Chapter 15

106 19 0
                                    

Ini hari yang ditunggu.

Berbulan-bulan menyiapkan, hari ini tiba. Dengan bangga seluruh siswa SMA Panca Bakti mempersembahkan pentas seni mereka. Eza, Sang Ketua Osis membuka acara dan disusul sambutan dari yang lain. Acara sudah dimulai setengah jam yang lalu, dibuka oleh penampilan dari Sound of Heaven dan kini Teater sedang berlangsung. Membuka acara malam ini dengan begitu meriah. Sementara Tania, ia sedang bersiap untuk penampilan perdana nya.

"Tan, jangan gugup gitu, sih!"

"Gimana ga gugup? itu yang dateng banyak banget tau. Aku malu!" Tania menjawabnya sambil memainkan jemari tangannya di senar gitar yang malam ini akan menemaninya.

Eza menyingkirkan gitar dari pangkuan Tania, ia menggengam tangan Tania yang sudah basah karena keringat dingin. Lalu, Eza mengambil beberapa lembar tisu yang ia dapat dari perias yang baru saja lewat. Diusapnya tangan itu dengan sangat lembut.

"Gaada yang perlu ditakutin! aku yakin kamu bisa memukau semua yang hadir disini. Makanya kalo main pake hati, jangan pake emosi!" tuturnya lembut.

"Heem." Tania hanya menurut semua perkataan Eza, seperti anak yang tengah dimarahi Ibunya. Kemudian Eza memberikan gitar Tania kembali ke pemiliknya. Sebentar lagi pujaan hati nya itu akan tampil, memukau semua orang. Dan yang pasti selalu memukau di mata Eza.

Di sisi lain, tak jauh dari keberadaan Tania dan Eza. Jevin juga sedang bersiap, mengambil jaket hitam yang sudah disediakan wardrobe. Telinganya mendengar obrolan yang menarik dirinya. Ia mengintip lalu mendapati Eza yang sedang mengenggam tangan Tania. Ada yang tidak beres menurutnya. Sejak malam itu, ketika Jevin melihat mereka yang sedang berduaan lalu berpelukan, Tania dan Eza menjadi sangat dekat di sekolah. Jevin pun mengakuinya. Tapi Jevin hanya menganggap itu semua mungkin hanya hubungan baik antara junior dan seniornya, tidak lebih.

Tapi akhir-akhir ini Jevin mendengar rumor yang sedang menjadi bahan perbincangan dan menurut Jevin sendiri itu benar, ditambah malam ini Jevin melihat sendiri Eza yang mengenggam tangan Tania, Hal itu membuat asumsi rumor itu akurat;

Tania dan Eza berpacaran?

•••

Degup jantungnya tak seirama dengan langkah kakinya. Degupnya berlaju cepat, sementara kakinya hanya ingin melambat. Beberapa detik lagi Tania akan bernyanyi di atas panggung sendirian. Rasanya lebih menegangkan daripada penampilan nya tadi bersama Vocal Group nya. Tapi Tania tak punya pilihan lain selain harus menghadapinya.

Suara tepuk tangan sudah terdengar menggema di Aula Sekolah. Suara teriakan juga tak kalah menggema. Tania sangat mendengar jelas suara teriakan dari Rio yang hari ini hadir khusus untuk melihat adiknya itu.

Tania menghela nafas lalu memetik senar dengan sempurna. Suaranya ia senandungkan dan mulai menikmati. Ia melihat Eza tersenyum di depannya, menatap matanya yang selalu dalam. Tania membalasnya.

Kemudian matanya beralih lagi ke penonton yang lain. Lalu terhenti di bola mata Jevin. Raut wajah Jevin datar, tak menampakkan ekspresi apapun. Tatapannya seakan bisa saja membunuh siapapun yang melihatnya. Tapi di detik selanjutnya, Jevin tersenyum begitu tulus. Dan Tania melihatnya.

Untuk sesaat Tania sempat terpaku.

•••

Acara Pensi baru saja usai. Tania dan Eza beriringan menghampiri Rio di dekat tribun penonton. Lalu, mereka bertiga berbincang sebentar sampai akhirnya Eza pamit untuk pulang duluan.

Thanks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang