Pernahkah kau merasakan seperti ada jarum-jarum tajam yang mengisi rongga-rongga di dadamu sehingga begitu menyesakkan?
Meadow merasakannya saat ini. Entah sejak kapan cerita yang barusan didengarnya menjadi menengangkan - layaknya semua film thriller bajakan yang selalu Harper beli. Sawyer, masih menatap kosong tanpa tujuan terus menggerakkan bibirnya tanpa memperhatikan ekspresi lawan bicaranya.
Meadow tak pernah mendengar pengalaman semacam ini. Terlebih untuk duduk seruangan dengan pelakunya. Bola mata birunya terpaku pada bibir Sawyer serta rahangnya yang tegas. Dan seperti terhipnotis, cerita itu memicu perasaannya untuk ikut terbawa arus suasana.
Buaian imajinasi Meadow buyar saat derit engsel pintu rumah membuatnya sedikit terkejut. Ia putarkan kepalanya cepat untuk mencari pengganggu yang menyela pembicaraannya dengan Sawyer. Sampai beberapa detik, muncullah wajah Spencer dari balik daun pintu.
Meadow menghembuskan napas lewat mulutnya yang membawanya pada relaksasi. Kupikir siapa, umpat Meadow.
Punggungnya yang berkeringat kembali ia senderkan pada sofa. Pandangannya tertuju pada Sawyer yang sedang memasukkan berondong jagung banyak-banyak ke dalam mulutnya.
Hidung Meadow berkerut. "Aku bingung. Itukah yang kau sebut mulut?"
"Memangnya kau pikir apa?" balas Sawyer tanpa melepaskan TV dari pandangannya. Suaranya kini tak lagi terdengar seserius beberapa menit yang lalu. Meadow yakin dirinya telah sepenuhnya kembali kepada Sawyer si Bodoh.
"Kupikir itu semacam lubang hitam seperti di luar angkasa sana. Pernah dengar black hole ?" Meadow mendecak setelah melontarkan pertanyaan retoriknya, namun kali ini Sawyer tak menggubris dirinya.
Meadow melipat kedua tangannya dengan kedua kaki bersila di atas sofa. Mendadak tawa menggelegar terdengar dari arah pintu masuk. Gemanya seperti peluruh yang memantul ke setiap sisi rumah. Tawa itu tak terdengar seperti Spencer sendirian. Dia bersama orang lain. Saat Meadow hendak beranjak dari empuknya sofa, bayangan dua laki-laki bergerak ke arah Meadow yang tengah mengangkat bokongnya.
"Oh hei, Meadow! Kau kembali lagi hari ini!" seru Spencer di antara jeda tawanya. Meadow mengangkat dahinya dan tersenyum kecil bersamaan saat ia menyadari kehadiran seorang laki-laki lain dengan postur tegap.
"Halo." Terdengar sapaan dengan aksen Australia pekat dari mulut laki-laki itu.
"H-Hai," balas Meadow.
"Perkenalkan, ini sobatku Andrew dan saudarinya Ariana," jelas Spencer sambil menepuk pundak Andrew yang sedikit lebih tinggi darinya.
Meadow tertegun, kemana yang satunya?
Matanya mencari-cari satu sosok Ariana. Seperti tahu kebingungan Meadow, Andrew mengangkat bahunya dan menyingkir ke kiri sedikit. "Oh, ini dia Ari."
Muncullah gadis yang terlihat tak lebih tua dari delapan belas tahun dengan celana pendek biru, crop tee hijau, dan rambut yang dicat merah dikuncir berantakan menyerupai bulatan besar di kepalanya. Meadow tertawa mengumpat saat menyadari betapa kecilnya tubuh gadis itu terlihat bila bersanding dengan Andrew yang tinggi semampai dan memiliki tulang yang seakan hanya dibungkus otot.
Lalu, Andrew mengulurkan tangannya untuk sebuah jabatan tangan. Meadow yang tak membiarkannya menunggu lama, meraih tangannya dan mengayunkannya ke atas dan bawah. "Meadow."
Begitu kecil terasa tangan Meadow di dalam genggaman Andrew. Telapak Andrew besar dan kasar namun hangat. Jika saja apa yang menjadi respons Andrew selanjutnya tak terjadi, Meadow tak akan menyadari jabat tangan itu telah berlangsung lebih lama dari jabat tangan normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Meadow and The Mischievous Guy
Fiksi RemajaBagi Meadow Baker, Sawyer Freeman adalah segala hal yang membuatnya "alergi" dan memberinya 1001 alasan untuk marah-marah. Si perfeksionis berambut pirang kecoklatan itu sebenarnya memiliki nol toleransi terhadap ketidakpatuhan, egoisme, dan keseme...