7b

282 13 0
                                    

Sore hari, 30 menit sebelum pesta dimulai, sudah banyak yang datang. Tentu saja si pemilik pesta akan datang belakangan. Tempat pesta, yaitu rumah Sera sendiri dibuat seindah mungkin. Dengan dekorasi berupa 5 pinata berbentuk kepala orang berambut kribo.

Saat jam sudah menunjukkan waktunya mulai acara, sang MC mempersilahkan si tuan putri untuk turun. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat duo cewek yang merupakan pentolan sekolah sekaligus sahabat pemilik pesta ikut turun.

Yang membuat kaget tentu saja pakaian mereka. Pakaian mereka kelewat santai, hanya kaos oblong dengan celana pendek setengah paha. Simple tapi kecantikan mereka tetap ada.

Tiba di pertengahan tangga, Aren mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan kaget begitu melihat Osta, ia tidak sendiri, melainkan bersama Elsa. Ia pun berusaha tidak ambil pusing, biarlah.

Sera dan Nella pun terkejut kemudian, saat Aren tertawa terbahak-bahak. Ruangan jadi sepi karena ulah nyablak Aren. "Hahaha! Gila, lo buta tulisan?" seru Aren.

Tidak ada yang tahu siapa yang ditunjuk Aren, namun ketika mereka mengedarkan pandangan, mereka baru sadar bahwa Aren menyindir cewek yang memakai dress terlewat mewah.

Semua kontan tertawa, membuat dua cewek yang ditertawakan mukanya memerah menahan malu. Nella dan Sera tidak bisa menahan aksi temannya. Betul kata Aren, kalau pasti ada yang pake dress.

"Kan gue bilang juga apa," bisik Jerson. Tadi mereka berdua memang membicarakan cewek cabe itu. Perkiraan Jerson 100% benar. Pasti akan ada aksi dari Aren.

Para orang tua yang berada di pojok ruangan--orang tua dari Sera, Aren, Nella, Jerson, Osta, dan Chillo--hanya geleng-geleng kepala menatap aksi Aren. Bahkan Dilo dan duo keronconya yang kebetulan datang karena sedang berlibur di Indonesia pun ngakak sendiri karena perbuatan anak sableng itu.

"Psst... Udah ren, lo nggak kesian?" tanya Nella berbisik.

Aren menggeleng kelewat semangat, lalu ia turun dari tangga dengan kilat, dan menghampiri cewek itu. "Kayaknya diundangan Sera tadi ada tulisan dresscodenya, kenapa lo sendiri yang salah? Nona Deterjen Junior! Apa lo mau ngabisin deterjen produksi bokap lo?" sindir Aren membuat mereka yang ada disana tertawa ngakak.

Mau tak mau Dilo yang berada disitu menjadi ngakak habis-habisan. Ia mengingat kejadian dimana Aren yang menjuluki cewek-cewek aneh itu sebagai nona deterjen. "Psst... Udah," bisik Nella. "Partyyyy!!" seru Nella kemudian.

•••

"Gila lo!" cetus Zelo. Aren memang mendatangi mereka semua, selagi mereka berada di Indonesia.

"Aren anak anti-mainstream," cibir Sera si ratu pesta.

"Udah deh, kan asik ada gue," kata Aren bangga.

"Iya deh, yang waras ngalah," cibir Nella.

Sejenak mereka cukup tenang, Aren tidak mengingat Osta untuk sementara. Sera pun mengedarkan pandangan mencari Jerson, seharusnya dia datang bukan?

Lalu ia menemukan seorang yang ia kenal dekat. Jerson. Tapi ia tidak sendiri, ia bersama sesosok perempuan. Sera tidak tahu itu siapa, yang pasti ia hanya tahu bahwa hatinya sedikit nyeri melihat hal itu.

•••

"Hei Jer!" sapa seorang cewek, suaranya lembut, mampu menggetarkan hati pendengarnya. Khususnya kaum adam.

Jerson menatap perempuan yang memanggilnya. Ada perasaan aneh saat melihat perempuan ini. "Hei Lel!" sapa Jerson balik.

Lely Viane Gusta, seorang cewek yang termasuk cantik dengan tinggi semampainya, penerus perusahaan keluarga Gusta, kalau dilihat-lihat, akan setara dengan keluarga Hutama.

"Kamu ama siapa disini?" tanya Lely. Binaran mata itu masih ada, binaran yang hanya ia tunjukkan ketika menatap Jerson.

"Ini kan pesta ultah temen gue, jadi banyak temen gue disini" jawab Jerson enteng.

"Ohh," lalu mereka terlibat percakapan. Bahkan Jerson bisa sampai tertawa kecil, dan melupakan seseorang yang menatapnya dari kejauhan.

•••

"Jerson!" seru Nella.

Jerson yang merasa namanya dipanggil pun menoleh ke asal suara. "Paan?" tanyanya.

"Lo liat Sera?" tanya Nella. Ia sedari tadi meninggalkan Sera menjadi bingung, biasanya Sera akan pamit kalau ingin pergi. Namun kini Sera menghilang. Mana mungkin Sera nyasar di rumahnya sendiri?

"Nggak, gue dari tadi..." Jerson berdeham, merasakan tenggorokannya sedikit kering, "...ngobrol ama temen,"jawabnya.

"Oke, kalo ketemu kabarin gue ya," kata Nella lalu pergi meninggalkan Jerson.

•••

Sera berdiam diri, ia memejamkan matanya, membiarkan angin malam menerpanya. Rambut panjangnya tertiup angin sepoi-sepoi. Ia berusaha mencerna semua kejadian tadi. Dari sore saat acara sampai sekarang ia masih bingung. Kejadian hari ini berlalu sangat cepat. Bahkan ia tidak sempat mengecek HPnya seharian ini, kecuali tadi pagi untuk membuka BBM dan SMS dari orang tuanya.

Sore ini, ia merasa hatinya seperti tertikam batu. Melihat Jerson yang sedikit bahagia bersama wanita yang bukan dirinya. Sera akui wanita itu sangat cantik, dan anggun tentu saja. Berdeda 180° dengan Sera yang tomboy dan cuek dengan penampilannya.

Hingar bingar pesta masih terasa di dalam. Sera menjadi pengap dan keluar mencari udara segar. Ia merasa pengap luar dalam, dan mungkin diluar ia bisa menemukan kesegaran yang ia inginkan.

"Lo disini ternyata," kata sebuah suara.

Sera membuka matanya dan menemukan Jerson sudah duduk di sebelahnya, cowok itu terlihat tampan malam ini, dengan jeans pendek selutut berwarna krem, lalu kaos oblong berwarna hitam yang mencetak jelas kesempurnaan badannya.

"Kok diem aja?" tanya Jerson heran. Jujur saja Sera sangat ingin sendiri saat ini. Ia tidak mau Jerson mendekatinya. Jujur saja, hatinya juga sakit saat melihat Jerson bersama cewek yang 10 tingkat lebih daripada Sera.

"Nggak papa, males aja," jawab Sera dingin.

"Lo kok makin kaku gini? Gue ada salah ya?" tanya Jerson peka.

"Nggak, gue cuman jenuh doang," jawab Sera.

"Okelah, gue temenin lo," balas Jerson kemudian.

"Nggak usah lo temenin nggakpapa kok," kata Sera.

"No, cewek malem-malem nggak boleh sendiri," balas Jerson.

"Ini rumah gue, dan lo nggak perlu khawatirin gue," balas Sera sengit.

"Lah, kan emang lo doang yang harus gue khawatirin,"

"Gue mandiri kok, urusin aja tuh model," balas Sera.

"Model?" Oh tidak, gue keceplosan, batin Sera.

"Ngh, maksud gue, tadi kan lo ama temen cewek lo, jadi gue ngira dia model, kan bagus badannya!" elak Sera secepat mungkin.

"Dia bukan siapa-siapa gue," jawab Jerson dingin.

Keheningan mengisi mereka berdua, sampai akhirnya Sera tertidur dan Jerson hanya menggendongnya menuju kamar yang ia sudah hafal dimana letaknya.

"Good Nite, little princess!" bisik Jerson.

•••

Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang