Chapter 6

23.3K 1.1K 24
                                    



Sudah satu minggu ini, Dilan tidak mengabariku. Aku bukan cewek yang munafik. Aku bahkan tenang-tenang saja jika Dilan tidak menghubungiku.

Satu minggu ini rasanya hidupku tenang, bebas. Entahlah, tapi aku rasa aku lebih enjoy jika sedang bersama Farel.

Jelas, aku masih sayang sama Dilan. Tapi rasanya itu semakin berkurang hari ke hari. Tadinya 100%, sekarang hanya 70%

Aku tidak terlalu mementingkan Dilan karena pelajaran disekolah sepertinya butuh perhatianku lebih banyak. Nilaiku memang tidak menurun tapi aku harus lebih rajin karena sebentar lagi aku lulus. Tentu saja aku ingin masuk universitas yang bagus.

Selama satu minggu ini aku rajin sekali bulak-balik perpustakaan hanya untuk membaca. Aku suka suasana perpustakaan yang hening, tertutup. Jadi, tidak ada yang menggangguku.

Dilan? Dia sepertinya semakin hari semakin nakal. Kalau dulu setiap istirahat dan pulang kami bertemu, sekarang aku tidak pernah melihatnya. Mungkin dia sering bolos. Akupun tidak ada niat menegurnya seperti dulu. Males.

Sepertinya juga dia sedang dekat dengan Janet. Aku sering melihat path nya Dilan selalu checkin bersama Janet Clatiss. Memang tidak hanya berdua, tapi.... yasudahlah.

Kalian menanyakan Della? Gadis itu seakan menghilang dari peradaban. Aku pernah bertanya tentang Della pada Farel, tapi dia juga tidak tahu dimana gadis itu.

Hubungan kami masih dengan status pacaran , tapi pada nyatanya kami seakan tidak punya hubungan apapun.

"DOR!"

Aku melonjak kaget. Aku menoleh melihat siapa yang berani-beraninya mengaggetkan aku. Teng! Aku menemukan si playboy menyebalkan, Naufal.

"Apasih lo" ujarku pada Naufal. Ini orang emang ngeselin parah.

Naufal  meloncati kursi taman panjang ini lalu duduk di sampingku. " Dari jauh gue merasakan ada hawa hawa aura galau gitu, terus semakin kesini semakin kuat. Gue liat cewek ngelamun gak jelas gitu. Eh pas disamperin ternyata elo"

Sebel bangetkan si Naufal ini.

"Kenapa sih?" tanya Naufal.

"Gue gak jawab juga kayaknya lo udah tau"

"Arik? eh lupa, Dilan ya?" tanya Naufal

"Gue bilang 'engga' pun percuma"

"Sensi banget lu! Lagi ngapain disini?" sepertinya Naufal ini selain menyebalkan dia juga cerewet.

"Sebenernya tadi lagi nungguin temen, tapi dia gak jadi dateng" ujarku dengan sangat tidak semangat.

"Terus lo diem disini useless dong?" Tanya Naufal yang hanya dibalas anggukan olehku

"Lo tau gak Arik sekarang gimana kabarnya?" mendengar nama Dilan lagi saja aku sudah capek. Tidak ada niatan untuk menjawab. "Han,"

"Gak tahu dan gak mau tahu. Kalau lo mau ngomongin dia terus mending gue pergi dari sini. Silahkan ngobrol sama kursi" kataku lalu beres-beres buku yang kubawa dan siap-siap pergi.

"Hanna!" itu bukan suara cowok, ini suara cewek. Aku menoleh dan menemukan Steffi berdiri di depanku sekitar 2 meter. Tiba-tiba aku merasakan cekalan ditanganku semakin kuat. Oh! Sejak kapan Naufal memegang tanganku?

Aku mencoba melepaskan tanganku dari Naufal, tapi dia malah semakin memegangku erat sampai aku merasakan sakit. Aku melihat ke arah matanya. what the hell?! Matanya berubah menjadi warna merah pekat.

Entah darimana tapi aku merasa mendengar suara Naufal menyebutkan 'MATE'

***

eaa berubah haluan!
jangan lupa buat add (@)ggd0769b di line!! OKKK?! bisa tanya-tanya soal Dilan atau cerita wattpad yang lain.

D I L A NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang