#18

538 40 0
                                    

[Clara POV]

"Kapan kau akan ke Indonesia?"

Aku terdiam mendengar pertanyaan Rayhan. Aku memang pernah berkata akan pergi kesana, tapi entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa enggan.

"Entahlah," gumamku.

"Jadwal kuliahmu sangat padat ya?"

"Tidak juga. Beberapa hari kedepan aku tidak memiliki jadwal kuliah sih."

"Lalu?"

"Entahlah."

Rayhan menghela nafas panjang. "Padahal aku sangat merindukanmu, tapi nampaknya kamu tidak."

Aku tersenyum. Tapi aku tidak tau mau menjawab apa. Karena jika kukatakan aku merindukannya juga, itu bohong namanya.

"Baiklah, jika kau merindukanku, katakan padaku, dan aku akan teleport kesana."

Aku tertawa. "Indonesia dan NY itu tidak dekat."

"Dekat buatku, kan teleport. Percayalah."

Aku tertawa lagi.

"Baiklah, aku harus melanjutkan pekerjaan ini. Bye. Jangan lupa makan siang."

"Ya, kau juga." gumamku lalu memutus sambungan telepon.

Aku menghela nafas panjang lalu menghempaskan tubuhku di kursi taman dekat kolam ini. Aku menghirup nafas panjang, berharap udara segar ini dapat ikut menenangkan pikiranku.

Aku memejamkan mata, dan berusaha mengosongkan pikiranku, mengatur nafasku, menenangkan diriku. Damai, nikmat rasanya. Nikmat sekali.

Entah berapa lama aku memejamkan mata, tapi rasanya masih sangat sebentar, sampai suara berdeham disebelahku membuatku membuka mata.

Siapa lagi kalau bukan Jacob.

"Sejak kapan kau disini?" tanyaku terkejut.

Jacob tersenyum. "Kembalilah tidur. Wajahmu terlihat sangat damai, aku senang melihatnya."

"Siapa yang tidur sih? Sok tau. Bagaimana kau tau aku ada disini?"

"Aku kan punya informan terpecaya."

Dan pikiranku langsung melayang pada Cassie.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini? Kau ada kuliah?"

Aku menggeleng. "Mungkin aku akan ke perpustakaan seperti biasanya."

Jacob mendesah. "Kenapa kau suka disana? Aku yang melihatnya saja sudah tau bahwa itu membosankan."

"Membosankan? Tidak, bagiku itu sangat..."

Tiba-tiba Jacob bangkit dari kursi lalu menarik tanganku. "Ayo, ikut aku."

*****

Didalam mobil dia hanya bersenandung ria tidak jelas, sedangkan aku hanya memandanginya dengan wajah cemberutku.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang