Chapter 16 : Painful... Painful...

87 7 2
                                    

Oh...

My aspiration in life...

would be...

to be happy.

(Pretty Hurts by Beyoncé Knowles)

***

Luke memukul Harry seperti seorang yang baru saja kerasukan. Harry yang tidak berdaya tidak membalas sama sekali, aku malah melihat senyum Harry mengembang kala pukulan itu meninju wajahnya. Kalau Luke terus-terusan bertingkah seperti ini, dia bisa jadi pembunuh.

"Luke hentikan! " teriakanku terasa sangat lemah. Semua orang disini menonton dengan bersemangat, tidak ada satu pun yang berniat melerai. Mereka seperti sedang melihat pertunjukan tinju saja.

Luke tidak mendengar. Aku tidak bisa tinggal diam. Aku menggapai lengan Luke berharap dengan tenaga lemahku bisa membawa Luke menjauh, sialnya tenaga Luke sedang ada di puncak. Luke tidak bisa aku buat menjauh, malah aku yang menjauh terpental karena sikut Luke mendorong dadaku menjauh. Sakit sekali rasanya. Benar-benar sakit. Amat sangat sakit.

Usaha menyakitkan itu tak sia-sia, Luke berhenti. Dia berlari ke arahku, "Oh, Cher. Maaf. Aku... aku..."

"Ssshh... I'm okay. It doesn't hurt like what you think." dustaku sambil memaksa tersenyum dan mencoba untuk bangkit. Rasa nyeri di bagian dadaku masih sangat terasa, badanku sangat lemah sekarang.

"I'm sorry. It's all my fault."

"Just get over it. I'm okay... but, please don't punch people like that again. I can stand it watching you killing somebody."

"Sorry... aku cemburu melihatmu tadi dengan Harry. Untung saja aku cepat datang kesini kalau tidak entah apa yang setan itu akan lakukan padamu."

Sekarang aku menunduk menyesal, aku malu sekali pada diriku sendiri. Aku sedang berhubungan dengan Luke tapi aku malah menikmati ciuman Harry. I becoming the real slut, right now.

"Maaf. Aku seharusnya menurutimu untuk tidak datang ke tempat ini."

Luke lalu membawaku ke dalam pelukannya. Semua orang bersiul heboh. Sekarang tidak ada yang tidak tahu kalau aku adalah kekasih Luke.

"I told you, bro!" Mike bersorak kegirangan dan menagih uang langsung pada Liam.

Semua orang fokus pada kegiatanku dan Liam, tak lagi sadar ada seorang pria babak belur yang masih dalam posisi tidur di lantai. Tak ada yang sadar juga bahwa pria itu sedang bangkit dari kesakitannya, barulah setelah suara sang pemilik terdengar, suasana heboh tadi langsung menjadi senyap. Luke makin mengeratkan tangannya ke pinggangku, tak mau aku kembali terlepas.

"Well... Kalian berdua memang pasangan yang menyedihkan."

"Harry, don't you dare to open your fucking mouth."

Harry tidak peduli, "Yang satu tidak tulus mencintai dan yang satu tolol karena sudah percaya kata-kata yang satunya."

"Shut the fucking up!"

"Apa maksudmu?" Aku bertanya dengan berani.

"Menyedihkan."

Harry pun pergi begitu saja. Aku rasa kata terakhir itu ditunjukkan padaku. Bukankah aku yang manusia tolol itu? Aku jatuh dalam pelukan Luke padahal sudah jelas Luke tidak tulus padaku. Seandainya ada alat pengukur ketulusan cinta pun aku tidak akan mau menggunakannya pada Luke, biarlah dia tidak mencintaiku, biarlah dia tidak memiliki perasaan yang sama padaku, aku bahkan tidak peduli kalau dia hanya mempermainkanku. Aku bisa bertahan hidup sendiri sejak aku lahir, aku selalu bertahan dengan kelakuan menyedihkan yang Mom torehkan, satu pria yang menyakitiku tidak akan berarti apa-apa, bukan?

Lonely LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang