Bayangannya akan tenggelam konyol di kolam tadi membuat Meadow Baker bergidik. Ia mendekap tubuhnya dengan rapat. Tangannya bergerak menghangatkan lengannya, mencoba menghentikan bulu kuduk yang mulai berdiri. Ternyata bukan hanya karena udara dingin membelai tiap jengkal tubuhnya yang basah, namun juga tatapan tajam laki-laki di hadapannya.
Sawyer Freeman berdiri tak jauh dari gadis itu--tepatnya di samping pintu kamar mandi pribadinya. Tanpa aba-aba ia hendak melemparkan sebuah handuk tebal ke arah Meadow. Dan bila handuk itu mendarat di kepala pirang gadis itu dengan keras, bukan berarti ia tak sengaja.
Meadow menangkap handuk yang sengaja menimpuk wajahnya. Kesabaran dalam menanti suhu tubuhnya kembali, kini hanya setipis pakaiannya yang basah. Ia segera membalut tubuhnya dengan handuk tebal itu. Pipi dan bibirnya tak dapat membohongi mata manapun jika air kolam sangat dingin bahkan meskipun bulan ini panas masih menyengat.
"Kau bisa mengeringkan tubuhmu di kamar mandi utama dan mencuci pakaianmu di ruang laundry," ucap Sawyer mengacungkan ibu jarinya, "seperti dulu."
Meadow hampir saja memuntahkan kata-kata dinginnya kalau saja Sawyer tidak menambahkan perkataannya barusan dengan senyuman nakal seperti biasa--khas Sawyer. Meadow mengumpatkan sumpah serapah dalam hati dan hendak melangkah keluar. Ia tak tahan dengan udara dingin. Tapi secepatnya ia berhenti, kemudian berpaling kembali. Ia menghalau keinginannya keluar dari sana cepat-cepat dan malah berjalan kembali semakin dalam. Di hadapan Sawyer ia berdiri. Lekas ia menggagalkan pintu kamar mandi yang hendak tertutup itu dengan tangannya dan tampak wajah Sawyer bingung.
"Uh... bisakah aku meminjam pakaian?" Meadow menelan ludah. Ia tak percaya ia mengatakan pertanyaan semacam itu.
Sawyer dengan cepat membalasnya. "Eh? Di sini tak ada pakaian wanita lagi. Kamar Ibu terkunci."
Memang benar apa yang dikatakan Sawyer. Meadow pun tahu akan hal itu. Tapi bukan pakaian Liz yang Meadow maksud.
Meadow tersipu hanya dengan memikirkannya. "Aku tahu. Maksudku, apa kau punya pakaian yang sudah tak kau pakai lagi?"
Sawyer pun mengerutkan dahinya. Paham bahwa gadis itu bermaksud meminjam pakaiannya.
"Di sana," telunjuk Sawyer menghadap ke arah lemarinya di pinggir ruangan, "temukan sesuatu yang bisa kau pakai di sana."
Meadow mengangguk dan mengucapkan sopan santunnya. Sawyer pun mengedipkan matanya dan kembali menutup pintu kamar mandinya.
Napas Meadow menjadi sedikit tidak teratur. Perutnya seperti merangkak ke dalam dadanya. Aneh. Tangan kecilnya ragu-rahu menyentuh lemari besar di sana. Jemarinya mengincar ujung pintu lemari untuk membukanya. Dan seketika segala isinya pun terpampang. Namun, untuk sepersekian detik, Meadow cukup terkejut karena isinya sama sekali berbanding terbalik dengan ukuran lemari itu.
Tanpa banyak melihat-lihat, ia mulai mengambil salah satu kaus dari tumpukan paling bawah. Firasatnya mengatakan kaus itu tidak lagi menjadi favorit pemiliknya untuk dikenakan sehari-hari. Meadow pun menutup lemari itu sambil menggenggam kaus pilihannya.
Di tengah langkahnya menuju pintu, mata Meadow menyapu satu persatu kamar Sawyer. Saat fokusnya terhenti pada meja belajar Sawyer, rasa penasarannya muncul ke permukaan. Meadow teringat pada satu foto unik yang tak sengaja ia temukan dulu. Anehnya, ada perasaan asing yang berharap untuk melihat foto itu lagi, kali ini.
"Apa mungkin?" Meadow berbisik. Ia mendekat pada meja itu untuk melihat lebih dekat. Lebih dekat untuk memastikan satu wajah yang masih membayangi rasa penasarannya.
Mata birunya mengawasi satu persatu bingkai-bingkai foto yang masih tersisa di atas sana. Foto-foto itu tidak lagi terlihat sebanyak yang Meadow ingat. Mungkin Sawyer memutuskan untuk melempar sebagian foto ke dalam kardus dan mendekapnya di gudang? Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Meadow and The Mischievous Guy
Teen FictionBagi Meadow Baker, Sawyer Freeman adalah segala hal yang membuatnya "alergi" dan memberinya 1001 alasan untuk marah-marah. Si perfeksionis berambut pirang kecoklatan itu sebenarnya memiliki nol toleransi terhadap ketidakpatuhan, egoisme, dan keseme...