Chapter 9

217 34 2
                                    

      Hari ini, adalah salah satu hari kenikmatan untuk siswa-siswi SMA Panca Bakti. Pasalnya, di jam pelajaran pertama dan ke-dua akan diadakan pertandingan basket antar tiga angkatan. Ini dikarenakan guru-guru yang sedang mengadakan rapat dadakan untuk menyambut UTS yang kabarnya akan dimajukan.

      Semua murid sangat antusias mendengar hal tersebut. Suara kegirangan tak henti-hentinya terdengar di telinga Tania. Dirinya memilih untuk membaca novel koleksinya yang belum ia baca.

"Orang yang memendam perasaan  seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta."

-Tere Liye
Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin.

      Tania berusaha mencerna kata-kata di buku yang sedang ia baca itu. Serangkaian kata tadi seakan menyindirnya pelan-pelan.

      "Eh Tan! baca buku ini juga lo?" seseorang menegurnya. Tania hanya tersenyum mengangguk.

      "Kakak gue suka banget sama Tere Liye, apalagi buku yang ini." Jevin menunjuk buku yang sedang Tania baca.

      "Oh ya? emang bagus sih katanya, gue juga baru baca." jawab Tania. Jevin hanya menyimak sambil melipat seragam sekolah nya. Karena hari ini ia ikut tanding basket — sebagai ketua basket ia mewakili angkatan kelas sebelas bersama yang lain.

      Tania kemudian melanjutkan membaca bukunya. Dilihatnya seisi kelas sudah sepi. Tinggal dirinya seorang yang masih diam di kelas. Tak peduli, Tania melanjutkan kegiatannya.

      Selang beberapa menit Revana menghampirinya di kelas. Lalu mengajaknya untuk melihat pertandingan basket — antara kelas sepuluh dan dua belas yang sedang berlangsung.

      Sorak penyemangat dari masing-masing supporter antar angkatan sungguh meriah. Apalagi skor kedua tim yang imbang. Membuat masing-masing supporter makin gencar untuk memberikan dukungannya.

      "Tan, beli minum dulu yuk!" Revana mengajak Tania untuk membeli minum sekarang, karena setelahnya pemenang dari pertandingan basket ini akan melawan angkatan kelas sebelas — angkatannya.

       Tania dan Revana berjalan menuju kantin, melewati pinggir lapangan agar tak perlu repot-repot untuk melewati kerumunan murid-murid yang lain.

      DUK!

     Tania terjatuh. Seluruh perhatian kini tertuju padanya. Bola basket yang tak sengaja mengenai kepalanya itu penyebabnya. Segera Revana menolong sahabatnya itu. Namun gerakannya terhenti, saat seseorang sudah menghampiri Tania duluan.

       "Maaf gue ga sengaja, lo gapapa kan?" seseorang datang, ikut membantu Tania dan meminta maaf.

       "Iya. Ini juga salah saya lewat di pinggir lapangan." jawab Tania, sambil terus meringis tanpa mampu melihat siapa orangnya.

       Suara pluit dari sang wasit memberi instruksi untuk menyuruh pemainnya supaya lekas kembali ke lapangan, menyelesaikan pertandingannya.

       "Kalo ada apa-apa kabarin gue aja." pesannya sebelum pergi ke lapangan. Tania mengangguk. Semua orang kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing dan pertandingan basket sudah berlanjut.

Thanks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang