Jangan lupa makan. Dan makan makanan yang benar, jangan makan macam-macam."

"Jagalah kesehatan. Aku sangat khawatir."

"Jika sudah sampai langsunglah tidur agar kau tidak kelelahan.".

"Aku mencintaimu, Brian. Dan akan selalu begitu."

Kazuro melihat SMS-SMS itu. "Maafkan aku, Kiara. Mungkin aku akan sangat lama disini. Aku akan kembali tapi aku tidak tahu kapan. Aku sudah sampai di apartemen. Dan ya, aku akan menjaga kesehatanku dan makan dengan benar. Aku sudah membaca semua SMS darimu. Aku juga mencintaimu, Kiara." Balas Kazuro bukan melalui SMS tapi melalui e-mail.

Kazuro pun mengunci layar ponselnya dan rebahan di sofa. "Aku akan mulai kuliah dua hari lagi. Oh astaga." Lalu Ia pun terlelap.

-----------------------------------------------------------

"Kriiiing. Kriiiing. Kriiiing. Kriiiing. Kriiiing. Kriiiing. Kriiiing. Kriiiing."

Bunyi alarm di ponsel Kazuro yang sangat kencang membangunkan Ia dari lelap. Ia pun mematikan alarmnya sambil melihat ke jam yang tertera di ponselnya. Jam sembilan.

Kazuro pun melompat dari kasurnya, segera ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi, lalu berganti pakaian. Ia pun pergi ke kampusnya dengan menggunakan taksi.

Sesampainya di kampus, Ia berjalan santai. Kelas dimulai jam sembilan, dan saat itu pukul sembilan lima belas. "Untuk apa buru-buru. Aku tidak peduli."

Above the Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang