Part 8

109 6 0
                                    

Riana POV

Aku merasa hari ini begitu melelahkan. Hari ini di kantor sedikit sibuk sehingga pikiranku banyak terkuras.

Mandi di malam hari menjadi alternatif merelaksasi tubuhku ini. Seusai mandi tubuhku rasanya sangat segar dan letihku hilang.

Hmmm sebaiknya aku segera tidur.

Tok tok tok.....

"Na, kamu belum tidur kan? Boleh mama masuk?"

Suara mama membuat rasa kantukku hilang.

"Belum ma, masuk aja"

Aku membukakan pintu kamarku.

"Gimana tadi di kantor? Capek ya?"

Tumben sekali mama menanyakan hariku.

"Baik, hanya sedikit sibuk. Mama mau bicara apa?"

Aku memang tidak terlalu suka basa-basi. Sama persis seperti papa.

"Kamu ini lho, tau aja mamanya mau ngomong sesuatu.
.
Gini Na, mama sama papa udah sepakat jodohin kamu sama anak temennya mama"

Aku diam mencerna perkataan mama barusan.

"Terserah mama saja. Tapi kalau tidak cocok Ana mohon jangan paksa Ana ya ma. Ana janji akan melakukan pendekatan sama pilihan mama itu."

Aku mendesah pasrah dengan keputusan orangtuaku ini.

"Tenang aja Na! pilihan mama pasti cocok sama kamu"

Mama memelukku tanda bahagia atas keputusanku.

Gak ada salahnya mencoba perjodohan ini.

*****The Right Guy*****

"Tolong siapkan berkas untuk meeting nanti siang."

Aku mengangguk mengiyakan perintah boss baruku itu. Iya, siapa lagi kalau bukan Bani.

Bani, eh Pak Bani orang yang sangat aneh. Di luar pekerjaan dia bisa menjadi penggoda ulung, tapi kalau sudah di kantor dia akan berubah menjadi boss yang paling garang yang pernah ada.

Sepertinya dia bipolar. Sungguh menyeramkan.

Semenjak mama mengatakan akan menjodohkanku, hariku menjadi sedikit lebih baik.

Awalnya aku memang merasa keberatan dengan perjodohan ini, tapi aku terus memaksa diriku untuk berpikiran positif mengenai semua ini.

Setidaknya mama dan papa tidak mungkin asal memilihkan pasangan untukku. Realitanya pernihakan atas dasar perjodohan tidak selalu gagal. Mama dan papa dulu juga hasik dari perjodohan.

Dan jodoh kan bisa datang dari berbagai arah, mungkin saja dia, yang akan dijodohkan denganku, adalah pria yang tepat yang selama ini kutunggu-tunggu.

Aku tersenyum sendiri memikirkan kemungkinan-kemungkinan positif yang akan terjadi.

"Hey! Kenapa kamu masih disini? Bukankah saya menyuruhmu menyiapkan berkas untuk rapat."

"Pak Bani ini mengganggu lamunan saya saja! Huh!"

Aku refleks meneriaki Pak Bani.

"Kamu ini sekretaris saya! Kamu mau saya pecat?!"

Pak Bani sangat tampan,eh maksudku sangat menyeramkan saat marah seperti itu.

"Eh maaf Pak, saya tidak sengaja"

Duh pagi - pagi udah kena semprot aja nih.

*****The Right Guy*****




Haloo, lama ga update nih. Maafin Author ya. Maklum Author kelas XII jadi lagi sibuk-sibuknya. :)

Jangan lupa Vomment nya :)
Thank U^^

The Right GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang