14. MASA KOMA YANG MENCEKAM

351 12 0
                                    

Setiap hari bagaikan ujian bagi Jerson, ia merasakan kehilangan. Kehilangan dalam arti dalam, entah mengapa ia merasa kehilangan Sera lebih dari sekedar kehilangannya yang lain.

Kalau digambarkan dengan lagu mungkin seperti lagunya Separuh Jiwaku karya Anang Hermansyah. Padahal Sera hanya tidur, tapi tidak tahu kapan bangunnya.

•••

"Kamu nggak pulang dulu?" tanya Helen.

Jerson menggeleng, "aku jaga Sera aja te, ini semua juga gegara aku dia gini" jawab Jerson.

"Tapi kamu udah tiga hari nggak pulang, nanti mama kamu khawatir" balas Helen.

"Mama udah setuju aku nunggu disini kok," kata Jerson.

"Ya udah, tante titip Sera aja deh," kata Helen.

Lalu tinggallah mereka berdua di dalam kamar. Jerson menggenggam tangan Sera dengan penuh perasaan. "Lo kapan bangun?" tanya Jerson sambil tertawa hambar.

"Mungkin lo nggak tau ini, tapi gue ngerasa banget kehilangan lo, jauh di lubuk hati gue, gue kehilangan sosok yang selama ini selalu mengisi hari-hari gue!"

•••

"Gimana keadaan Sera?" tanya Chillo.

"Ya lo udah liat sendiri," jawab Jerson.

"Sabar aja deh," balas Chillo. Susah menghadapi Jerson untuk belakangan ini, ia terlihat lebih emosional untuk masalah Sera.

Pernah suatu kali saat jari Sera yang bergerak tiba-tiba membuat Jerson kalang kabut memanggil suster. Nyatanya Sera bukan sadar, hanya guncangan sedikit.

"Gimana ama kuliah lo?" tanya Chillo lagi.

"Gue gimana mau kuliah kalo Sera nggak kuliah?" balas Jerson.

Mendengar itu, Chillo sedikit heran, "lo... suka ama Sera?" tanya Chillo ragu.

"Nggak, gue cuman merasa kehilangan. Anggap aja dari kelas 10 gue dikenalin ke Sera, dijodohin, apa nggak ngerasa kehilangan gue sekarang," jawab Jerson.

"Fix lo suka ama Sera," Chillo menepuk pundak Jerson penuh simpati, membuat Jerson mau tak mau tersenyum akibat ulah temannya itu.

"Nggak mungkin lah, gue juga mungkin cuman ngerasa bersalah aja, kenapa pas itu gue terlambat nyelametin dia?" sesal Jerson.

"Sabar aja, suatu saat dia akan bangun," balas Chillo.

"Osta mana?" tanya Jerson. Ia merasa heran dengan pasangan penuh keterlambatan itu, disaat cinta datang mereka semua malah pergi saling menolak.

"Dia mutusin pergi, dia lanjutin kuliah di luar negeri" jawab Chillo. Wajahnya terlihat murung. Wajar memang, siapa yang tidak murung ketika sobatnya memutuskan untuk pergi.

"Tenang, lo ada gue," kata Jerson.

Chillo pun bertambah pias, "Gu-gue juga mau ngomong sesuatu," kata Chillo lirih. "Gue mau pindah, ngikut ortu ke Berlin," lanjutnya.

"Oh, selamet deh!" balas Jerson. Meskipun terlihat riang, jujur saja ia sedih kehilangan teman-temannya satu-persatu.

"Lo, nggak papa?" tanya Chillo.

"Kata papa gue, jadi cowok itu harus kuat, hadapi semuanya meskipun kamu cuman sendiri" kata Jerson.

Mereka berpelukan sejenak, "gue bakal kangen ama lo!" kata Chillo.

"Gue juga!" balas Jerson.

•••

"Kamu tau kenapa om masih percaya aja sama kamu? Padahal kamu anggepannya aja udah nyelakain anak om" tanya Rafi.

Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang