Unkind Vacation

1.3K 60 6
                                    

Mungkin dari kejauhan, mini van berisikan delapan muda-mudi itu terlihat normal. Layaknya mini van yang mengangkut penumpang untuk bertamasya. Tetapi, lakon
paling normal hanya terlihat dibangku pengemudi dan bangku disebelahnya.

Donghyuk yang sudah hampir satu tahun sejak mendapat ijin mengemudi ialah yang paling berpengalaman disini. Lupakan pria lain, bahkan Junhoe hanya bisa menangis nyaring saat guru kemudinya menyuruh lelaki semampai itu untuk memegang stir.

Disamping Donghyuk ada Yoanne yang membaca kembali resep budae jjiggae untuk menu makan siang nanti. Tak banyak konfersasi diantara keduanya. Satu sama lain fokus terhadap urusan masing-masing.

Bangku penumpang barisan pertama diisi Junhoe, Desse, Yoonri dan Hanbin. Sebagai yang tertua kedua dalam perjalanan kali ini, Hanbin berlaga bak seorang pemimpin yang bisa diandalkan setiap saat. Padahal, sedari tadi Junhoe dan Desse sudah mengolok-olok gaya bicara Hanbin. Hanya Yoonri yang mendengarkan kekasihnya dengan teramat fokus. Bahkan mata gadis itu tak dapat berpaling sedikit pun dari wajah Kim Hanbin.

Dibangku penumpang paling belakang tersisa Yunhyeong dan Jasmine ditemani perabot dan juga tas persediaan makanan. Bagaimana keadaan mereka setelah sampai ditempat tujuan?

***

Siang itu lumayan terik. Situasi dan kondisi yang cukup baik untuk menghabiskan waktu di pesisir pantai. Setelah berpisah dengan dua pasangan lain, Junhoe dan kekasihnya —Desse
memutuskan untuk membangun istana pasir di dekat ombak yang suara deburnya secara alami membuat mood menjadi rileks.

Pemuda Goo itu dengan tidak sabar menarik lengan gadisnya untuk segera mencari lokasi yang sekiranya memungkinkan untuk membangun istana pasir yang sederhana. Setelah sebelumnya diteriaki untuk memakai sunblock, Desse hanya memasrahkan diri kepada Junhoe yang kelihatannya terlampau excited.

Langkah keduanya terhenti kira-kira satu setengah meter dari batas air yang terbawa ombak. Sembari tersenyum penuh makna tersirat, Junhoe kembali menarik lengan Desse untuk sekedar berjongkok bersamanya dan memulai segala rencana rahasia yang telah disiapkan oleh pemuda itu.

“Kau itu bodoh atau apa sih, Jun?”

Kalimat itu meluncur tak lama setelah keduanya saling bertukar tatap sehabis berjongkok. Ya, Junhoe memang bodoh. Ia hanya memikirkan bagian ‘yang menyenangkan’ dari rencananya sehingga tak mengingat hal utama yang dibutuhkan dalam membangun istana pasir —ember dan sekop.

“Buat saja menggunakan tangan.” Jawabnya
enteng

“Hasilnya pasti buruk,”

Junhoe membatu. Sesuatu dalam tempurung kepalanya berusaha mencari alasan supaya rencananya tetap berjalan dengan mulus.

Sementara itu, Desse berusaha mengontrol moodnya. Gadis itu berulang kali menghitung mundur dalam hatinya. Tetapi kelihatannya percuma, tampaknya membangun istana pasir bersama kekasihnya yang ia pikir akan sangat menyenangkan kini merupakan sebuah hal yang perlu dipertimbangkan.

Iris keduanya kembali bersirobok. Tak sampai sepuluh detik, Desse menyerah. Ia bangkit dari posisi sebelumnya kemudian melipat kedua lengan di depan dada. Junhoe masih pada posisinya. Yang berbeda hanya arah pandangnya yang sekarang mendongak untuk
melihat wajah gadisnya.

“Kau tidak boleh menyerah sebelum berperang.”

Lagi, untuk yang kesekian kalinya, Junhoe menarik Desse. Gadis itu kini tengah terjongkok di hadapan Junhoe.

“Bicaramu terlalu tua, Jun.” Ejek Desse Junhoe hanya tersenyum miring. Alih-alih menimpali kalimat Desse yang terdahulu, pemuda itu justru mulai meraup pasir di tangan besarnya. Sedikit demi sedikit memadatkannya lalu membentuk bagian-bagian yang menurutnya kelihatan seperti istana pasir idaman.

iKON FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang