Chapter 17

75 14 0
                                    

Viola mengeluh, jari-jari tangannya ia ketukan di atas meja membuat irama asal. Lama sekali baso yang ia pesan. Melirik jam, bel istirahat sudah hampir selesai. "Tan gue ambil baso dulu, bentar. Ga dateng-dateng, nih." Viola bangkit, perutnya sudah lapar daritadi.

"Hmm..." Tania di mejanya sedang asik bermain dengan Handphone di tangannya. Grup chat dari Sound of Heaven sedang ramai-ramai nya membahas latihan dadakan pulang sekolah nanti di aula. Tania menghela nafas membaca pengumuman tersebut. Padahal baru saja ia menjadwalkan tidur siang di pulang sekolah nanti.

"Lagi baca apa, sih?"

Tania mendongak mendapati Eza dihadapannya. Tania mengangkat Handphone nya memperlihatkan apa yang ia baca, "Grup chat Sound of Heaven." Eza mengangguk-angguk paham.

Sudah bukan rahasia lagi kalau Eza, ketua Osis sekaligus cowok yang masuk jajaran cowok terkeren di sekolah itu, memiliki hubungan khusus dengan Tania. Bahkan para kepo-ers di sekolah tahu betul bahwa hari ini hubungan Tania dan Eza genap menginjak tiga bulan. Karena itu, melihat mereka berdua duduk berhadapan di kantin seperti ini, bukan lagi hal yang perlu digosipkan.

Tania memasukkan Handphone ke saku bajunya setelah membaca keputusan akhir dari latihan dadakan hari ini akan tetap diadakan. Huft!

      "Tadi pagi kenapa telat?" tanya Tania. Tadi saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, dari jendela kelas, Tania melihat Eza yang sedang dihukum di pinggir lapangan karena terlambat.

     "Oh itu! tadi pagi ada masalah sedikit di rumah." jawabnya santai. Tania hanya mengangguk-angguk paham.

"Ga makan?"

"Udah, kok."

"Nanti malem ikut aku bentar, yuk!" Eza menopang dagu menunggu jawaban Tania.

"Kemana?"

"Pokoknya jam 7 nanti aku jemput."

Tania memberikan senyuman untuk Eza sebelum akhirnya Viola datang membawa baso nya. "Eh ada Kak Eza."

Melihat Eza yang hendak berdiri, Viola mencegah, "Eh gausah Kak. Aku bisa nyari bangku lain." Viola mengedarkan pandangan. Cemas karena ternyata tidak ada bangku kosong yang tersisa.

"Mau duduk dimana? udah penuh semua. Nih duduk." Eza minggir, membiarkan Viola duduk dan menikmati baso yang daritadi ia bawa.

"Duluan ya." pamit Eza sebelum kembali ke kelas. Tak lupa sambil mengacak rambut Tania sebentar.

"Makin awet aja lo sama Kak Eza." goda Viola sambil menambahkan dua sendok kecil sambal ke baso nya.

Tania hanya tersenyum miring.
Makin awet aja lo sama Kak Eza.

•••

Sejak kejadian malam — yang tak mau lagi diingat Tania, hubungannya dengan Jevin semakin buruk. Tak ada lagi Jevin yang selalu meminta bekal Tania atau Tania yang selalu meminjam earphone ke Jevin saat Tania tidak membawamya. Keduanya memilih menjauh dengan caranya masing-masing.

Sampai akhirnya, Bu Irma menyuruh Jevin membawa tumpukan buku tugas Bahasa Indonesia ke ruang guru. Lalu bertemu Tania yang sedang dipanggil Pak Eko — guru Seni Musik, perihal kemahiran Tania dalam bermain gitar.

Thanks? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang