Sandiwara

639 27 2
                                    

"Bantu aku, dan diamlah."

Pelukannya membuatku tak bisa bernafas, namun anehnya terasa nyaman.

Aduh, apa sih yang aku pikirkan?

Sadarlah Vika!

"Rakaaa, itu Rakaaa..."

"Eh bener kan? itu gebetan lo. Liat tuh lagi pelukan."

"Aduh bahaya nih Ris. Gak bener dah."

Kumpulan suara itu semakin lama semakin dekat.

"Bantu gue, buat ngusir mereka."
Dia berbisik, tepat ke telinga kananku.
Suaranya berat, dan dari nadanya terlihat bahwa dia kesal.

"Bales pelukan gue!"

Masih dengan suara bisikannya, membuatku tambah bingung.

Apa aku harus melakukannya atau tidak. Entah mengapa bahwa aku merasa ini salah, kejadiannya berlangsung dengan cepat. Tiba-tiba saja terperangkap pelukan lelaki ini.

"Cepet!"

Ia menarik kedua tanganku dan ditaruh di pinggangnya .

Mungkin karena aku pendek, tanganku hanya bisa ditaruh sampai sana. Salahkan dia yang terlalu tinggi, bahkan kepalaku hanya sampai dagunya.

"Dalam hitungan ketiga lepaskan tanganmu dan berbalik ke arah suara mereka."

Dia mulai memberi aba-aba.

"Tapi gue gak mau," kataku, mulai berbicara padanya.

"Bantu gue aja napa! siap oke! 1.," dia mulai menghitung.

"Kenapa harus gue lakuin?"

"2..."

"Duh gue gak ngerti. Asli! Gak ngerti!"

"3.."

"Hey, Rakaa ya? "

Mendengar suara seseorang membuat ku langsung memisahkan diri dari lelaki ini.

Seorang perempuan berperawakan kurus dan tinggi. Ia cantik sekali, tersenyum kepada kami berdua.
Aku membalas senyumannya, namun tatapan perempuan itu langsung beralih ke lelaki disampingku.

"Kok bisa ketemu disini ya? Entah mengapa, aku langsung senang ngeliat kamu disini. Kata papah katanya bakal ada acara malem nanti ya di rumah kamu? Aku bakal ikut loh kesana, sekalian mau liat mama kamu."

Ia tersenyum manis, sambil terus berbicara sopan layaknya seorang wanita bangsawan jaman dahulu.

Rambutnya yang hitam bergelombang disertai jepitan warna biru menghiasi rambutnya. Layaknya putri, inilah sosok yang aku inginkan.

Dibandingkan aku yang wajahnya biasa saja, dan hanya didukung kulit berwarna kuning langsat , yang sebenarnya sangat menginginkan berwarna putih. Tapi, apa daya, keluarga ku tidak ada yang berwarna putih.

"Gue gak tau."
Satu kalimat menghancurkan semua perkataan wanita itu.
Wanita itu hanya bisa tersenyum, menelan perkataannya.

"Ah, hehe. Yang di samping kamu siapa?" tanya wanita itu.

3 orang temannya saling berbisik-bisik sambil terus melihatku.

Apa yang salah denganku?

"Pacar. Gue pergi dulu."

"Oh, aku nanti.."

Tanpa menunggu perkataan wanita itu. Ia kembali menarik tanganku menjauhi kelompok wanita itu.
Aku tidak menyadari bahwa dia telah menggenggam tanganku.

Setelah merasa agak jauh denga mereka, aku memberanikan diri melepaskan genggamannya.

"Berhenti! Lo mau narik gue sampe kemana?"tanyaku.

Dia berhenti, lalu diam sebentar. Ia melepaskan tanganku dan mulai berkata,
"Sampe sini. Oke kalo gitu. Bye."
Ia mulai berlari namun berhenti,
"Gue tau kok lo seneng gue peluk."
Dia menyipitkan matanya sebelah lalu kembali berbalik.

"Hei! Apaan sih lo!!"teriakku tak terima.
Namun, teriakanku tidak dipedulikannya. Dia sudah berlari menjauhiku.

Aduh, apaan tadi?

Yaampunnn.

Memory Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang