Chapter 5 : Beautiful Disaster

149 15 1
                                    

'cause I don't know
I don't know what he's after
But he’s so beautiful
Such a beautiful disaster
(Beautiful Disaster - Kelly Clarkson)

Seakan semuanya tak bertambah buruk, belum habis rasa sakit hatiku atas kelakuan dua orang pria aneh itu, secara berturut-turut aku merasa sangat tak dibutuhkan di dunia. Aku senang Mom pulang ke rumah. Dalam bulan ini Mom sering sekali pulang, ini rekor terbaru. Di luar semua rasa sakit hatiku karena wajah Mom yang tak pernah memancarkan sinar bahagia kepadaku, aku tetap senang melihat Mom dari dekat.
Tapi tidak untuk kali ini. Mom datang tidak sendiri, dia membawa seorang pria muda tampan sekali. Pria berambut pirang itu membopong Mom yang pulang dalam keadaan mabuk.

Saat Mom melihatku yang panik dengan keadaannya, Mom malah menghempaskan tanganku kencang sekali. Lalu satu tamparan mendarat di pipiku, "Mind your own damn business, you little fucking bitch!" aku memang sudah sering mendengar semua kalimat ini dari banyak anak-anak di sekolah, tapi ketika Mom yang mengatakan hal ini, rasa sakit itu seribu kali lebih menusuk.

Kalau pria pirang bodoh itu mengaku laki-laki sejati, seharusnya yang dia lakukan sekarang adalah melerai pertikaian ini. Tapi pria itu malah tersenyum licik dan makin mengeratkan tangannya di bahu telanjang Mom. Pertanyaan tentang siapa pria lancang ini dijawab begitu Mom membelai kepala pria yang aku yakin umurnya di bawah Mom, lalu satu lumatan bibir mesra Mom pamerkan di depanku. Semua hal yang ada di depan aku sangat menjijikan, aku tak mau muntah di tempat ini jadi aku putuskan untuk segera pergi.
Mom punya pacar lagi, tapi kenapa Mom tidak pernah benar mencari kekasih?! Skemanya selalu seperti ini. Mom pamer kemesraan dengan laki-laki baru, mereka kasmaran, lalu dalam hitungan minggu setelah mereka resmi di mata hukum, sang pria pujaan akan membuka topeng aslinya. Semua pria yang ada di dekat Mom hanya mengincar harta Mom, termasuk pria tadi. Jam tangan bermerk yang harganya mahal itu sudah membuktikan semuanya. Aku pernah melihat Mom membungkus kado jam tangan itu, dan aku mendengar obrolan ringan Mom dengan Helen yang membicarakan kekasih baru Mom. Entah Mom terlalu bodoh atau laki-laki itu sangat beruntung, aku tak berhak menilai. Bagi Mom, aku hanya akan selalu menjadi biang masalah yang mencemarkan hidupnya. Mom membenciku. Satu patah kata keluar dari mulutku, maka aku akan dihadiahi beragam cacian menyakitkan. Selalu.

Sungguh tak ada gunanya aku hidup kalau semua yang terjadi pada hidupnya tak berguna begini. Aku mengambil sesuatu di laci kamarku. Silet yang aku letakkan di bawah kertas-kertas agar Helen tak curiga. Helen sering sekali mengecek keadaan benda tajam di kamarku untuk menjaga agar aku tidak melakukan hobiku lagi. Tapi sayang Helen lupa, aku bukan gadis bodoh. Semakin gencar dia menentangku, maka aku semakin semangat melancarkan gerakan menyakiti tubuhku. Seperti memakai narkoba, aku merasa melayang saat melihat darah keluar dari sayatan yang aku buat. Aku merasa tenang dan sekelilingku tak lagi menjadi beban. Aku ada di titik ternyamanku ketika melakukan itu. Aku bahagia melakukan tindakan itu. Seharusnya kalau Helen sayang dengan aku, Helen membiarkanku bebas melakukan self harm atau bahkan membantuku mewujudkan cita-citaku. Bunuh diri dan mati.

Aku memasang headphone dan menyetel lagu Welcome To My life dari Simple Plan dengan volume super kencang. Lagu itu sudah mendeksripsikan semua hal yang sesuai dengan jalan hidupku, dan dengan mendengarkan lagu itu aku semakin terpacu untuk menyayat pergelangan tanganku. Aku tak pernah diinginkan dan dengan sangat menyesal aku akan mengucapkan'welcome to my fucking life' bagi yang sudi mendengar cerita menyakitkanku.

Lagu berputar kencang sekali, telingaku seperti berdenging karena intensitas yang kuat itu dan jantungku berdetak semakin cepat dari yang seharusnya terjadi. Aku sudah melakukan sayatan pertama, tak ada darah yang keluar. Percobaan kedua pun belum ada darah yang keluar, hanya bekas sayatan yang kontras dengan lengan pucatku. Dengan penasaran bercampur tekad yang kuat aku menekan silet dua kali lebih kencang, dan aku berhasil! Darah keluar dari lenganku.

Lonely LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang