13. JERSON THE HACKER BOY

325 13 0
                                    

"Haha! Nggak usah khawatir, nanti lo bakal mati juga!" kata cewek itu terlihat sangat bahagia sekali.

"Si-siapa sih lo?" lirih Sera. Badannya sudah tidak kuat lagi menerima siksaan sebanyak ini. Ia sudah di pukul, di silet sedemikian rupa, memar-memar di wajah akibat tinjuan maut cewek itu.

Dasar psikopat! geram Sera.

Terakhir kali, sebelum kesadarannya hilang total, ia hanya melihat sebuah cahaya yang cukup terang dari luar, kemudian gelap menguasainya.

•••

"Ayo sini anak manis!" seru sebuah suara.

"Ng-nggak mau!"

"Ayo sini, sini main sama om, ini om punya permen" ajak pria itu lagi.

"Nggak mau!" tolaknya sekali lagi.

"Ayo!" kata pria itu mulai tidak sabar.

"Nggak!"

"Hei! Jangan kasar sama perempuan!" seru seorang bocah yang seumuran dengan perempuan itu.

"Haha, kamu pewaris Nelson bukan? Haha Akan untung banyak aku!" kata pria itu pongah. Sementara itu, cowok kecil itu mengambil balok kayu kecil dan memukul pria itu dengan membabi buta.

"Ayo kita pergi!" ajak si bocah cowok itu kepada cewek kecil.

•••

"Jerson!" seru Helen panik. Perjalanan bisnis sebulan mereka pun terpaksa berhenti untuk kembali ke tanah asal mereka. Setelah Jerson mengabari bahwa putri mereka mengalami kekerasan fisik oleh salah seorang teman mereka yang psikopat, mereka berempat pun segera terbang menggunakan jet pribadi untuk menengok putri mahkota keluarga Hutama.

"Dia di dalam" lirih Jerson. Ia masih shock dengan kejadian tadi.

Flashback...
"Sera..." Seru Jerson saat berhasil mendobrak pintu gudang itu.

Si cewek bertopeng membalikkan badannya, meskipun tertutupi topeng, Jerson tahu kalau cewek itu cukup kaget. "Gue udah tau lo itu siapa, Aphrodusa atau Lely Viane Gusta!" seru Jerson beringas.

Lalu ia membuka topeng itu dengan dramatisnya, menampilkan wajah ayu Lely yang saat ini tengah menyeringai licik. "Hei sayang!" katanya manja.

Jerson mengernyit jijik mendengar sapaan Lely. Namun, seperti yang dilihatnya sekarang, Lely seperti mempunyai kepribadian ganda yang membuatnya tampak beringas dan lemah di satu waktu.

"Kamu kesini pasti mau nemuin cewek nggak tau diuntung ini ya?" kata Lely sambil menggembungkan pipinya. "Itu tuh, liat, aku habis main prakarya, itu tuh bagus ya?" katanya manja. Ia mendatangi Jerson dan merangkul erat lengan Jerson.

"Lo gila!" desis Jerson. "Gue kesini mau nyelametin Sera," lanjut Jerson kemudian.

"Ihh, kamu kok nyelametin dia sih? Dia kan udah mau mati, tinggalin aja napa? Kan ada akuu!" elak Lely tak terima.

"Shit! Lo gila!" geram Jerson marah.

Wajah Lely yang tadinya imut kini berubah menjadi garang, kilat kemarahan muncul dimatanya. Senyum sinis pun muncul di wajahnya, "iya, aku gila! AKU TERGILA-GILA AMA KAMU! HAHAHA!" seru Lely.

Jerson segera menghempaskan tubuh Lely, namun ia kalah cepat ketika tangannya sudah terlilit dengan Lely, dan pistol yang ia yakin sungguhan itu sudah mengacung di samping pelipisnya.

"Kalo kamu nolongin dia, kamu sama aja setor nyawa sama aku!" kata Lely dingin.

"Minggir lo gila!" ketus Jerson.

"Oh sayang, maafin akuuu! Aku maaf! Aku nggak bakal nyakitin kamu kokk!" kata cewek itu berubah manja.

Shit, kepribadian ganda, batin Jerson.

Acara penyelamatan itu berakhir setelah ditembakkannya pelatuk pistol oleh polisi. Rupanya mereka adalah suruhan Pak Segara sebelum ia meninggal dunia.

"Maafin Jerson," lirih Jerson sembari bersujud di kaki Helen. Ia tahu bagaimana rasanya kehilangan, karena ia telah kehilangan Sera, seorang yang cukup dekat dengannya, yang baru-baru ini menguasai setengah bagian hatinya.

"Kamu nggak salah, kami malah berterima kasih sama kamu, kalo nggak ada kamu mungkin Sera akan jadi mayat hidup," balas Rafi bijak.

"Tante, Om, Ma, Pa, ada yang mau aku omongin. Sebenernya, Sera kayak gini karena aku," kata Jerson dalam-dalam.

Semua yang menunduk sontak mendongak menatap penasaran ke arah Jerson, "maksud kamu?" tanya Helen. Cerita Jerson si hacker boy pun meluncur dari mulut seorang pangeran es seperti Jerson itu.

"Kamu bilang tadi siapa cewek yang psikopat itu?" tanya Arez. Ia mencoba menghubungkan fakta baru yang ia dapat.

"Lely Viane Gusta" jawab Jerson.

Tiba-tiba Jessica menutup mulutnya tidak percaya, mengala dunia sempit sekali? Marlo Abadi Gusta, teman mereka di masa lampau, dan merupakan musuh mereka sekaligus.

Jadi ini semua menjadi masuk akal, Marlo merupakan bos besar yang diceritakan Jerson, ia menyuruh Jerson membuat sebuah sistem operasi yang membuatnya dapat untung berlipat-lipat bila berhasil di operasikan. Untuk itu, ia juga turut menyuruh anaknya menjalankan rencana liciknya itu. Untuk kasus Pak Segara, ia yakin mereka pasti turut ambil bagian.

"Dimana Pak Segara?" tanya Arez lirih.

"Dia-dia... meninggal" jawab Jerson.

Tubuh Arez meluruh tiba-tiba ke lantai, sekelebat memori tentang masa kecilnya bersama pengasuhnya, Pak Segara. Namun, ia juga baru sadar akan sesuatu.

"Kamu itu si 'master'?" tanya Arez perlahan.

Jerson mengangguk kaku, memang dirinya adalah si master, pencipta sistem operasi di perusahaan turun temurun keluarganya.

Tiba-tiba, pintu ruang operasi terbuka, menampilkan seorang dokter yang seumuran Rafi dan Arez.

"Gimana keadaan pasien, dok?" tanya Jerson sopan.

"Dia sudah ditangani, tapi akibat dari kekerasan yang ia terima, membuat kesadarannya hilang dan sekarang ia dalam masa koma. Kami memohon bantuan keluarga dan kerabat pasien untuk support pasien, mungkin bisa membangkitkan dia untuk keluar dari alam bawah sadarnya. Akan tetapi, ketika ia bangun, kemungkinan trauma sangat besar terjadi, apalagi kekerasan yang dialami cukup berat untuknya." jelas dokter itu panjang lebar, membuat mereka semua lega dan sedih sekaligus.

•••

"Kenapa lo nggak bilang lo punya masalah?" tanya Chillo.

"Sorry, gue nggak sempet. Gue kira lo bakalan bantu Osta aja, karena lo tau ndiri kan kalo Osta lagi galau-galaunya sekarang," balas Jerson.

"Lo temen, bahkan lo itu saudara gue, nggak mungkin lah gue cuman merhatiin Osta, gue bisa aja bantu lo lewat cara lain. Bahkan gue yakin Nella nggak tau kalo sobatnya meregang nyawa di ruang operasi!" ketus Chillo.

"Sorry, gue kalut waktu itu," balas Jerson lemah.

"Oke, gue maafin lo, asalkan lo harus ingat untuk nelpon gue dikala lo ada masalah," kata Chillo mengingatkan.

"Gue juga marah ke lo," sahut Osta. Jerson mendelik tajam ke arah Chillo yang saat ini tengah nyengir tak berdosa. Rupanya Chillo menjadikan ajang untuk sidang.

"Silahkan aja marahi gue," balas Jerson lemah.

"Gue marah karena lo ngira gue selemah itu ditinggal Aren. Sejujurnya gue emang sedih dan galau, tapi gue rasa sebagai teman yang punya masalah, lo wajib menceritakan semuanya," kata Osta.

Akhirnya, mengalirlah cerita si hacker boy dari mulut Jerson. Cerita yang sama, kepada orang yang berbeda.

•••

Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang