Extra Chapter (again)

14.7K 635 48
                                    


"Sumpah demi mati demi hidup demi apapun itu, Ris! Gue bakal bunuh Dilan!" teriakku.

Rissa yang mendengar teriakanku berusaha menenangkanku, "Ya ampun, tenang, Han! Kan belum kebukti"

Aku menggeleng, "Mau bener ataupun salah, kalau kabar buruk tentang Dilan udah nyampe ke telinga gue, gue akan anggap itu sebagai fakta!"

Rissa menggeleng melihatku seperti itu. Oh tentu saja, aku baru saja dapat kabar bahwa Dilan, calon suamiku itu jalan dengan cewek lain.

"Terus lo maunya gimana?" tanya Rissa.

"Anterin gue ketemu Dilan," ujarku.

***
Sesampainya di kantor Dilan, aku langsung turun dari mobil Rissa. Aku menyuruhnya pulang terlebih dahulu, karena aku tahu bahwa ini akan memakan waktu yang lama.

Dengan amarah yang sudsh di ubun-ubun. Aku memasuki ruangan Dilan.

"Dilan!" panggilku saat melihatnya sedang sibuk dengan laptop.

Dilan menatapku bingung. Oh! Kenapa dia harus bingung melihatku berada disini? Apa karena dia memang menyembunyikan sesuatu?

"Hanna? Ngapain disini?" ujarnya sambil menghampiriku.

"Kenapa? Emangnya gak boleh?" ujarku sedikit berteriak.

Dilan menoleh ke kiri dan kanan, "Ssst! Jangan berisik, yang lain kan lagi pada kerja"

Ruangan Dilan memang bukan seperti ruangan Direktur Utama yang lega dan luas. Ruangan ini bukan hanya Dilan yang menempati, tapi ada beberapa orang. Itu pun dihalangi sekat.

"Kamu kenapa?" tanya Dilan.

"Kamu gak mau nyuruh aku duduk dulu?" tanyaku sarkatis.

Lalu, Dilan menggiringku untuk duduk di depan meja kerjanya. Dan dia ikut duduk di kursi di sebelahku.

"Kenapa?" tanyanya sambil melihat wajahku dengan intens. Ugh, bahkan wajah kami hanya berjarak beberapa senti saja.

Aku berdehem supaya menghilangkan kegugupanku, " Tadi aku ketemu Rissa,  kata dia, kamu jalan sama cewek lain. Bener itu?"

Alis tebalnya berkerut, "Kapan?"

Aku menatapnya tak percaya, "Ya mana aku tahu! Jangan-jangan kamu emang sering jalan sama cewek lain lagi!" ujarku menuduhnya.

"Rissa lihat aku dimana?" tanya Dilan.

"Di Sency," jawabku.

"Ah, itu.."

Aku menatapnya penasaran.

"Iya, aku emang jalan sama cewek," ujarnya dengan santai.

Aku melotot mendengarnya, "Apa? Kamu bila—" "Argh! Bener-bener ya kamu! Pernikahan kita tuh tinggal seminggu lagi, Dilan!"

"Ada yang salah kalau aku jalan sama cewek?" tanya Dilan.

"Jelas salah! Kamu itu udah punya calon istri dan itu aku! Kalau kayak gini,  namanya selingkuh!"

Aku berdiri dari dudukku, berniat menyudahi pertengkaran ini.

D I L A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang