Chapter 2

394 56 3
                                    

     Rio dan Tania tiba disekolah dengan tepat. Pada saat Upacara Bendera sudah usai. Sebagai murid baru, Tania diperbolehkan untuk tidak ikut upacara pada hari ini. Dan itu merupakan nikmat tersendiri bagi Tania. Mereka berjalan melewati koridor yang masih ramai oleh beberapa siswa, sorotan mata dari beberapa siswa tidak hentinya berhenti memperhatikan mereka berdua. Rio membawa Tania ke ruang Tata Usaha untuk mengurus segala macam administrasi.

     Tania menunggu Kakaknya dibangku yang sudah disediakan, matanya tidak henti-hentinya melihat seluruh penjuru sekolah itu dari sini. "Kamu dapet kelas XI MIA 1, kelasnya ada di pojok kanan sana deket perpus." Rio datang, setelah selesai mengurus administrasi.

     Perpus? yes!, batinnya.

     "Yaudah Kak Rio berangkat kuliah dulu, ya." Tania mengangguk. Perpisahan mereka diakhiri dengan Rio mencium kening Tania, mereka melambai tangan secara bersama, Rio pun pergi menjauh.

KRIIIIINGGGG!!!!
'Jam pelajaran pertama dimulai'

•••

     Tania buru-buru jalan menuju kelasnya yang berada diujung setelah mendengar bunyi bel. Ada rasa gugup ketika Tania sampai di pintu depan kelasnya. Masuk ga ya? pikirnya. Dengan yakin, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dengan langkah pelan, semua murid yang ada di kelas XI MIA 1 memusatkan perhatiannya pada gadis yang sekarang berdiri didepan pintu.

     Semua murid kini memberhentikan aktifitasnya tanpa terkecuali. Mulai dari yang sedang berduaan di pojok kelas, yang sedang menggosip bersama teman sekitarnya, yang menyalin PR teman sebangkunya, yang sedang membuat onar, sampai yang sedang tadarusan, mereka semua melihat ke arah Tania dengan tatapan bingung untuk beberapa detik.

     Tania yang tak nyaman dengan kondisi seperti ini, langsung mencari tempat duduk. Matanya berhenti mencari ketika satu bangku yang paling belakang kosong. Tania segera duduk dibangku sendiri tanpa seorang teman sebangku.

     Pandangan teman-temannya tetap tersorotkan untuknya. Membuat Tania risih diperhatikkan seperti itu. Tenang Tan, mereka cuma ngeliatin doang, malaikat kecil di benak Tania menenangkan. Untunglah keberuntungan hari ini berpihak padanya.

     "Assalamu'alaikum anak-anak."

     Seorang wanita berpakaian rapih, tiba-tiba masuk ke dalam kelas, membuat semua murid memberhentikan aktifitasnya dan bersiap untuk belajar.

     Serempak mereka menjawab, "Wa'alaikumsalam Bu."

     "Ibu dengar hari ini kelas kita kedatangan murid baru ya? boleh Ibu tau yang mana?" Semua murid menoleh ke arah Tania yang duduk dibelakang. Tania mengangkat tangan kanannya perlahan, untuk meyakinkan kalau dia memang benar murid baru.

     "Silahkan perkenalkan diri kamu ke depan." Tania maju dengan tatapan lurus ke bawah.

     Tania merasa perutnya kini mual karena ia gugup, ia mulai memberanikan diri untuk berkenalan di depan kelas, "Na — nama saya Tania Putri, Kalian bisa panggil saya Tania." perkataanya terhenti sejenak, suasana kelas menjadi gaduh ketika Tania selesai mengucapkan namanya. Tania hanya diam didepan kelas tanpa berbicara sedikitpun. Keadaan yang sangat ingin ia hindari. Diperhatikan. Tania membuka mulutnya untuk mengakhiri perkenalannya. "Sebelumnya saya homeschooling." ucapnya, membuat kelas semakin ramai karna pernyataan Tania itu.

     "Baik Tania, saya wali kelas kamu yang baru. Perkenalkan nama saya Winarti, anak-anak biasa memanggil saya Bu Wina." Guru itu mulai memperkenalkan dirinya ke Tania yang terlihat gugup, lalu mempersilahkannya untuk duduk kembali,    "Tania silahkan duduk ditempat mu kembali." Tania mengangguk nurut, kembali ke tempat duduknya.

     Pelajaran pun dimulai.

     "Silahkan buka catatan kalian minggu lalu!" perintah Bu Wina memulai pelajaran Biologi hari ini, Tania mengambil buku kosong yang ada ditasnya. Dilihat sekelilingnya semua teman sekelasnya sibuk melihat tulisan yang ada dibuku catatan mereka, aku harus nyalin, pikirnya. Tania berusaha untuk meminjam buku catatan teman laki-laki yang ada disampingnya.

     "Ehm... boleh minjem catatan nya, ngga?" tanya Tania ragu-ragu. Pandangannya tidak yakin kalau laki-laki itu mencatat materi sebelumnya.

     "Nih." Laki-laki itu memberikan buku catatanya, Tania mengambil buku itu dan dirinya sempat tersontak melihat tulisan dibuku yang ia pinjam terlihat begitu —rapi.

     Tania buru-buru mencatat, mengejar materi yang tertinggal. Hanya beberapa menit untuk Tania mencatat. "Makasih —Jev?" Tania memberikan buku itu kepemiliknya, bernama Jevin Putra. Ia tau namanya karena badge yang terletak di seragam sekolahnya itu. "Iya sama-sama." Jevin pun menerima buku itu dan ikut melihat badge namanya sendiri.

•••

    Pelajaran yang lancar bagi seorang murid baru seperti Tania. Waktu istirahatnya tadi ia gunakan untuk membaca beberapa buku di perpus yang menarik untuknya.

     Lima detik yang lalu, bunyi bel berbunyi, buru-buru Tania bangkit dari bangkunya dan langsung pergi keluar menunggu Rio menjemput. Tiba-tiba Handphone nya berbunyi menandakan ada pesan yang masuk, dilihatnya pesan itu, dari Rio ternyata.

     Tania mendengus kesal setelah membaca pesan yang dikirimkan Rio, yang isinya; maaf Tan, kakak gabisa jemput kamu, ada kuliah tambahan. Kamu naik ojek aja kalo gamau naik angkot.

     Tania membuka aplikasi ojek online yang baru ia unduh kemarin malam. Antisipasi kalau tiba-tiba Rio tidak bisa menjemputnya seperti hari ini. Lalu memasukkan alamat yang dituju dan menunggu ojek yang menjemputnya.

•••

     Malam ini sama seperti malam-malam kemarin. Setelah makan malam, Tania pergi ke kamar untuk menonton tv. Handpone nya masih sama, belum ada notif spesial yang membuat Tania tertarik bermain dengan Handphone nya.

     Tapi malam ini sepertinya ada yang berbeda dari malam kemarin. Kalau biasanya Tania akan tidur larut malam sampai pagi buta untuk menonton film, mulai malam ini kebiasaan itu sudah harus ia kurangi karena sekolah.

     Seperti sekarang setelah menamatkan satu episode drama Korea terbaru, Tania bergegas tidur setelah sebelumnya merapikan buku-buku yang harus ia bawa besok sesuai mata pelajaran yang sudah dijadwalkan.

     Semua buku sudah Tania masukkan ke dalam tas, lalu Tania mengambil selimut untuk membawanya ke alam mimpi yang indah. Setelah membaca doa, matanya lama-lama terpejam, meninggalkan harapan yang ia dambakan untuk besok.

Thanks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang