Meja yang diapit oleh dua sejoli yang tengah beradu argumen dalam tatapan mereka hanyalah benda mati. Benda yang tak dapat berkata apapun untuk melerai keduanya. Tapi yang jelas, ia menjadi saksi bisu di mana sepasang kekasih keras kepala ini berdebat dalam diam.
Atensi mereka tak lepas satu sama lain. Tak ada sedikitpun gelombang suara yang dapat tertangkap oleh telinga manusia normal. Sebenarnya mereka sedang bergulat, lewat sorot manik masing-masing.
Si pria menghela napas, mengalihkan pandangannya sebentar lalu memejamkan mata. Kedua irisnya terlalu lelah berdebat mungkin. Si gadis tetap kukuh pada pendirian, bahwa si pria yang berbuat salah.
"Baiklah, aku kalah."
Seiris senyum kecut tergores di wajah si gadis, menandakan sebenarnya ia ingin sekali memukul lelaki di hadapannya.
"Hanya itu?"
"Memangnya maumu apa?"
"Pikirkan saja sendiri." Dengan dinginnya perkataan gadis itupun turut menghilangkan kepulan asap yang berasal dari kopi hangatnya. Ia mengambil tas yang ia letakkan di kursi sebelahnya duduk lalu berdiri untuk kemudian merajut langkah.
Telah memahami apa yang akan gadisnya perbuat, si pria memundurkan kursinya, masih tetap dalam posisi duduk. Ia menarik lengan gadisnya yang baru menginjak langkah ke-dua. Saking kerasnya tarikan tersebut membuat gadis itu jatuh terduduk di pangkuannya.
"Lepaskan aku, Kim Hanbin." intonasi bicaranya pelan.
Tanpa pergerakan bibir yang begitu kentara ini terdengar seperti gertakan. Semua sorot mata mengarah pada mereka sekarang.
"Tidak akan, sebelum kau memaafkanku."
"Memangnya kapan kau minta maaf? Bodoh. Jangan bertindak memalukan di depan umum seperti ini."
"Sejak kapan kau memperdulikan penglihatan orang lain terhadap hubungan kita?" sempat-sempatnya lelaki itu mengeluarkan kata-kata yang membuat telinga panas.
Ia mengarahkan pandangannya pada semua tatapan risih yang menghujam mereka berdua. Lantas tersenyum tanpa dosa atas kenampakkan yang ia buat di hadapan orang-orang.
"Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!" sekuat tenaga gadis yang masih terduduk di pangkuan Hanbin berusaha melepaskan cengkeraman di lengannya. Tapi apa daya, dia tidak mampu.
Lepaskan-aku-atau-kau-mati. Pancaran sinar dari iris cokelat kokoa milik Seyla mengatakan demikian. Menghakimi perbuatan kekasihnya yang terlampau memalukan di hadapan publik seperti ini. Dengan kedua sudut bibir yang masih terangkat dengan bangga, Hanbin melepaskan Seyla.
Tanpa kebimbangan Seyla melangkahkan tungkainya sesuka hati. Beberapa sekon setelah itu Hanbin mengikutinya dari belakang. Keduanya terus melangkah, meski pikiran mereka entah melayang kemana.
Sampai di depan lorong gang yang gelap, Seyla berhenti. Hanbin yang berada beberapa langkah di belakangnya pun demikian. Ingat bahwa Seyla takut akan kegelapan, Hanbin menyusul langkah agar sejajar dengannya.
"Apa?!"
"Kau takut?"
"Tidak!"
"Jangan bohong."
Tanpa menanggapi pernyataan yang sama sekali tidak perlu dijawab Seyla kembali berjalan. Tidak peduli sama sekali akan hal yang mungkin saja terjadi di kegelapan sana. Setidaknya tidak gelap gulita, ada lampu jalan walau sinarnya remang.
"Berhenti." suara berat Hanbin sukses menahan langkahnya. Hanya sepersekian detik, sih. Kemudian Seyla kembali melaju.
"Aku bilang berhenti, Seyla Han." melihat yang diperintahkan tidak menurut, Hanbin kembali mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
iKON Fanfiction
FanfictionOneshoot series of YG's new boygroup, iKON. Written in Bahasa. Buka aja dulu siapa tau nyantol