Harusnya sore itu suasana hati Yoonri tidaklah kelam. Harusnya ia bahagia jika memang Hanbin benar-benar menjadi pemimpin organisasi di sekolah. Harusnya ia bangga pemuda Kim yang menyandang status sebagai kekasihnya itu memiliki jabatan yang penting bagi 3 angkatan di sekolahnya.
Bukannya takut diacuhkan, seandainya memang Hanbin terpilih menjadi ketua osis, ia hanya khawatir pemuda itu kewalahan atas tanggung jawab yang tersampir pada bahunya. Hei, kau pikir mengurus segala organisasi intra sekolah itu mudah? Tidak, kan? Gadis Yoon itu hanya sangsi, belum lagi klub basket yang Hanbin pimpin juga pasti akan menerima imbas jika ia terpilih menjadi ketua osis untuk periode satu tahun ke depan.
"Ri?" Panggil Hanbin
Ah, ya. Keduanya masih berada di ruang serba guna. Hanbin masih sibuk mengurus segala berkas untuk mempromosikan dirinya dalam pemilihan yang akan dilaksanakan minggu depan. Yoonri masih membatu, bahkan tidak menyadari panggilan yang Hanbin lontarkan. Benaknya masih berkutat dengan kesangsian dan hal apa saja yang akan terjadi semisal Hanbin terpilih.
"Nona Yoon?"
Kali ini Hanbin mengguncang bahu gadis itu,"Eh, Apa?"
"Kau bicara apa tadi, Bin?"
Yang ditanya hanya menahan kedua sudut bibirnya agar tidak melengkungkan kurva. Ia menggeleng sejenak,"Mau pulang?"
"Memangnya kau sudah selesai?"
Kedua manik renik milik gadis itu berkedip beberapa kali dengan tempo yang sama. Netranya mendapati bahwa segalanya telah rampung. Semua berkas telah tersusun rapi dan tengah berada di genggaman Hanbin. Selama itu kah ia melamun?
"Melamunkan apa, sih? Tumben mulutmu diam," Ujar Hanbin
"Biasanya cerewet." Imbuhnya
Yoonri tidak menanggapi perkataan sekaligus pernyataan Hanbin. Salahkan otaknya yang bekerja terlalu keras sehingga hal-hal di sekitarnya terabaikan. Yoonri masih tergeming saat Hanbin telah selesai dan memasukkan kertas-kertas ke dalam tas punggungnya. Gadis itu, sungguh, bahkan ikat rambut yang hampir lolos dari rambutnya pun ia tak sadar. Dia benar-benar overthinking.
Hanbin duduk tepat di hadapan gadisnya yang tengah mengigiti kuku ibu jari sambil mengetukkan telunjuk di tangan satunya pada permukaan meja. Sorot maniknya kosong, tapi rautnya jelas menggambarkan benaknya yang sedang kusut.
"Masih memikirkan aku yang tetap bersikeras mencalonkan diri jadi ketua osis?" Tanya Hanbin.
Setelah beberapa sekon tak ada respon dari pertanyaannya, Hanbin menghela napas. Alih-alih menyadarkan gadis itu dari lamunnya, Hanbin malah bertopang dagu. Menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang bersarang di kepalanya. Sudah cukup, ia tidak ingin adu mulut dengan gadisnya lagi. Kendati Yoonri sudah mengiyakan pilihannya untuk tetap mencalonkan diri, entah kenapa sesuatu dalam hati kecilnya mengatakan bahwa gadis itu tetap saja tidak setuju.Keduanya tak bergerak barang seinchi. Yoonri masih sibuk dengan pikirannya sedangkan Hanbin tengah meneliti wajah gadis itu. Ia ingin tertawa, sungguh. Bagaimana bisa ada orang yang memiliki wajah seperti Yoonri. Gadis itu memiliki pipi yang gembil, tetapi dagunya lancip. Apalagi saat tersenyum, mungkin dagunya bisa dipakai untuk menjahit kain yang robek.
Tak tahan, Hanbin tergelak. Ia memegangi perutnya yang mulai sakit lantaran terpingkal terlalu keras. Saking kerasnya bahkan Yoonri terkesiap dan kemudian mengerutkan dahi, bingung.
"Apa?"
Hanbin masih tertawa. Memang sedikit kejam, tapi faktanya wajah gadis itu memang langka dan menggemaskan.
"Kau menertawakanku, ya?"
Kali ini tawanya surut. Ia menggeleng."Aku tahu kau menertawakanku, Bin." Ucap Yoonri kesal
Gadis itu bangkit dari duduknya. Ia berputar dan membereskan tas punggungnya. Tapi saat ia berbalik--
KAMU SEDANG MEMBACA
iKON Fanfiction
FanfictionOneshoot series of YG's new boygroup, iKON. Written in Bahasa. Buka aja dulu siapa tau nyantol