Chapter 13 : Mr. Know It All

79 11 0
                                    

*****
A/N : sebelumnya makasih ya buat yang udah vote kemarin kemarin. Saya lagi buat target untuk namatin cerita ini karena sudah mau dua tahun cerita ini ada di wattpad dan belum tamat tamat sampe sekarang 😑😑😑. Pokoknya target sih pas bulan agustus bakal selesai atau maksimal bulan september. Doain aja ya. Big thanks once again with all of you. thank you!

***
Mr. Know It All

Well ya think you know it all

But ya don't know a thing at all

Ain't it, ain't it something y'all

(Mr. Know It All - Kelly Clarkson)

.
.

Aku sudah gila. Aku sudah gila. Aku sudah benar-benar gila. Rasanya jantungku tidak bisa berhenti berdegup mengingat bagaimana manisnya ciuman Luke. Aku tidak bisa berhenti memikirkan wajah itu, senyum itu, dan ciuman itu. Jeez, ini sungguh di luar rencana. Aku tidak boleh jatuh hati pada orang itu. Ingatlah, Cher, dia hanya ingin mempermainkanmu!

Semakin aku mencegah wajah orang itu masuk ke alam pikiranku, semakin Luke berkeliaran liar di kepalaku. Sekarang sudah pukul tiga subuh tapi aku sama sekali belum bisa tidur. Hebat... insomnia ini aku alami bukan karena kesedihan seperti biasanya tapi karena seorang Luke dan ciumannya itu.

Aku membuka ponsel dan melihat ada beberapa panggilan masuk dari Luke dan beberapa pesan singkat yang ugh, aku tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata.  Kalimat yang Luke sampaikan dalam pesannya itu terlalu manis. Manis yang berlebihan bisa menimbulkan penyakit mematikan, bukan? Hindari dia Cher, dia itu penyakit! Sekali lagi aku indoktrinasi pikiranku. Lenyaplah kau Luke… Lenyaplah... biarkan aku tidur.

Luke :

Night, ma chérie... have a sweet dreams like you had my sweet kiss tonight. Thanks for the beautiful date today. I enjoy it. Really.

Aku membaca pesan itu untuk kesekian kalinya. Itu pesan pertama yang Luke kirim saat aku dan dia sudah berpisah ke rumah kita masing-masing. Entah kenapa aku tidak bisa tidak bersemu setiap aku baca, sungguh terlalu aneh. Dan sialannya, aku ketagihan membaca pesan itu. Aku sudah benar-benar gila.

Tidak ada satupun pesan singkat yang aku balas. Aku malah berbicara sendiri dengan ponselku dan memaki kalimat-kalimat tentang Luke sudah gila atau aku yang sudah gila. Entah siapa yang lebih gila… kita berdua sudah benar-benar gila. Sangat gila, bukan? Jangan tanya aku kenapa aku berbicara segila ini, karena sekarang aku sedang gila. Aku sungguh berharap bisa menghentikan komentar gilaku sekarang… Gila. Luke harus bertanggung jawab atas kegilaanku.

“Are you satisfied for making me nuts now, huh?” delikku sebal pada ponselku sendiri. I'm positive crazy right now.

Gara-gara sikap gilaku itu akhirnya aku tidak tidur semalaman. Aku terus mengoceh gila yang aku sendiri tak mengerti apa isi ocehanku. Seumur hidup aku selalu diam, karena diam adalah sinonim dari napasku tapi sekarang aku terus berbicara sendiri tanpa henti, tanpa bisa aku kurangi. Apa mungkin Luke sudah menjadi sinonim untuk kebahagiaanku?

Eh, tunggu! Bicara apa aku?!
Luke dan bahagia itu barulah kombinasi yang tidak cocok. Aku tidak sedang bahagia. Aku sedang gila, ingat?

*
Untuk pertama kalinya aku malu untuk pergi kesekolah. Aku malu melihat wajah Luke. Tadi malam saja aku frustasi dengan Luke hingga kehilangan jam tidurku apalagi kalau aku bertemu langsung dengan Luke. Mungkin aku akan bertingkah lebih gila dari pikiran liarku sekalipun, mungkin saja aku akan mencium dan merasakan bibir Luke di hadapan semua murid. Mungkin saja —, Shit!  Apa yang aku pikirkan… itu hal terlarang. Aku tidak akan lagi berada terlalu dekat dengan Luke. Niat awalku adalah membuat Luke iba denganku bukannya malah membuat hal-hal romantis dengan Luke.

Lonely LullabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang