Extra Chapter (Reuni SMA)

19.2K 835 76
                                    

Sehubungan dengan terbitnya Milea oleh Pidi Baiq, ini hadiah untuk pembacaku

---------------------------------------------

Sudah menginjak angka 10 tahun setelah angka 10 tahun sejak kelulusan SMA. Dua hari yang lalu, aku mendapatkan email entah dari siapa yang berisikan undangan acara Reuni SMA.

Dan, hari ini adalah harinya. Reuni SMA ini diadakan di SMAku dahulu. Aku sungguh tidak sabar melihat teman-temanku. Karena aku hampir lost contact dengan mereka karena waktu itu kuliah di luar negeri.

Dress code acara ini adalah merah. Jadi aku menggunakan dress merah selutut. Ugh, walaupun umurku bentar lagi 30, tak ada salahnya kan bergaya seperti anak SMA?

Sungguh aku rindu masa SMA!

Aku keluar saat mendengar taksi yang kupesan sudah datang. Dalam perjalanan aku mengingat-ngingat masa SMAku.

Dari, guru yang nyebelin banget, kejadian surprise ulang tahun sampai banjur-banjur air, nginep dirumah temen, bolos satu kelas, camping bareng-bareng, musuhan satu kelas, ribut di perpustakaan, sampai tentang cowok.

Haduh, pokoknya serba-serbi SMA tidak ada yang tidak membuatku tersenyum, bahkan kejadian memalukan pun membuatku tersenyum. Ah Tuhan, andaikan Kau bisa membagia sedikit memori card tentang masa SMAku, akan kubayar berapapun harganya.

Saking sibuknya memikirkan keindahan-keindahan masa SMA, taksi yang kutumpangi sudah berada didepan SMAku dulu.

"Ini, Pak" ujarku sambil memberikan uang 50.000.

Aku keluar, dari luar sudah terlihat bahwa hari Sabtu ini memang hari speaial untuk alumni tahun 2016 karena banyak mobil dan motor berjejer parkir didepan sekolah. Ah, rasanya memikirkan mereka sukses semua senang sekali. Bahkan, pikiranku membandingkan dengan keaadaan depan sekolah dahulu yang banyak motor dan mobil tapi sekarang mobil dan motor itu sudah jadul. Hahaha.

Aku berjalan masuk ke pintu gerbang, aku sudah bisa melihat mereka-mereka yang sudah datang duluan sedang berbincang-bincang, dan bisa kutebak yang mereka bicarakan adalah kenangan masa SMA.

Mataku berusaha mencari keberadaan teman-temanku. Ini aku yang lupa rupa mereka atau wajah mereka yang berubah drastis sehingga aku tak mengenalinya?

"Hanna?" ujar seseorang dibelakangku. Aku menoleh kebelakang lalu menemukan seorang wanita cantik menggunakan dress warna pink dengan perut yang membesar.

Aku mengerutkan alisku, mencoba mengenali siapa perempuan ini.

"Jihane?" ujarku dengan tidak percaya.

Wanita didepanku tertawa ringan. Apa ini benar Jihane? Kalau iya, ini sangat bertolak belakang dengan Jihane yang dulu.

"Kamu orang kesekian yang kaget lihat aku kayak begini. Emangnya drastis banget ya?" tanya Jihane.

"Banget! Lo dulu mirip banget sama si AwAw tahu gak! Sekarang kayaknya Raisa banget!  Aduh, btw Raisa tuh kemana yah udah jarang muncul?" ujarku.

"Yah, soalnya aku baru sadar pas ditaklukin sama suami aku. Sambil cari yang lain, yuk" ajak Jihane. Kami berbincang-bincang sambil mencari teman-teman kami yang lain.

"Ditaklukin siapa sih? Kok gue gak diundang?" tanyaku

"Sama bule, aku nikah di Jerman, pasti kamu juga kalau diundang gak akan dateng" ujar Jihane sambil tertawa.

"Hanna!" tiba-tiba ada yang memanggil namaku, kali ini suara cowok. Aku berbalik dan menemukan Avian dan teman-teman sekelasku. Vian melambaikan tangannya menyuruh aku dan Jihane menghampiri mereka.

"JIHANE?! ALLAHUAKBAR!" teriak Farah dari belakang rombongan Vian.

"Tuhkan..." gumam Jihane.

"Masyaallah, Jihane!" Farah masih terus memperhatikan Jihane.

"Kamu juga berubah kali, Far" ujar Jihane. Ya, memang Farah ini salah satu karibnya Jihane. Kabarnya, Farah ini akan dinikahkan oleh orang Arab makanya penampilannya menjadi seperti ini, serba syar'i.

"Eh duduk-duduk, nanti kalau ada anak kelas kita lagi baru panggil, ya" ujar Vian. Ternyata walau sudah 10 tahun lebih tidak bertemu, sifat nakal dari Vian masih ada.

Kami duduk dikursi yang telah disediakan, seperti biasa cowok-cowok selalu bareng cowok lagi, cewek-cewek juga.

"Eh eh, inget gak sih kita pernha ngomongin reuni waktu dulu. Kita ngomongin 'gimana ya nanti pas kita reunian?' Inget gak?" ujar Tiara. Wah, kalau Tiara ini tidak terlalu berbeda dengan yang dulu, glamor.

"Iya! Lo inget gak kita ngomogin si Meta, kalau nanti kita reunian dia bakal bawa anak banyak! Hahahaha" ujar Rara yang sontak membuat kami tertawa. Melihat kami yang tertawa terbahak-bahak, para cowokpun jadi ikutan nimbrung.

"Terus-terus, si Naya nanti kesini bakal pake daster. Hahaha" ujar Rara. Rara memang termasuk orang yang bisa stand up comedy, walaupun sekarang lagi duduk.

Kali ini giliran Vian yang ngomong, "Inget si Farhan gak? Sekarang dia udah jadi bos besar".

"Dimana?" tanyaku

"Diperusahaannya, tapi dia mah bos besar spesial"

"Kenapa?"

"Gara-gara takut sama istri, BAHHH" ujar Avian yang lagi-lagi membut kami tertawa.

"Eh eh woy! Itu MC nya bukannya si Delon ya?" ujar Tiara, kami langsung menolehkan kepala ke arah panggung. IYA ITU DELON!

Delon memang dari dulu sudah punya bakat bagian MC. Ternyata, impiannya kesampaian juga.

Tiba-tiba Vian yang berada disebelahku berbisik padaku, "Masih sama Dilan gak?"

Aku menoleh padanya dan tersenyum. "Dilan?".

"Emangnya kenapa?" tanyaku pada Vian.

"Kagak sih, gue denger-denger cerita kalian gak berhenti waktu lulus, ya? Lagian kalau udah gak sama Dilan, gue mau deketin lo" ujar Vian.

"Hah? Ya Allah, Vian. Lo bukannya udah tunangan ya? Umur segini mah udah harus serius lah. Lo dari dulu gak pernah serius ya!"

"Iya, tunangan gue jauh di Korea. Dia masih kuliah sampe sekarang, bosen gue nunggunya" kata Vian.

"Ya, ditunggu lah! Ntar giliran cewek lo dilamar orang aja lo baru ngamuk" ujarku.

"Ah jangan sampe. Gue bunuh tuh orang" ujar Vian, bisa dilihat kan teman-teman? Bagaimana seorang Vian yang nakalnya hampir sama dengan Dilan bisa mencintai seseorang sampai segitunya.

Satu jam terlewati, kami terlibat pembicaraan antara pekerjaan dan pasangan. Setiap ada yang baru datang, kami selalu tertawa karena ada beberapa teman kami yang kondisinya sama seperti yang kami bayangkan dahulu.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu, "Oh iya, mumpung kalian semua ngumpul disini," aku membuka tasku dan mengeluarkan sesuatu. "Gue mau ngasih ini"

Jihane terkejut saat aku mengeluarkan benda itu, "UNDANGAN KAMU, HAN?" tanya Jihane. Aku mengangguk.

Rara merebut undangan itu dari tanganku. "SAMA DILAN?!"

***

D I L A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang