Tidak ada yang sulit. Kiranya begitulah prinsip gadis Kim yang tengah berusaha memecahkan masalah matematika dari setumpukan buku yang ia ambil dari rak perpustakaan. Di sebelahnya seperti biasa Goo Junhoe justru asik bertopang dagu memerhatikan gadis itu yang kepalanya hampir meledak menyelesaikan paket soal matematika teknologi.
"Pusing, ya?"
Sungguh, kalimat itu bukannya kedengaran perhatian malah terdengar horror di telinga Eylsa.
"Retorik."
"Main tebak-tebakan, yuk?"
"Apaan sih, Jun?!"
"Aku super hero. Coba tebak namaku siapa?"
Enggan menanggapi, Eylsa hanya mengerling sembari menghembuskan napas berat lalu memutar kedua bola matanya mengabaikan Junhoe.
"Tebak dong, Eyl."
Junhoe merengut. Lucu sekali. Eylsa melirik dari ekor matanya sebelum benar-benar menoleh ke arah Junhoe yang masih pouting. Sumpah mati, seketika perutnya mual.
"Apa? Superman? Batman?"
"Ttaeng," Junhoe nyengir mengetahui pancingannya ditangkap sempurna.
"Terus, apa?" tanya Eylsa penasaran
"I'm Yourman."
Lagi, rentetan gigi putihnya memanjakan netra Eylsa. Bocah sialan itu kini tengah memegangi perutnya yang sakit akibat terpingkal terlalu keras.
Sejemang, Eylsa kebingungan dengan tingkah Junhoe. Simpul indah merekah di wajahnya tak berapa lama setelah neuronnya memroses motif dari aksi yang Junhoe lakukan. Sial, benaknya. Meski dikerjai, Eylsa tetap tertawa, entah kenapa.
"Punya nyawa berapa, Jun?"
Kesal tapi senang, ia menarik seragam Junhoe sembari menjejalkan penghapus ke dalam mulut sialan yang masih terbahak itu.
"Hey, Eyl. Pipimu merah!"
Eylsa terkesiap. Ia menghentikan aktifitas menjahili Junhoe yang habis mengerjainya. Selama menggelitiki tubuh lelaki itu benaknya memang melayang entah ke mana. Memikirkan lelucon barusan mungkin. Gadis itu refleks menempelkan kedua telapak tangan di masing-masing sisi wajahnya kemudian menatap Junhoe yang tengah menahan tawa.
"Yang benar?" tanya Eylsa
Tak memakan banyak sekon, tawa pemuda Goo itu kembali pecah. Merasa dipermainkan, Eylsa kesal bukan main. Sorot maniknya melemparkan death glare pada Junhoe yang masih tertawa. Ia kembali meraih pensil mekaniknya kemudian kembali membaca soal dan berusaha menjawabnya.
Puas tertawa, Junhoe meninggalkan kursinya. Anak sialan itu memang tidak jelas kepribadiannya. Eylsa yang notabene kekasihnya saja tidak paham betul dengan lelaki itu.
Terhitung sepuluh menit setelah kepergiannya Junhoe kembali membawa dua kaleng minuman berperisa apel--kesukaan Eylsa. Ia kembali mendaratkan bokongnya di kursi yang sebelumnya ia duduki. Junhoe tahu Eylsa kesal dan ia senang sekali menggoda gadis itu. Ia tersenyum, lalu membuka kaleng minuman tersebut kemudian menyodorkan pada Eylsa yang masih sibuk berkutat dengan soal integral dan segala embel-embelnya.
Eylsa tak menghiraukan segala aksi penebusan dosa yang Junhoe lakukan. Ia hanya mencorat-coret lembaran kertas lantaran tak menemukan jawaban atas soalnya.
Tak ditanggapi, Junhoe menaruh kaleng minuman dan mengambil alih soal yang sedari tadi Eylsa geluti tanpa mendapat jawaban. Jari lentiknya menggoreskan rentetan angka serta menyubstitusiskannya ke dalam rumus. Fokus Eylsa kini terpecah menjadi dua. Yang satu kepada Junhoe yang begitu santai menghadapi soal terkutuk itu dan satunya lagi betapa tampannya pemuda sialan itu ketika sedang mengerjakan soal.
"Kkeut,"
Kurva yang lumayan tajam terpatri jelas di wajah Junhoe ketika dirinya selesai dan membulatkan option C yang memiliki jawaban paling tepat. Demi Tuhan, kenampakan itu memiliki efek yang tidak baik pada jantung Eylsa. Gadis itu tergeming sejenak kemudian merebut pensilnya dari tangan Junhoe.
"Tidak fokus, ya? Minum dulu, Eyl."
"Kau terlalu berisik. Makanya aku tidak konsentrasi."
"Bilang saja kau tidak konsentrasi karena aku terlalu tampan."
"Cih, over PD."
Junhoe menilik wajah gadis itu yang kelihatan pucat. Belakangan ini Eylsa memang belajar terlalu keras lantaran ujian akhir sebentar lagi tiba. Junhoe jadi sedikit khawatir.
"Eyl, kau sakit?"
Eylsa hanya menggeleng.
"Sudah makan siang belum?"
"Belum."
"Wajahmu pucat. Kenapa tidak makan?"
"Astaga Goo June, kau bawel sekali, sih. Dompetku tertinggal di rumah makanya aku tidak bawa uang untuk beli makan."
"KENAPA TIDAK BILANG?! DIAM DI SINI, AKU BELI MAKAN DULU. JANGAN KEMANA-MANA. OKAY?!"
Junhoe melangkahkan tungkainya secepat kilat. Eylsa terkikik geli dengan sikap lelaki itu yang terkadang menggemaskan meski lebih banyak aksinya yang menyebalkan sih. Gadis itu merogoh ponsel di saku almamaternya kemudian bercermin di kamera depan. Hanya memastikan saja apakah benar yang Junhoe katakan kalau wajahnya pucat. Eylsa mengiyakan pernyataan Junhoe setelah beberapa saat menelaah rautnya yang memang kelihatan pasi.
Tak lama berselang Junhoe datang membawa seplastik besar berisi roti dan segala macam snack. Eylsa terperangah.
"Astaga. Kau tidak diteriaki penjaga perpustakaan membawa makanan sebanyak ini, Jun?"
"Tidak. Lagi pula siapa dia berani meneriaki seorang Goo Junhoe?"
Sebuah simpul merekah di wajah Eylsa. Junhoe membuka bungkus sebuah roti berisi selai kacang kemudian menyuapi gadis yang kini berhadapan dengannya lantaran ia mengubah posisi kursi yang ia duduki sebelumnya. Keduanya tersenyum, hampir bersamaan.
"Lain kali tidak perlu repot-repot, Jun. Sebentar lagi kan pulang jadi aku bisa makan di rumah." kata Eylsa
"Siapa bilang aku repot? Lagi pula kalau kau pingsan di jalan, bagaimana?"
"Aku tidak selemah itu, tahu."
Lensa gadis Kim itu memotret beberapa bulir keringat yang meretas lewat pelipis Junhoe. Buru-buru ia mengambil tisu dan menyekanya.
"Jangan terlalu memforsir tenagamu untuk ujian akhir, Eyl. Bisa-bisa kau malah sakit karena kelelahan belajar."
"Aaaww, how cute,"
"Kau tahu, Jun? Aku sayang padamu kalau begini caranya." Aku Eylsa dengan begitu gamblangnya
"Sama. Aku juga."
"Apa? Sayang padaku juga?"
"Bukan, Aku juga sayang pada diriku sendiri."
Sialan. Tahu begini tidak akan aku berkata demikian.
-fin
KAMU SEDANG MEMBACA
iKON Fanfiction
FanfictionOneshoot series of YG's new boygroup, iKON. Written in Bahasa. Buka aja dulu siapa tau nyantol