Seyla hanya terus berlari mengikuti kata hatinya. Napasnya menderu disertai pandangannya yang mulai mengabur. Udara yang dingin serta cuaca yang tidak bersahabat seakan menyedot habis tenaganya. Peluhnya bercucuran kemana-mana, pun dengan pemikirannya. Sejujurnya hati dan pikirannya tak sejalan. Benaknya tak dapat mencerna segalanya dengan baik. Tetapi hatinya mengatakan untuk terus berlari dan menghampiri dia.
Seyla sampai di depan gerbang sebuah rumah. Hatinya membuncah kala mengingat masa lalu yang sering ia lewatkan di sana. Seorang wanita keluar dari rumah tersebut sembari menenteng sebuah payung. Beberapa detik berselang pandangan keduanya saling bertemu. Seyla senang bukan main, juga kelihatannya hal yang sama terjadi pada wanita tersebut.
Segera wanita itu menghampiri Seyla dan membuka gerbang. Lantas memeluknya erat hingga Seyla sempat berpikir dia akan mati bila 5 detik saja ia berada dalam situasi tersebut. Untung saja ekspektasinya salah. Ia rasa lebih dari 5 detik berlalu kemudian baru ia terlepas dari pelukan wanita itu dan nyatanya ia masih hidup.
"Hai, Bi." Sapanya kaku
Seyla meneliti wanita di hadapannya. Wajahnya terlihat lelah, bahkan kelihatan lebih tua dibanding yang ia lihat terakhir kali. Seyla paham. Ia paham sekali. Berita menyebar dengan luas dan ia yakin itu kembali menyakiti hati wanita di depannya itu.
"Hanbin di dalam?" Tanya Seyla
"Kau ke sini untuk menemui Hanbin?"
"Iya, sebab dia berkata padaku ia diberi waktu istirahat menjelang debutnya. Apakah itu benar?"
Wanita—Ibu Hanbin— yang dipanggil bibi oleh Seyla itu mengulum senyum sambil menatap matanya dalam. Seyla dapat merasakan kekhawatiran di sana. Lama tak diberi jawaban dan Seyla masih menatap mata itu yang kelihatannya mulai memproduksi cairan. Sontak ia kaget.
Apa yang telah aku lakukan?
"Bi? Bibi baik-baik saja?"
"Kau tidak membencinya, sayang? Setelah semua berita yang telah tersebar luas? Kau masih mencarinya? Masih ingin menemuinya?"
"Kenapa kita hanya terus mengajukan pertanyaan tanpa memberi jawaban pada masing-masingnya, Bi? Apa yang Bibi katakan? Bibi menganggapku apa? Kenapa berbicara seperti itu?"
Wanita itu mendengar getar dalam suara Seyla. Ia sendiri tak menyangka masih ada orang seperti gadis di hadapannya itu saat semua kabar buruk menimpa keluarganya. Tak sadar, sebuah senyum melengkung di bibirnya.
"Ia keluar sejak tadi. Katanya ingin mencari udara segar di taman."
"Apa dia bertingkah aneh sejak ia kembali ke rumah, Bi?"
"Bagaimana kau tahu? Ia terus memelukku tanpa memberi alasan apapun. Dasar anak itu."
Mendengar pernyataan itu langsung dari ibu seorang Kim Hanbin membuat Seyla tak tahan lagi. Ia harus bergegas sebelum sesuatu terjadi.
"Kalau begitu aku langsung meny—"
"Bawa payung ini bersamamu. Ramalan cuaca mengatakan akan hujan deras hari ini."
Nyonya Kim menyerahkan sebuah payung yang sedari tadi ia pegang.
"Kalian harus memakainya jika hujan turun. Jika kau yang membawakan payung mungkin Hanbin akan menurut."
"Terimakasih, Bi."dan setelah itu Seyla melesat menuju taman di sekitar perumahan.
Rintik mulai bertemu dengan tanah menguarkan bau yang memang sangat Seyla sukai. Ia tidak sabar dan tanpa diperintah tungkainya melaju kencang, berlari. Setelah sampai, tak sulit menemukan seorang Kim Hanbin. Ia mengenakan setelan super tertutup dan sedang duduk di bawah sebuah pohon. Seyla mengamatinya sebentar. Melihat tangan pemuda itu menengadah ke atas di udara mencoba menangkap sebuah retasan air di sana. Tak sadar, ia tersenyum melihat anak laki-laki itu baik-baik saja. Bahkan terlihat sangat bodoh, tapi Seyla senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
iKON Fanfiction
FanfictionOneshoot series of YG's new boygroup, iKON. Written in Bahasa. Buka aja dulu siapa tau nyantol