#20

472 32 0
                                    

[Clara POV]

"Apa yang membuatmu..... sangat takut untuk jatuh cinta?"

Kalimat pertanyaan itu seketika membuat jantungku berdebar tak karuan. Aku menatap ke dalam matanya, lalu tanpa sadar aku terkesiap pelan.

Udara tiba-tiba terasa menjadi sangat dingin, dan dengan cepat aku masuk ke dalam apartement.

Aku sudah sangat sering mendengar pertanyaan itu dari orang-orang, terutama Cassie, mungkin sudah berulang kali ia menanyakannya.

Tapi kenapa saat Jacob yang menanyakannya, membuatku seperti ini? Aku merasa aku harus jujur padanya, dan karena itu aku menjadi.... takut. Aku benci untuk mengingat itu semua. Mengingat kejadian 8 tahun yang lalu.

Jacob menyusulku dan ikut duduk di sampingku. Ia memegang kedua lenganku dengan kedua tangannya yang hangat. "Ada apa, Claire?"

Jacob menatap ke dalam mataku, ia menatapku dengan tatapan khawatir, penasaran, dan menenangkan. Dan aku menyadari jantungku menjadi berdebar tak karuan. Reflek aku menjauhkan kedua tangan Jacob yang memegang lenganku tadi dengan cepat.

Jacob memperhatikan itu dengan seksama. Dan entah mengapa aku merasa bersalah telah bersikap seperti itu.

Ia menghela nafas panjang. "Aku ambilkan minum sebentar."

Ia mulai bangkit dari sofa, lalu aku ikut bangkit dari sofa. "Tidak perlu, Jake. Kupikir sebaiknya aku...."

Dunia disekelilingku terasa berputar, lalu semua menjadi hitam.

*****

"Claire? Kau sudah sadar?"

Aku membuka mata perlahan dan melihat Jacob memandangku sendu lalu duduk di pinggir tempat tidur. Ia hanya memandangku, dan sedikit memberi jarak.

Lalu kejadian sebelum aku pingsan seperti terputar ulang di kepalaku.

"Maafkan aku." ujar Jacob.

Aku hanya diam menatap jemariku yang mulai bergetar lagi. Rasanya lidah ini sangat kelu untuk berbicara.

Aku menghela nafas panjang dan perlahan aku balas menatap Jacob, dan ia masih disana menungguku dalam diam, menungguku dengan sabar.

"Lebih baik kuantar kau pulang sekarang, kau terlihat sangat pucat." ucap Jacob lagi.

Aku hanya mengangguk.

Selama di perjalanan, Jacob tidak mengajakku bicara sama sekali. Dan aku pun enggan memulai percakapan. Dikepalaku dari tadi hanya berpikir, apakah sebaiknya aku menceritakan yang sebenarnya kepada Jacob atau tidak?

Entah mengapa aku ingin berbagi dengannya. Aku percaya padanya. Aku percaya padanya sehingga aku ingin ia tau bagian yang paling kelam dari diriku.

Setengah jam kemudian, mobil sudah berhenti di depan rumahku.

"Masuklah dan istirahatlah." ucap Jacob lembut. "Dan maafkan aku. Seharusnya aku tadi..."

"Sebenarnya.." selaku. "Aku juga tidak tau mengapa merasakan sesuatu seperti ini. Kecemasan berlebihan ketika seseorang berusaha mendekatiku. Dan kecemasan berlebihan ketika aku mulai menyadari bahwa aku mungkin jatuh cinta. Tapi aku sadar ini dimulai saat aku berusia 12 tahun." ujarku memulai.

Jacob tidak berkomentar, ia menunguku melanjutkan.

"Saat itu.... aku... aku melihat ibuku melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya dengan pria lain." suaraku tercekat, bayangan ibuku dengan pria lain menghantuiku. Air mata mulai memenuhi pelupuk mataku, dan aku tak bisa membendungnya lagi.

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang