9. TEROR

268 10 0
                                    

Setelah kejadian taman kemarin, hubungan mereka berdua semakin merenggang. Entah apa yang membuat mereka merenggang, yang jelas itu tidak baik.

Sera bersantai di kasurnya sambil membaca novel, kebetulan ia tidak punya acara sore ini, sehingga hanya ingin bersantai di rumah.

"Non, ini ada paket," kata Mbok Mirna, di tangannya terdapat sebuah kotak yang di bungkus kertas kado.

"Dari siapa?" tanya Sera.

"Nggak tau, tadi tiba-tiba aja ada di luar," jawab Mbok Mirna. Sera pun menerima paket itu, lalu mempersilahkan Mbok kesayangannya itu pergi.

•••

"Sera udah lama nggak keliatan," kata Jessica.

"Emang, dia kan jelas di rumahnya, ma" jawab Jerson cuek.

"Kalo itu sih mama juga tau, tapi kok aneh aja, biasanya kan kalian bareng" simpul Jessica.

"Biarin bebas dulu ma, bosen tau kalo cuman ama Sera, Seranya pasti juga bosen ngadepin kulkas kayak dia," sindir Arez.

•••

"ARGHHH!!" teriak Sera keras.

Ia membuka paket tersebut dan terkejut menatapnya. Sebuah foto dirinya dengan darah menutupi bagian wajahnya.

Ada catatan kecil di yang berada di belakang foto tersebut, bunyinya : 'Kau mungkin masih bersenang-senang sekarang, tapi tunggu aku, ketika aku datang, kau akan lupa apa itu senang!'. Di tulis dengan tinta berwarna merah. Ada bonekanya juga, dengan mata yang dicongkel. Cukup mengerikan.

Sera gemetar ketakutan, sampai Mbok Mirna datang, "Non, kenapa?" tanya Mbok Mirns khawatir.

"I-Itu!" cicit Sera gemetaran. Ia duduk di kasurnya, kakinya ia lipat dan ia membenamkan dirinya disana. Tubuhnya bak batu yang gemetaran sekarang.

"Non, bibik telpon tuan nyonya ya?" tawar Mbok Mirna. Orang tuanya sedang berada di luar rumah, membuat mereka hanya berkomunikasi lewat telepon saja.

"Ja-jangan, biarin aja mereka selesai kerjain tugasnya," balas Sera.

•••

Jerson mengamati tubuh Sera yang kini terbaring dengan pulasnya di ranjang miliknya. Sera memang berada di rumah Jerson, ini semua ulah Mbok Mirna yang memberitahukan perihal teror-meneror itu.

"Ini udah sering kejadian, cuman nggak tau non Sera kok nggak pernah ngomong. Awalnya sih cuman bau bangkai tikus, lalu besoknya banyak kecoa. Non Sera memang nggak pernah bilang, tapi saya tahu kalau dia gemetaran," kata Mbok Mirna.

Jerson mengacak rambutnya frustasi. Kejadian ini tentu saja salahnya. Ia punya banyak musuh, di dunia nyata, maupun di dunia yang ia sebut teknologi itu.

Tidak ada yang tahu bahwa Jerson sangat pintar untuk urusan komputer, tablet, dan perangkat elektronik lainnya. Mereka mungkin hanya tahu bahwa Jerson itu cowok dingin tampan yang bisa bermain game.

"I'm sorry," lirih Jerson. Ia menatap wajah polos Sera, bibirnya yang merah merona menggoda Jerson.

CUP...

Tanpa pikir panjang, Jerson mencium Sera, tepat di bibir.

•••

Sera membuka matanya, sinar matahari serasa menusuk pandangannya. "Udah bangun lo?" tanya seseorang yang cukup ia kenali suaranya.

Awalnya ia tidak sadar akan semua ini, barulah setelah ia membuat matanya, ia sadar bahwa ia tidak berada di kamarnya sendiri.

"Gue dimana ini?" tanya Sera.

"Lo di rumah gue, tepatnya di kamar gue," jawab Jerson lirih.

"Nga-ngapain gue ada disini? Maksud gue, kenapa gue bisa disini?" tanya Sera bingung.

"Lo pingsan, karena teror," balas Jerson tiba-tiba menjadi datar.

"L-lo? Kenapa bisa tau?" tanya Sera takut. Ia sudah mencoba merahasiakan dari Jerson, namun sepertinya peribahasa 'sepintar-pintarnya menutupi bangkai, baunya akan tercium juga,' sangat menggambarkan situasi mereka saat ini.

"Sekarang gue yang tanya, kenapa lo sembunyiin ini semua dari gue?" tanya Jerson dingin.

"Gu-gue..." Sera bingung akan menjawab bagaimana. Sungguh, ia tidak ingin kelihatan lemah, hanya karena masalah teror kecil itu, dia harus melaporkan pada Jerson, lagipula siapa Jerson?

"Gue tau lo pasti mikir, itu cuman masalah kecil," tebak Jerson, yang sebenarnya tepat.

"Please, tell me..." pinta Jerson lirih. "...Mungkin bagi lo itu semua nggak penting, tapi bagi gue penting. Lo itu sobat gue, meskipun Aren Nella juga, tapi lo yang terdeket, bonyok lo nitipin lo ke gue, jadi please lo crita semuanya, terutama masalah lo," jelas Jerson kemudian.

Sera hanya bisa tersenyum miris. Cuman teman, tapi kenapa gue semacem nggak rela? batinnya.

"Heii!" seru Jerson karena menatap Sera yang seperti tidak mendengarkan apa perkataannya.

"Eh?" tanya Sera bingung.

"Lo ngelamun?" tanya Jerson.

"Eh? Ng-nggak kok," jawab Sera gugup.

"Oke, lo mandi gih," balas Jerson pada akhirnya.

•••

Sera tidak bisa menemukan Jerson dimana-mana. Ia sudah mencari ke seluruh penjuru ruangan. Namun ia berhenti di satu pintu, kamar Jerson.

Ia bimbang antara memilih masuk atau menunggu, akhirnya ia memilih mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Son, Jersonn!" seru Sera. Tidak ada balasan yang ia terima, namun ia tidak ingin melanggar privasi Jerson dengan membuka dan masuk kamarnya seenaknya.

"Gue tunggu aja deh," putus Sera kemudian.

Sera : Lo dmn?

•••

Peluh membasahi dahinya, saat ini ia berada di kamar pribadinya, setelah mendapat rekaman CCTV rumah Sera, ia segera mengamati pergerakan setiap manusia di rumah Sera lewat video itu.

"Siapa coba dalangnya?" gerutunya.

AC di ruangan itu seolah tak berarti apa-apa. Ia masih belum menemukan titik pusat dari masalah ini.

Namun ada yang aneh dari semua ini, dari 18 kaset rekaman CCTV, hanya ada 1 yang hanya berwarna hitam saja. Muncul dugaan bahwa pelaku ada di rekaman yang hilang ini.

Sera : Lo dmn?

Satu BBM dari Sera masuk ke HPnya. Namun untuk saat ini ia tidak bisa menjawabnya, yang terpenting adalah masalah ini.

•••

"Aman bos," lapor anak buahnya.

Seulas senyum yang mirip devil itu pun tersungging di bibirnya, rencana yang ia lakukan sudah berjalan setengah. Mungkin sebentar lagi ia akan sukses.

"Haha, bagus-bagus!" seru Bosnya.

"Lapor bos, target kembali beraksi," lapor salah satu anak buahnya lagi. Yang ini cukup rapi, dengan penampilan layaknya orang kantoran.

"Shit! Kenapa bisa begitu? Bukannya kamu sendiri yang bilang kalo ThunderJ sudah tidak beroperasi lagi di dunia hacker?" seru bosnya marah.

"Saya memang bilang begitu, tapi entah kenapa ia kembali aktif sekarang. Rasanya gelagat kita sudah di ketahui!" balas anak buahnya.

"Aku tidak mau tau, kamu bereskan saja semuanya.

Menyewa 5 hacker handal dengan seratus lebih prajurit otot yang siap sedia, tapi kenapa bisa kalah oleh seorang hacker kecil yang masih ingusan.

•••

#Ampun dah, kaga pinter buat cerita berbau teknologi :v

Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang