#24

420 29 0
                                    

[Author POV]

Keesokan harinya, Jacob sudah mulai kembali ke kampus dan mengejar beberapa mata kuliah yang tertinggal. Ia sangat kesusahan saat mengerjakan beberapa tugas karena ia merasa bahwa belum pernah mengetahui materi itu, tapi ia juga bersyukur bahwa setidaknya ia masih mengingat semua teman-temannya.

Tiba waktunya makan siang, Jacob pun pergi bersama Lea ke kafetaria. Sepanjang jalan banyak yang menyapanya dan menanyakan bagaimana kabarnya, dan itu membuatnya lelah karena harus memberikan penjelasan yang sama berulang kali.

Ia makan siang sambil mendengarkan Lea yang bercerita panjang-lebar tentang ia yang ketiduran di kelas dan menjadi bahan tertawaan seisi kelas karena saat itu ia di panggil si dosen untuk menjawab pertanyaan. Namun, Jacob bahkan hampir tidak mengerti apa yang tengah Lea bicarakan. Jacob sibuk memperhatikan gadis yang duduk di pojok sana, yang sedang terlihat menertawakan sesuatu dengan temannya.

******

[Clara POV]

"Kau tau tidak, kalau deadline semakin dekat! Dan aku bahkan baru mengerjakan 40%nya!" ucap Narine menggebu-gebu.

Aku tertawa melihatnya seperti itu. Masalahnya kalau ia panik seperti ini, malah semakin ia lama untuk menyelesaikannya. "Aku yakin itu adalah deadline artikel majalah yang kau sebut-sebut akhir-akhir ini."

Narine mengangguk lalu mendesah. "Lagipula bagaimana bisa mereka memintaku mengerjakan dengan waktu yang singkat? Mendesain baju itu beda dengan mengerjakan soal matematika!"

Aku tertawa lagi karena melihat ekspresinya.
Narine melotot kearahku. "Beraninya kau tertawa!"

Aku mengangkat kedua tanganku namun tawaku kembali meledak.

"Lalu kenapa kau menyanggupinya?" tanyaku akhirnya.

"Karena ini kesempatan emas bahwa karyaku akan semakin dikenal lagi!"

Aku memutar bola mata. "Berarti... worth it lah."

Narine mendengus. "Iya sih. Ah, daripada aku pusing memikirkannya lebih baik aku pesan pizza saja."

"Astaga, apakah sandwich ini tidak cukup?"

Narine menggeleng lalu segera melangkah mantap menuju pizza favoritenya.

Sambil memperhatikan sosok Narine yang menjauh, tiba-tiba ujung mataku menangkap sosok laki-laki yang sedang memandang kearahku sambil setengah melamun.

Dan ketika mataku pas menatap ke dalam matanya, seperti biasa, jantungku bergemuruh dan rasanya hampir keluar dari rongga dada ini.

Aku mendapatinya seperti tersadar dari lamunannya dan dia memandangiku dengan sedikit bingung, lalu dia tersenyum padaku.

Entah mengapa otot di wajahku terasa kaku sehingga seperti memerlukan banyak tenaga untuk tersenyum, dan ketika aku balas tersenyum, gadis di depannya memanggilnya.

Membuat ia berpaling dan menatap gadis itu.

Tak lama ia tertawa lebar dan setelah kutunggu beberapa detik, ia tak menoleh ke arahku lagi.

*****

"Kemana saja baru pulang? Kau bilang kuliahmu selesai pukul 2?"

Suara nyaring Cassie membuatku mendesah kesal.

"Aku membaca di perpustakaan, seperti biasa."

"Cepatlah mandi dan bersiap-siap."

"Mau kemana? Aku sangat lelah hari ini dan moodku sangat buruk."

PhilophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang