Chapter 18 : I Have No Choice

114 12 7
                                    

What's wrong, what's wrong now?

Too many, too many problems.

Don't know where she belongs, where she belongs.

She wants to go home, but nobody's home.

It's where she lies, broken inside.

With no place to go, no place to go to dry her eyes.

Broken inside.

(Nobody's Home - Avril Lavgine)

***
"Mom tanya sedang apa kau disini!!!"

Aku memaksa kakiku yang begitu lemas berdiri menopang berat badanku, "Kenapa Mom tidak pernah bilang tentang Cassidy dan Dad!" Aku balas berteriak. Aku yang lebih berhak marah sekarang.

"Jadi kau sudah tahu semuanya?"

"Iya! Aku tahu Mom. Kenapa Mom tidak pernah bilang tentang mereka padaku?"

"Kau sudah tahu semuanya? Kau tahu kalau Cassidy sakit?"

Tatapan Mom berubah nanar. Aku merasakan kesedihan tak berujung dalam manik matanya. Aku beberapa kali melihat Mom melamun dengan pandangan seperti ini tanpa tahu alasannya tapi sekarang semua sudah jelas. Mom sedih karena Cassidy. Dad bunuh diri juga karena Cassidy. Luke dan Harry mendekatiku juga karena Cassidy. Semuanya memusatkan diri pada Cassidy. Aku benci dengan Cassidy. Demi Tuhan, dia sudah mati! Tapi kenapa semua orang tidak ada yang berpaling darinya.

"Dulu Mom yang memilihmu untuk dirawat karena kau yang paling sehat. Cassidy sering sakit dan merepotkan. Mom tidak akan fokus bekerja kalau Mom merawat dia. Keputusan itu Mom sesalkan sampai sekarang... seharusnya Mom membawa Cassidy... dia lebih butuh Mom."

"Lalu, apa Mom pikir aku tidak butuh Mom?" perkataan Mom sungguh membuatku sakit hati. Mom tidak tahu saja kalau aku juga sedang sakit, aku sakit secara mental karena perlakuan Mom. Berkat Mom aku jadi manusia rendah diri seperti ini. Mom yang membentuk diriku menjadi diriku yang sekarang.

"Dia lebih butuh Mom!!! Lihat saja apa yang Mom dapat setelah merawatmu... kau selalu membuat masalah. Kau bersenang-senang. Sementara kakak kandungmu sakit dan menderita. Kalian saudara kembar, kalau yang satu kesakitan, yang satunya juga harus merasakan kesakitan itu."

"Mom gila!"

"Mom memperlakukan kalian secara adil!"

Aku tertawa mengejek, "Ini tidak adil sama sekali buat aku, Mom! Aku masih hidup... aku anak Mom juga. Kalau yang satunya meninggal, harusnya Mom memperlakukan aku lebih baik."

"Itu tidak adil buat Cassidy."

"CASSIDY SUDAH MATI, MOM! AKU YANG MASIH HIDUP! AKU JUGA BUTUH PELUKAN MOM DAN KASIH SAYANG MOM! CASSIDY SUDAH MATI."

Satu tamparan kencang menyentuh pipiku, kilat amarah Mom pancarkan. Tatapan kegemaran Mom---sebuah kebencian, yang selalu Mom arahkan padaku, "Kau lancang sekali! Dia kakak kembarmu! Kau harus hormati dia."

"Buat apa? Dia sudah mati dan dia membuat kebahagiaanku lenyap semua. I hate her, I really hate her and I'm grateful that she's dead."

Kali ini satu tamparan serta jembakan di rambutku yang Mom berikan. "Kau anak kurang ajar yang tidak tahu diri! Dia itu kakakmu sendiri!"

"Mom... perlukah aku ingatkan kalau aku anak Mom juga? Aku juga anak Mom. Aku anak Mom." isakku merasakan perlakuan Mom yang sangat tidak adil. Aku seperti bukan anak Mom sendiri.

Lonely LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang