Chapter 11

147 24 0
                                    

Sabtu pagi, Tania sudah bersiap untuk berlatih bersama timnya untuk Pensi yang waktunya semakin dekat. Setelah berhari-hari menghabiskan waktunya untuk bergulat dengan buku-buku pelajaran dalam rangka menghadapi UTS, kini Tania bisa bernafas lega. Bisa me-refresh otaknya yang lelah karna soal-soal yang menghantuinya selama seminggu ini.

Semua murid yang berpartisipasi dalam Pensi tahun ini pun sudah siap dengan tugasnya masing-masing. Kurang lebih dua bulan. Waktu yang terasa lama, namun ternyata sebentar itu mereka manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Ruangan aula sekolah kini terbagi menjadi beberapa kubu. Ada kubu vocal, dance dan talent. Meskipun begitu, mereka tetap mempunyai satu tujuan yang sama.

"Setuju ya? barisan pertama suara satu. Barisan kedua suara dua. Yang paling belakang backing vocal." Rissa memberi arahan kepada anggotanya. Semua mengangguk setuju tanpa pengecualian. Tania sendiri kedapatan barisan nomor satu yang berada di tengah-tengah Rissa dan Revana.

Setelah kelompok pembagian suara sudah terbentuk, mereka membuat barisan sesuai yang diarahkan Rissa. Melatih suara masing-masing supaya menjadi perpaduan yang harmonis.

Panggung aula kali ini digunakan oleh anggota teater yang sedang berlatih. Mereka memang memerlukan persiapan yang lebih lama, yang membuat semua pengisi acara lain harus mengalah kalau ingin memakai panggung. Karena memang acara inti dari Pensi tahun ini adalah pertunjukan Teater berjudul:

"Peace in Your Life, Peace in Your Heart."

Judul itu sesuai dengan tema Pensi tahun ini, yaitu To Keep The Peace.

Tema ini diangkat untuk membuat generasi muda bangsa lebih menerapkan kedamaian daripada kekerasan. Terlebih sekarang marak anggota pelajar yang melakukan Tawuran serta Bullying. Oleh sebab itu, SMA Panca Bakti yang memang sudah menjadi panutan yang mencerminkan sekolah "Anti Tawuran." dan "Stop Bullying." tahun ini akan membahas tema itu. Sekaligus menyertakan gerakan itu dalam suatu kemasan pertunjukkan.

Setelah empat jam mereka habiskan untuk berlatih, semua pengisi memutuskan untuk istirahat. Sesuai dengan jadwal latihan yang sudah disesuaikan hari ini.

Tania, Revana dan Rissa beriringan menuju Musholla sekolahnya saat adzan Dzuhur terdengar, yang letaknya tak jauh dari aula. Sambil membawa mukena ditangan mereka masing-masing.

"Gue mau ke kamar mandi dulu nih, ada yang mau ikut?" tanya Rissa saat mereka sudah sampai di batas suci — tempat melepas alas kaki.

"Gue." jawab Revana dan sejurus kemudian, mereka berdua meninggalkan Tania yang sedang melepas sepatunya.

"Hai Tan!" Tania mendongak. Melihat seorang yang menyapa, yang suaranya sudah tidak asing ditelinganya.

Eh? Hai." sapanya balik. Lalu seseorang yang menyapanya tadi dengan santainya duduk di sebelah Tania untuk melepasnya sepatunya juga.

Hening. Eza sibuk dengan aktifitasnya melepas sepatu. Sementara Tania sibuk memperhatikannya. Entah mengapa cara Eza melepas sepatunya menjadi sangat menarik bagi Tania.

"Saya duluan." Eza menyadarkan lamunan Tania dan ia mengangguk. Eza pamit setelah kedua alas kakinya sudah terlepas dari kakinya. Mendahului Tania yang masih sibuk melepas sepatu. Tania sadar pergerakkannya menjadi lambat seperti ini.

"Setelah Rissa, Revana dan Tania — juga semua murid yang hadir usai melaksanakan Shalat Dzuhur berjamaah di Musholla. Masing-masing dari mereka berpencar dengan tujuan mengisi perut. Tania yang sialnya hari ini tidak membawa bekal pun turut mencari penjual makanan di sekitaran luar sekolah, karena hari ini kantin tutup. Ia jalan sendirian setelah meyakinkan Rissa dan Revana untuk makan duluan saja di aula.

Thanks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang