04 | Another Boy

4.6K 631 37
                                    


Fantasi macam apa ini?

Apa mimpiku belum selesai?

Meadow mengusap matanya kasar sehingga pandangannya sedikit buram. Otaknya tak bisa menerima bahwa sosok laki-laki itu memiliki wajah persis -- hampir tak ada yang membedakannya -- dengan Sawyer.

Sementara, Spencer dengan senyum brilliant-nya seakan tak lagi tabu dengan reaksi semacam ini. Sudah cukup sering orang-orang mengira dirinya adalah Sawyer -- dan begitu pula sebaliknya.

Dia hanya menganggukkan kepalanya sambil terkekeh. "Tak perlu bingung. Aku juga butuh waktu lama untuk bisa bercermin tanpa terkejut melihat betapa miripnya kami."

Spencer beranjur satu langkah dan memutar bahunya untuk melemaskan otot-ototnya yang tegang.

"A-Aku hanya... Ku kira kau... kau adalah Sawyer?" jawab Meadow terbata-bata. Matanya mengidentifikasi dengan lekat laki-laki itu. Tubuhnya jangkung dengan bahu yang lebih tegap dibandingkan Sawyer. Rambutnya pun berwarna hitam dengan poni yang di cat blond. Dia tampak cool sedangkan Sawyer terlihat seksi. Kalau saja Meadow lebih jeli, mungkin ia akan menemukan banyak perbedaan fisik antara Spencer dan Sawyer. Namun jelas, dua bersaudara itu sama-sama memberi serangan jantung kecil kepada Meadow.

"Ibuku kadang lupa memberitahu orang kalau dia punya anak kembar. Well, secara teknis kami bukan kembar identik sih. Hanya hampir serupa. Eh, tadi kau bilang tentang menolong adikku di sini. Maksudmu?" Spencer memegang sebotol minuman energi dan menelan setengah botol dalam satu tegukan. Rambut hitam kelamnya meneteskan keringat ke bahunya.

Sejujurnya Meadow lebih tertarik untuk menyeduh segelas teh atau kembali ke ruang tamu. Tetapi, Spencer melemparnya sebuah botol yang sama dengan miliknya yang segera disambut dengan tangkapan tepat Meadow. Spencer memuji gerak reflek Meadow.

"Terima kasih. Aku kesini untuk bekerja paruh waktu. Dan ternyata mengurusi satu remaja laki-laki tidak semudah yang kubayangkan. Beginilah akhirnya."

"Begini bagaimana?" Spencer menyisir rambutnya dengan jemari dan bertumpu sikut di atas island di depan Meadow.

"Kami bertengkar di jam pertama," ujar Meadow dengan bibir bawahnya condong ke depan.

Tak butuh waktu lama untuk tawa Spencer menggema ke segala pelosok rumah itu. Meadow bersumpah ia melihat air mata di ujung matanya ketika Spencer meringis kegelian. "Maaf, tapi itu lucu sekali. Seburuk itukah adikku?"

Meadow memandangnya sejenak untuk memproses kata-katanya tadi. "Jadi, kau lebih tua dibandingnya?"

"Yeah, begitulah. Tapi mungkin 'tua' bukan kata yang tepat. Dia terlambat keluar tiga menit dariku." Spencer mengernyitkan dahi dan meneguk habis minumannya.

Meadow tak kunjung meminum minuman itu. Ia hanya mengayun-ayunkan benda itu secara perlahan dengan tangannya yang sedari tadi bergelantung lemas. Panasnya hari itu, tidak membuat se-senti rumah pun sejuk.

Ditambah sekarang matanya melotot. Meadow menarik napas dalam-dalam seperti kekurangan oksigen. Rupanya, Spencer melucuti hoodie nya dengan satu gerakan cepat. Memampangkan segala keindahan bentuk tubuhnya yang tak kalah menakjubkan dari Sawyer.

Ya ampun! Mengapa semua laki-laki di sini suka bertelanjang dada sih?

Meadow segera berbalik arah dan bergegas kembali ke ruang tamu. Kemudian yang selanjutnya terjadi mungkin sangat tepat dengan peribahasa "sudah jatuh, tertimpa tangga pula". Belum sempat ia menanamkan pijakkan keduanya, wajah Meadow menabrak sebuah figur keras dan tinggi, mengakibatkannya untuk goyah mundur. Beruntung tangan kuat segera meraihnya dari segala kemungkinan gaya jatuh yang bodoh. Tetapi, keberuntungan itu berubah saat suara berat menyebalkan itu terdengar di telinga Meadow.

The Tale of Meadow and The Mischievous GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang