Chapter 2

49.6K 1.4K 45
                                    

To: Dilan da cinta

Dilan, kamu dimana?

From : Dilan da cinta

Kamar

Aku langsung memutuskan untuk menelepon Dilan. Ribet kalo harus lewat SMS.

"Halo, Dil?"

"Ya?"

"Hari ini kita mau kemana?"

" Sebenernya aku ada undangan birthdayparty temenku"

"Boleh aku ikut?"

"ok"

***

Berulang kali aku melirik jam dinding di ruang tamu rumahku. Ini udah jam 19.30. Dilan janji padaku akan menjemput jam 7. Gak biasanya Dilan telat, batinku.

Tintin!

Hap. Dengan sigap aku lari ke arah pintu dan membuka dengan wajah senang.

"Dilan!" aku berlari menghampiri mobil Dilan yang terparkir depan pagar rumahku. Aku masuk ke mobilnya dan duduk di sebelahnya.

"Sorry, telat" ujar Dilan saat dia mulai menjalankan mobilnya.

"Iya, gak papa" Entah kenapa aku sangat senang, mungkin karena ini pertama kalinya Dilan bawa mobil? Selama 1 tahun pacaran dengan Dilan, dia selalu bawa motor. Oke. Terserah kalau kalian anggap aku matre. Terserah.

"Dilan, memang ini ulangtahunnya siapa?" tanyaku pada Dilan yang sedang serius menyetir.Hm hari ini Dilan ganteng banget. Dia pakai kemeja dengan daleman putih plus celana jeans. what a style! Bahkan dengan style yang sangat biasa. Dia terlihat mengaggumkan.

"Farel. Kamu tahu kan? Dia itu anaknya artis, jadi meskipun dia cowo, dia kayaknya wajib gitu deh buat ngadain birthday party"

"Apa gak papa aku datang? Aku kan gak kenal sama Farel itu. Takutnya disangka sok kenal gitu dateng tanpa undangan" Aku sama sekali gak kenal Farel, tapi aku datang ke birthdaypartynya. Takutnya disangka sok kenal, kan.

"Santai aja, ada aku"

***

Kami sampai di sebuah rumah besar yang didepannya terparkir banyak motor dan mobil menunjukkan bahwa sedang banyak orang yang mengunjungi rumah ini.

Hal pertama yang muncul dalam pikiranku saat memasuki rumah ini adalah THIS CROWDED PEOPLE ARE SO GLAMOUR. Semua yang berada disini memang terlihat sangat glamour, bisa dilihat dari pakaian yang mereka pakai terutama para cewek.

Dilan menuntunku ke arah kerumunan yang mungkin itu teman-temannya.

Wait?! Itu bukannya Della ya? fyi, Della itu mantan terindahnya Dilan. Gawat deh ini. Bisa-bisa.....

"Arik! Sini!" panggil teman cowoknya yang mempunyai muka seeprti orang arab tapi saat memanggil Dilan, dia punya aksen Sunda. Ingat kan kalo dulu itu Dilan dipanggil Arik?

Saat sudah berada dikerumunan teman-temannya Dilan. Aku sedikit melirik ke arah Dilan. Dilan seperti terkejut melihat Della berada disini. Yang aku tahu, Della putus sama Dilan karena pindah ke Jerman.

"Eits eits eits, sape tuh yang lu bawa? Mulus banget!" ujar salah satu teman Dilan.

"Ehm.. ehm dia.... dia sepupu gue"

DEG

TUHKAN!
Asal kalian tahu, ini bukan pertama kalinya Dilan memperkenalkanku sebagai sepupunya bukan sebagai pacarnya. Sakit. Sudah tahu bukan alasan dia melakukan seperti ini? Della.

Aku gak habis pikir sama Dilan.
Apa dia malu punya pacar kaya aku?
Apa dia masih suka sama Della?
Lalu kenapa dia pacaran dengan aku?

"Widih sepupu lo cantik tuh! Boleh dong gue bawa ke rumah gue!" kali ini yang berbicara adalah Naufal. Aku tahu dia karena dia sangat eksis!

"Gak!" jawab Dilan tegas. "Eh! Yang ulang tahun mana nih?"

"Farel!!" Dilan memanggil Farel, lalu datanglah orang yang bernama Farel itu. Tapi rasanya aku pernah melihat wajahnya ya? Hm dimana tapi?

"Rik! Apa kabar lo? Gak pernah kedengeran sejak lulus smp!" Mereka melakukan semacam salaman 'brother'.  Sebelum akhirnya Farel melihat ke
arahku dan mengerutkan keningnya. Ada apa?

"Hanna ya?" ujar Farel sambil menunjukku. Lho? Kok dia tahu namaku?, batinku. "Gue Farel! Farel temen lo waktu kecil! Anaknya Mami Wulan!"

Tiba-tiba saja otakku teringat saat aku masih kecil. WHAT?! my nerd neighbor has been a hot-handsome-tall man? what a fairytale,lord!

"Fa......rel?" tanyaku dengan terbata-bata. Aku masih tidak yakin dengan sosok yang ada didepanku ini.

"Iya, aduh! Masa lo lupa sih?"

"Abisnya kita udah gak ketemu 10 tahun"

"Ohhh jadi namanya Hanna!" teriak Naufal yang berada di dekat kami. "Kenalin, nama gue Naufal"

Naufal mengambil tanganku dan menjabatnya. "Lo cantik!"

Ugh! Wajahku bersemu merah. Oh, walaupun statusku berpacaran, tapi setiap cewe pasti dong ngerasa baper kalau dibilang cantik.

Tak sengaja aku melirik Dilan. Dia diam saja. Wajahnya juga datar. Apa dia tidak cemburu atau apa gitu?

"Kamu siapanya Arik, Han?" kali ini Farel kembali bersuara.

"Dia sepupu gue." Tegas. Dingin. Itu lah yang aku rasakan saat mendengar ucapannya. Aku tersenyum kecut saat dia masih memperkenalkanku sebagai sepupu.

"Naufal, sorry. She is mine!"

D I L A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang