20. MY SECOND PLAYER

308 11 0
                                    

2 tahun berlalu...
Kini tidak ada lagi keceriaan di wajahnya. Semua sirna digantikan dengan wajah wanita dewasa bak dewi Yunani. Dulu ia cantik, namun sekarang ia lebih menawan.

Keceriaan kandas dari wajahnya, ia menatap dunia dengan mata dingin seperti orang yang pernah merasakan gagal cinta.

"Pagi, Miss Sena!" sapa orang-orang dikantornya. Meskipun tidak pernah ditanggapi oleh yang disapa, mereka tetap setia saja tersenyum, bahkan menyapa si Miss Sena ini.

Seseorang dari jauh mendatanginya dengan tergopoh-gopoh. Di tangannya ada tablet juga dokumen, ia nampak kesusahan. "Jadwal kita hari ini hanya pemeriksaan laporan bulanan, dan meeting dengan Nelson group" kata cewek yang memegang tablet tadi.

"Suruh Kenny menggantikan saya untuk meeting," kata Miss Sena dengan dingin.

"Baik, miss." kata cewek itu mengangguk.

•••

Semua orang di kantor ini terus membicarakan orang itu. Mereka menyebutnya 'Mr. Sena', karena orang tersebut mirip dengan bos mereka hanya saja dalam versi laki-laki.

Di bayangan mereka, Miss Sena adalah sosok tegas berhati dingin. Namun, dengan fisik seindah gitar spanyol dan wajah secantik dewi Yunani.

Lalu ada Mr. Rion, seorang pria blasteran, wajahnya terus memancarkan aura dingin seperti kulkas, namun Tuhan lagi-lagi tak adil, ia seakan diberkahi wajah dan fisik yang begitu indah. Sehingga tidak ada yang bisa berlaku sinis kepadanya, andai saja wajahnya dibawah nilai rata-rata, mungkin sudah musnah.

"Wei, lo kaga denger berita di bawah?" tanya Kenny. Selain jadi sekretaris di perusahaan Sena, Kenny merupakan orang terdekat Sena. Setidaknya untuk saat ini. Memang mereka diluar menerapkan profesionalitas, namun kalau hanya berdua, kata 'lo-gue' dan binatang akan bertebaran.

"Berita paan?" tanya Sena dingin.

"Itu lhoo, pihak dari Nelson group, guanteng pake banget!" seru Kenny bersemangat.

"Terus? Gue harus ngeliat mukanya gitu?" tanya Sena dengan pandangan bosan.

Kenny menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, dan tidak berkutu itu. "Ng-nggak juga sih, tapi kan lo harus liat pihak yang kerja sama ama lu, barangkali lu kepincut" kata Kenny.

"Kepincut babi lo! udah sana lo, gue mau kerja" usir Sena seolah tak peduli dengan gosip cowok tampan itu.

•••

"Selamat siang Pak Rion, saya Kenny perwakilan dari Hutama Group" kata Kenny memperkenalkan diri, yang hanya disambut anggukan dari Rion sendiri.

Lalu meeting pun di mulai dengan cepat, cukup 2 jam untuk menentukan lokasi dan anggaran pembangunan.

"Terima kasih, senang bisa bekerja sama dengan anda" kata Kenny mengakhiri meeting kali itu. Dalam hatinya ia merutuk kesal atas sikap Rion yang 11-12 dengan bos tengiknya itu.

•••

Sena sedang membenahi penampilannya, cukup 10 menit ia keluar dari kamar mandi hendak menuju kantin sekaligus makan siang. Namun, baru beberapa langkah dari kamar mandi, tubuhnya menabrak seseorang.

"Maaf," kata cowok itu formal. Sena mendongakkan wajahnya untuk menatap si penubruk, sungguh ia sangat kenal dengan suara itu.

Raut wajahnya berubah terkejut melihat si penabrak, seseorang dari masa lalunya, seseorang yang membuat ia mengganti namanya menjadi Sena.

"Sera,"

"Jerson,"

Sena yang sadar dirinya keceplosan segera berdiri dan meninggalkan Jerson yang masih melongo. Sena tidak mau sakit hati, ia langsung bergegas menuju ruangannya, namun akibat high heels 7cm yang ia gunakan, membuat langkahnya kurang luwes.

"Tunggu," kata Jerson sambil menarik tangan Sena.

Untuk kali ini saja, Sena-atau Sera-merutuki desain kantornya yang memiliki banyak lorong. Kini hanya tinggal mereka berdua saja yang berada di lorong ini, Sera terpojok!

Sera hanya menunduk, membuat Jerson geram. Jerson menarik dagu Sera, "gue bukan seseorang yang harus ditakuti, gue bukan monster, oke?" kata Jerson dengan nada tajam.

Setelah merasa Sera dalam keadaan siap, Jerson kembali berkata, "we need to talk" tegas Jerson.

Ia menarik Sera, dan Sera hanya diam saja diperlakukan seperti itu. Ia hanya terlalu lelah menghindar. Benar kata mamanya, setiap masalah itu dihadapi, bukan dihindari.

•••

Jerson membawanya menuju mobil sport yang sudah terparkir manis di depan lobby utama. Ia memang tidak memakai sopir karena ia lebih suka menyetir sendiri, mungkin untuk beberapa situasi saja ia akan memakai sopir.

Sera sedari tadi diam saja, ia menyandarkan kepalanya, dan menatap jalanan. "Apakah jalanan lebih indah dari aku?" tanya Jerson kesal karena dicuekin oleh Sera.

"Hm, setidaknya untuk saat ini" gumamnya.

Jerson pun mempercepat laju kemudinya, membuat Sera sedikit takut. "J-jer?" tanya Jerson, ia takut Jerson kesurupan.

"Udah diem aja, entar lagi sampek" kata Jerson, ia tidak melambatkan laju kemudinya, yang ia harapkan adalah mereka cepat sampai.

5 menit kemudian mereka telah sampai di salah satu restoran yang terkenal akan rasanya dan kemahalannya. Jerson menarik Sera menuju private room, karena suasana luar begitu ramai tidak memungkinkan terjadinya pembicaraan serius diantara keduanya.

"So, lo boleh ngomong" kata Jerson memecah keheningan. Namun Sera tetap diam, Jerson hanya menghembuskan nafas pasrah.

"Oke, biar gue sekarang." katanya.

Ia mendekati Sera, membuat Sera mundur menjauh. Namun Sera kalah cepat, jerson sudah menangkapnya dan membawanya terlebih dahulu ke pelukannya.

"Aku kangen kamu" kata Jerson dengan penuh kesedihan.

Sera tertegun mendengar suara Jerson yang menyiratkan kelemahan. Ia harus tetap pada pendiriannya dimana semua lelaki sama saja. Ia mendorong Jerson untuk melepaskan pelukan mereka.

"Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan anda" kata Sera.

Emosi Jerson memuncak saat itu juga. Ia mencengkeram erat lengan Sera membuat Sera sendiri meringis. "Kamu harus dengerin penjelasan aku," kata Jerson lalu menunjukkan sebuah video di HPnya.

Tampaklah seseorang yang Sera kenali sebagai teman kuliah Jerson. "Di-dia?" tanya Sera kurang percaya.

Jerson mengangguk, "dia yang udah jebak aku, entah obat dari dukun mana, yang jelas aku bisa lupa sama apa yang terjadi waktu itu." jelas Jerson melengkapi arti dari video tadi.

"So, will you forgive me? Aku tau, ini sangat terlambat. Tapi, aku sungguh-sungguh ingin memperbaiki semuanya. Kita mulai dari awal, dan kita ciptakan memori yang lebih indah." kata Jerson.

Sera tertegun sejenak mendengar permintaan Jerson, lalu ia membalas, "kamu cukup perbaiki, tapi memori ini, biarkan aja dia jadi kenangan serta pelajaran untuk kita" kata Sera bijak.

Mereka berdua tersenyum lembut, saling memandang penuh cinta hingga yang melihat mungkin akan iri. Lalu wajah mereka saling berdekatan, hingga bibir mereka bersentuhan. Awalnya mungkin hanya sentuhan biasa, namun kemudian saling memagut satu sama lain. Hingga Jerson memberhentikan ciuman itu, keduanya terengah dengan pipi semerah tomat.

"It was my first kiss" kata Sera.

"No, ini yang kedua," jawab Jerson tersenyum lembut.

Sera mengerutkan keningnya, seingatnya mereka tidak pernah berciuman. "Ka--" perkataan Sera terputus karena Jerson langsung memeluk erat Sera.

"Thank you," bisik Jerson lembut. Lalu ia bersujud di depan Sera, tangannya mengeluarkan kotak berisi dua cincin yang sangat indah. "Will you marry me? Be my second player, my partner in crime until we die, and be the mother of our children" kata Jerson.

"Yes, I will." Hanya bahagia yang dirasakan Sera saat ini. Ia sampai speechless karena Jerson mengungkapkan dan melamarnya dengan cara romantis, meskipun di kantor yang sangat formal.

•••

Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang