Part 10

97 6 0
                                    

Cobalah untuk mengenalku,sebut namaku agar kau terbiasa.

Pagi ini aku berangkat ke kantor seperti biasanya. Aku sangat bersemangat pagi ini. Tentu saja karena pagi ini ada yang berbeda. Ya, hariku diawali dengan sebuah pesan singkat.

From : Arfa

Selamat pagi, semoga harimu menyenangkan. :)

Pesan sesingkat itu mampu membuatku tersenyum sendiri.

Aku kayak ABG puber aja.

*****

"Wow, apakah hari ini begitu cerah?" Bos bipolarku, maksudku Bos bipolar kantor ini, dia memang sangat aneh.

"Di luar mendung,Pak" Ku jawab tanpa melihatnya karena memang aku sedang sibuk dengan pekerjaanku.

"Ya,aku tahu. Tapi wajah sekretarisku begitu cerah hari ini" Aku melihat wajahnya,dia tersenyum simpul. "Apa kamu baru saja mendapat rejeki nomplok?"

"Tidak, saya hanya...."

"Tunggu, kalau kita sedang berdua jangan gunakan bahasa formal lagi. oke?"

"baiklah, aku tidak mendapat rejeki nomplok, cuma moodku sedang bagus" aku menjawab sambil tersenyum tulus. Efek pesan dari Arfa masih membekas. Hihi

*****

"Teruskan saja mood bagusmu itu, kantor jadi lebih nyaman,Haha..." Bossku ini selalu saja membuatku kesal. Dia menyindirku seakan moodku tidak pernah bagus selama ini. Sepertinya memang baru kali ini moodku bagus hehe

"Daripada terus menggangguku lebih baik kamu pelajari berkas untuk meeting setengah jam lagi" Kataku datar menanggapi perkataannya.

"Em.... Ana, boleh aku tanya sesuatu padamu?" Aku menaikkan sebelah alisku mendengar nada bicaranya yang hati-hati.

"Boleh"

"Apa kamu sudah memiliki pasangan? Emm maksudku, aku tidak pernah melihatmu dijemput seorang lelaki" Dia bertanya sambil menggaruk tengkuknya yang aku yakini tidak gatal.

Kontan aku tertawa melihat tingkahnya yang aneh. Dia terlihat grogi.

"Hey! kenapa kamu ketawa? apa ada yang lucu?!" Dia terlihat kesal bercampur malu. Lucu sekali wajah boss tampanku ini. Ya ampun Ana, kamu baru saja mengakui boss mu ini tampan! biarlah, memang dia tampan.

"Haha, gimana mau dijemput lelaki kalau punya pasangan saja belum,Pak! Dan jangan pasang wajah seperti itu! Sangat menggelikan!"

Dia menatapku tajam seolah menegaskan ketidak sukaannya. Baiklah, aku menghentikan tawaku, aku tidak akan tahan ditatap seperti itu.

"Oke oke, aku berhenti tertawa. Stop menatapku seperti itu Pak!"

"Panggil aku Bani saat sedang berdua dan diluar kantor. Dan kenapa kamu belum punya pasangan Na?" Aku menggeleng tanda tidak setuju. Bagaimana aku bisa memanggilnya hanya Bani padahal dia CEO disini.

Matanya melotot melihatku geleng - geleng. Ya udah lah nurut aja. Sabar Na, kamu harus terbiasa dengan mata melototnya itu. Fighting Ana!

"Kamu sendiri kenapa belum berpasangan Pak? Emm maksudku, Bani" Aneh sekali rasanya dimulutku ketika hanya memanggil namanya tanpa embel-embel 'Pak'.

"Eh.. aku memang belum mau. Belum ada wanita yang menarik untukku. Eh kenapa kamu balik tanya sih!"

"Duh mentang - mentang CEO tampan, terus tidak ada wanita yang menarik!.... Ck!" Aku mendecak meremehkannya "Ya... alasanku masih sendiri ya kurang lebih sama lah sepertimu Ban!"

Bani tersenyum miring. Aku tau jenis senyuman ini, senyuman yang biasa digunakan untuk menggoda wanita. Dih! aku tak akan tergoda. Tapi dia benar-benar mempesona dengan senyuman itu. Sadar Na!

"Jadi menurutmu aku tampan huh?" Sial! kenapa tadi aku keceplosan kalau dia tampan. Huh!

"Hey! sudang saatnya meeting, kita sebaiknya bergegas!" Aku harus menyembunyikan wajahku, pasti wajahku sudah sangat merah menahan malu.

*****

Sudah jam 4 sore, saat yang aku tunggu - tunggu. Apa lagi kalau bukan jam pulang kantor.

Bip bip!

Handphone-ku berbunyi menandakan ada sebuah pesan masuk.

From:Arfa

Aku menunggumu diluar,Ana.

Arfa menjemputku??? Arfa??? Bagaimana dia tahu kantorku dan jam pulangku. Lebih baik aku segera menemuinya.

Aku melihat sebuah mobil hitam di depan kantor seperti sedang menunggu seseorang. Apa itu mobil Arfa?

Sedetik kemudian kaca mobil itu diturunkan menampakkan sesosok lelaki dengan setelan jas kantor rapi berwarna biru. Laki - laki itu melambaikan tangannya kearahku, menyuruhku untuk mendekat ke mobilnya. Laki- laki yang manis dan cukup tampan. Laki - laki itu Arfa.

Aku mendekat kearah mobilnya lalu masuk, duduk di samping pengemudi.

"Sudah lama menunggu ya?"

Arfa menggeleng sambil tersenyum manis menjawab pertanyaanku.

"Mau menemaniku makan?

The Right GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang