Pelukan

830 35 3
                                    


"Aduh maaf."

Kata-kata itu langsung terdengar nyaring di belakang ku.

'eh' mulutku tak sengaja mengeluarkan kata itu, aku heran dengan respon yang ia keluarkan.

Aku segera membalikkan tubuhku kaku, berhadapan dengan orang yang kutunggu sejak hari itu.

Sejak ia tiba-tiba menghilang..

"Woy, kalo jalan liat-liat lah. Apaan sih, bikin kesel orang. Tiba-tiba aja nabrak." sewot lelaki yang masih memegang handphone, tangannya menjauhkan benda tersebut ke dalam saku jeans.
Raut wajahnya benar-benar terlihat terganggu oleh kejadian tadi.

"Lu lagi, Han. Yang harus minta maaf tuh cewek ini. Kita kan dari tadi jalan biasa ngikut arus kerumunan. Trus tiba-tiba ini cewek nabrak punggung gue, ngeganggu pembicaraan gue, sama incaran gue yang ke tiga nih. Duh, kok lo diem?" sewot lelaki di belakangku.
Ia datang menghampiri lelaki di depanku.
Aku masih terdiam melihat wajahnya, kedua mata itu, terlihat jernih. Tatapannya sungguh membuatku tak berkutik, tenggelam dalam warna kornea kedua mata itu.

"Kamu gak papa?" Tanyanya.

Suaranya bernada rendah, terbawa angin kemudian menghilang. Namun masih terngiang dalam pikiranku. Terus menerus masuk ke dalam memori ingatan.

Satu kata yang membuatku terus diam terpaku.

Tangan itu berada di depan mataku, bergerak-gerak. Keatas lalu kebawah, terus berulang. Hingga aku tersadar saat tangan seseorang menepuk pundak ini dengan keras.

"Aw!" teriakku.

"Nah, baru nyadar nih cewek, kenapa sih? Suka sama cowo yang di depan ini?"

Yang di depan?
Depan mana?

Tangannya menunjuk ke arah lelaki berkacamata itu.

Aduh...

Kalo bener suka gimana?
Anehnya rasa panas ini menjalar menyelimuti pipiku.

"Eh, maaf-maaf. Enggak kok."kataku dengan cepat.

Aku langsung melesat pergi menjauhi mereka berdua terus mencari si wanita pembuat masalah.

Nita,
'Awas aja kalo ketemu sama ini anak, hati gue gak sabar nih buat ngeluarin amarah' hatiku berkata.

Namun aku langsung berhenti saat tanganku tertarik kebelakang, membuat badan ini kembali bertubrukan lagi dengan dada bidang.

Aku yakin ini seorang lelaki.

LAGI.

Aku masih belum bisa sadar, karena perlakuan yang sangat cepat ini.

Dan aku baru menyadari ini saat kedua tangan berada di punggungku, menandakan bahwa lelaki ini sedang memelukku.

Tangannya mendekapku dan ia mengelus kepalaku.

Dengan cepat aku melepaskan diri dari dekapannya.

Ada apa ini?

Apa-apaan sih?

Siapa juga ini cowok?
Tiba-tiba saja memelukku.

Namun, anehnya semakin aku ingin melepaskan diri, semakin kuat dekapannya dalam tubuhku.

"Bantu aku, dan diamlah."

Suara ini, seperti suara yang baru kudengar tadi. Mataku terpejam kembali mengingat lagi.

Mataku langsung terbuka dan aku mengingatnya,

Si lelaki pemegang handphone!

Memory Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang