”Pacar baru lo, ganteng. Wow, gue gak nyangka lo bisa dapetin dia.” Celoteh seorang perempuan yang sedang mewarnai kuku kedua kakinya.
“Iya lah, gue kira bakal susah. Ternyata pola pikirnya gampang ketebak. Dalam hitungan minggu dia nyatain perasaannya. Hahaha.”
Sesosok perempuan berambut panjang dan hitam bergelombang menjawab pertanyaan temannya, ia tertawa saat menjelaskan kehidupan percintaannya dengan lelaki yang baru ia temui 2 bulan yang lalu.Ketiga temannya yang sibuk dengan kegiatan masing-masing tetap saja terus berceloteh dan saling berargumen dengan pemikiran masing-masing. Namun obrolan wanita ini terus memanas saat ia mulai menceritakan lelaki lain yang ia campakan.
“Gue bingung, lo kenapa suka ganti-ganti cowok? Emang satu cowok gak cukup apa?” tanya perempuan lain yang sedang memakai masker, ia berbaring di sofa di ruangan tempat tidur.
Ruangan itu berisi aksesoris yang sudah sangat terlihat jelas diperuntukkan bagi kaum perempuan, baik itu berwarna pink dan boneka-boneka. Bahkan, sampai berbagai kosmetik yang tertata rapi.
Terdapat 4 perempuan yang sedng bersantai dan saling bercengkrama disana. Dinding kamar yang berwarna merah muda dan terdapat satu garis tali yang ditempelkan di dinding atas tempat tidurnya , digantungi foto-foto si pemilik ruangan dengan pemanis kehidupannya.
“Gue bukan berarti suka ganti-ganti cowok tapi pas aja udah putus gue nemu yang lain yang bakal ngobatin kisah percintaan gue,” Ia duduk diatas sofa lalu memakan cemilan nya yang ada di atas meja diantara sofa-sofa yang melingkar.
“Tapi lo punya 2 cowo sekarang?” sahut perempuan yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin dan mencoba kosmetik si pemilik.
“Itu, emang kalo bosen gue biar ada yang nemenin. Lo tau kan terkadang ada yang gak bisa dateng saat gue butuh. Bentar lagi juga gue bakal putusin salah satu diantara mereka.”
“Dulu-dulu lo juga sama yang mutusin nya pasti lo sendiri. Karma bakal datang loh, bahkan lebih sakit.” Lanjut si pengukir cat kuku.
“Tenang aja, kalo karma juga gak papa. Emang kita bisa ngebuat nasib gitu? Jalanin aja.”
“Huh, orang cantik emang suka beda, ya? Bikin jealous. “Ponsel si pemilik ruangan mulai hidup dan berbunyi diikuti getaran-getaran yang terhasilkan oleh panggilan masuk. Layar ponsel yang hidup menampilkan seseorang sedang menelponnya. Nama yang bertuliskan, Rafi.
“Halo?” tanya perempuan itu.
“Lena, kamu dimana? Katanya mau main berdua, yuk kita pergi ke tempat ski.” Ajak lelaki tersebut.
“Oh, kamu gak sibuk sekarang? Kalo gitu kamu dimana sekarang? Mau jemput aku gak?” tanyanya sumringah.
“Hahaha, aku lagi ngumpul sama temen. Kamu ke kafe dulu yang bareng Raka kesana aja ya? Sekalian mau kenalan gak sama temen aku yang lain?” tawa lelaki itu terdengar, suara dari ponsel terlihat bahwa lelaki tersebut sedang tersenyum. Suaranya lembut dan tenang, diiringi tawanya yang selalu memberi semangat pada Lena.
“Yah, Oke deh.” Suaranya mulai merendah menjawab perkataan Rafi.
“Jangan sedih, ayo semangat! Kan mau main.”
“Ok.” Kata wanita itu dan mengakhiri percakapan singkat dengan orang yang spesialnya saat ini.
“Ok, guys. Tampilan apa yang bagus buat gue maen ski saat ini?”
“Lo kan dulu pake tampilan feminim, yaudah pake itu aja. Lo pilih bajunya dan nanti gue dandanin.”suruh Fresa, perempuan di depan cermin.
Lena yang memang sedang ingin pergi keluar, ia jadi bersemangat saat diajak bermain ski oleh Rafi. Anehnya, ia semakin menyukai lelaki itu. Semua yang ada di lelaki itu membuatnya jatuh hati, tidak sesuai dengan perkiraannya yang berfikir bahwa lelaki itu akan membosenkan jika 1 bulan sudah terlewati tapi mungkin semua akan sesuai dengan keinginannya sejak dulu. Kehidupan percintaan yang bertahan lama, meski ia selalu berganti-ganti pacar itu karena ia memikirkan akan perasaan sebenarnya.
Jika tidak dijalani. Lalu , bagaimana cara membuktikannya?
Pola pikir yang ia gunakan sebenarnya merupakan hal yang ia alami dulu saat ia menginjak kelas 3 SMP. Lelaki yang ia cintai dulu mengatakan hal itu. Entah dendam atau pelampiasan, tanpa ia sadari hal itu malah terbenam dalam pikirannya dan dilakukan.
Perjalanan 20 menit sudah terlewati, ia berterima kasih oleh mobil yang berisikan teman-temannya yang mengantarnya. Ia lalu turun dan mulai merapikan rambutnya. Ia tidak munafik namun, jka disangkutpautkan dengan hal menghancurkan hati yang diberikan padanya. Itu hanyalah sebuah permainan yang akan berakhir jika ia menemukan hati yang sesuai dengannya.
Kakinya yang tinggi membuat ia hanya memakai sepatu flat, ia memakai tas selendang kecil. Tangannya merogoh tas itu dan mengeluarkan ponselnya, berniat untuk memberitahu Rafi bahwa ia telah sampai.
Langkahnya terhenti saat melihat seorang wanita yang berlari dan menundukkan kepalanya keluar dari kafe, pundak mereka saling bersentuhan dan diakhiri dengan kata maaf wanita penabrak itu. Setelah wanita itu, lelaki yang memakai kemeja jeans keluar dan menghentikan kembali langkah Lena. Lelaki itu berhenti di depannya.
“Gue gak nyangka lo ada di sekitar gue lagi, Bukan berarti gue benci sama lo. Tapi kalo lo mau balas dendam ke gue, jangan hancurin Rafi. Gue gak bakal tinggal diam. Kalo gue minta maaf lagi saat ini, lo bakal ninggalin Rafi kan? Lo bilang aja semuanya. Jangan memegang tali kehidupan gue.” Kata lelaki itu dan ia melanjutkan langkah kakinya dan suara derap langkah larinya mulai terdengar semkin jauh.
Aku terdiam dan mulai mengingat masa lalu itu, Raka. Lelaki yang mengatakan semua itu.
“Gue mau kita berhenti jalani hubungan yang gak berarti ini. Gak seru sama sekali, gue kira lo itu sesuai sama harapan gue tapi ternyata engga. Selama ini gue cuman ingin tahu gimana kalo kita pacaran. Jika tak dijalani. Lalu , bagaimana cara membuktikannya?”Dialah, yang merubahku seperti ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memory Of You
RomanceAku menyukainya. Salahkah aku? Apakah jika aku menyukainya, semuanya akan berbalik arah dariku? Apakah karena itu aku, bukan orang lain? Lalu firasatku mengatakan, Mungkin kau, yang aku cari selama ini.