Chapter 1

177K 2.2K 101
                                    

Siapa yang tidak tahu novel Dilan? Dia adalah Dilanku tahun 1990.
Anak remaja jaman sekarang pasti tahu  novel karya Ayah Pidi Baiq. Terutama anak remaja di Bandung karena novel ini berlatarbelakang di kota Bandung.

Tapi siapa yang tahu, ternyata ada Dilan remaja versi 2015. Wow! Nama aslinya adalah Alaric Dilanno Gerald. Sebenarnya dulu dia dipanggil Arik, tapi sejak munculnya novel Dilan, Dilan menjadi nama panggilannya.

Dilan punya hobi nongkrong sama temen-temen genknya, kadang sampai malam. Suka bolos, atau mabal kalo lagi pelajaran. Dia juga dikenal sama guru kesiswaan sekaligus BK. Jackpot, baby!

"Dilan!" Dewo, salah satu teman genknya memanggilanya. Aku tahu apa kelanjutannya!

"Ya?"

"Jangan rindu. Ini berat. Kau tak akan kuat. Biar aku saja. HAHAHAHAHAHA" TUHKAN! ketebak!

"Heh! Stop kali sama-samain gue sama Dilan 1990" ujar Dilan sambil menggerutu. Sejak terkenalnya novel tersebut. Anak satu genknya selalu membacakan quote yang diucapkan Dilan 1990. "Terus, panggil gue Arik lagi!"

"Kenapa sih lo gak suka banget dipanggil Dilan?" Sebenarnya aku juga penasaran kenapa Dilan tidak ingin dipanggil Dilan? Hm jadi bingung.

"Karena nama cewek gue bukan Milea" Serentak semua orang yang berada diruangan 3x3 ini menoleh ke arahku.

"Apa?" ujarku pura-pura tak mengerti.

"Tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah" dengan tiba-tiba Deira nyeletuk membacakan salah satu quote dari novel Dilan.

Putus?
Menikah?
Berpisah?

***

"Hanna pasti mikirin kata Deira ya?" tanya Dilan padaku yang sedari tadi hanya melamun menatap Ayam Pecel didepanku.

"Kalau iya kenapa? Kalau engga kenapa?"

"Soalnya kalau iya, itu emang bener. Kalau engga, memang apa yang dipikirin selain aku?" Huh! Dia pede sekali.

"Jadi kamu setuju sama Dilan 1990? So, kamu mau putus sama aku?" tanyaku pada Dilan. Ini mulai serius. Apa dia ingin putus?

"Aku gak bilang gitu, Hanna. Tapi kita pasti putus, soalnya kita masih muda banget buat nikah haha! Kita masih SMA" Ucapannya membuatku mengerutkan dahi berpikir. Iya juga sih, ujarku dalam hati.

"Berarti kamu yakin dong kalau kita gak jodoh?" tanyaku sedikit menantang Dilan.

"Gak tahu sih. Ah! Kalau jodohnya kamu, aku nikahin kamu umur 27" ucap Dilan bersemangat. Semangat kali kau anak muda!

"Kenapa 27? Masih lama dong!"

"Iya! Biar aku punya banyak waktu buat ngumpulin uang buat kamu. Biar nanti kita kalau makan gak dipinggir jalan kayak gini lagi" ucapan Dilan benar-benar membuatku terpaku. Dia bisa-bisanya memikirkan sampai sana sedangkan aku memikirkan bagaimana kita putus. Ugh! Aku benar-benar malu.

"Terus, kalau jodohnya bukan aku?"

"Hmmm.... Sama sih gak ada bedanya. Bedanya nanti kamu jadi mantan! Hahaha" ujar Dilan sambil tertawa tebahak-bahak. Memangnya lucu ya? Aku sedikit tidak rela mendengar bahwa nanti aku akan menyandang gelar 'mantannya Dilan'

"Nasibku sama dong kaya Milea" ujarku dengan muka pura-pura sedih.

"Maybe yes, maybe no"

***

"Dilan"

"Apa?"

"Kamu udah baca Dilan 2 belum?" tanyaku pada Dilan. Kami sekarang berada di sebuah cafe tempat nongkrong anak jaman sekarang.

"Yang ke 2? Yang ke 1 aja belum" matanya tak lepas dari ponselnya yang baru itu. Gaya! " Memangnya kenapa?"

"Gak papa sih" sesungguhnya aku ingin menceritakan tentang Milea di novel Dilan ke 2 ini.

"Hanna, jangan sampai kamu sama-samain aku sama Dilan 1990, karena kita beda" ujar Dilan, kali ini dia menatap tajam mataku tapi tetap dengan aura yang menenangkan.

"Kira-kira nanti kita bakalan kaya Dilan-Milea gak ya?"

"Enggak"

"Kenapa?"

"Hm aku juga gak tahu,sih. Tapi tunggu aja ya. Kalau misalkan kamu tahan sama aku, kita pasti bakal lama. Tapi ujungnya putus. Hahaha"

"DILAN!!"

Suara cowok tersebut membuat kami menoleh ke arah pintu masuk cafe. Disana ada teman-teman Dilan, yang memang janjian di cafe ini. Aku hanya menemani Dilan sampai temannya datang.

"Udah lama lo?" Yang bertanya ini namanya Raihan.

"Lumayan lah"

"Ini nih masa daritadi ada yang gak sabar ketemu Dilan" ujar Dewo sambil menaik-naikan alis dan melirik gadis yang duduk disebelahnya, Janet.

"Apaan sih lu!" Janet yang sedari tadi diam, menimpali Dewo.

"Emh guys, aku pulang dulu ya?" ujarku izin pamit pada teman-teman Dilan.

"Anjrit! Gue gak sadar kalo ada Hanna" Dewo menutup mulutnya dengan tangannya dengan muka kaget

"Santai aja, gue pulang dulu ya. Bye!"

Jadi Janet naksir Dilan?!

***

D I L A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang