02 | How Not to Bargain

6.5K 749 54
                                    

Banner by retardataire

----------------------------------

SETIAP HARI, SEJAK DAHULU, BERSABAR adalah satu-satunya cara yang membantumu tetap hidup, atau ... tetap jauh dari balik silinder-silinder besi ruang tahanan akibat mencekik seseorang yang berusaha merusak harimu.

Seorang Meadow Baker sangat ahli dalam hal itu. Menjadi perfeksionis pada akhirnya memang sulit. Itu mengartikan dirinya harus banyak bersabar pada hal-hal bodoh yang dilakukan orang-orang. Well, dunia selalu memberimu banyak alasan untuk menjadi jengkel, bukan?

Hanya saja, Meadow tidak menyangka bahwa pekerjaannya kini berbeda dari biasanya. Saat ia berpikir dunia akan terasa membaik karena telah menemukan pekerjaan, ternyata pekerjaan tersebut adalah mengasuh "bayi besar" yang sangat nakal. Menyenangkan sekali!

"Apa kau akan terus diam saja dan menghiraukanku?" Dahi Meadow mengerut. Alisnya menyempitkan celah.

Kata-kata itu mungkin meluncur dengan sedikit ... ekstra. Tapi, Meadow memang tidak mencoba untuk menjadi terlalu ramah. Kesabaran gadis itu tidaklah seberapa dan laki-laki ini tampaknya hendak mencari tahu seberapa besar ledakannya ketika kesabaran itu habis.

Meadow kini beranjak dari sofa nyaman itu, lalu berdiri tepat di hadapan Sawyer yang tengah menikmati apapun itu pemandangan di layar ponselnya. Tangannya menggaruk pangkal kakinya, tepat di mana "daging" itu berada. Meadow hanya mengerutkan hidungnya.

Ew!

Belum sampai ia membalikkan badan untuk menjauh, Sawyer pun mengangkat matanya dengan malas dan menghela napas. "Apa yang kau lakukan di sini? Pergilah."

Sawyer melambaikan tangannya, sebuah tanda pengusiran. Ia kembali pada ponselnya. Meadow? Ia sedang berusaha keras untuk tidak terlihat marah ... atau terlihat hendak menyekik. Ia sangat bingung, bagaimana mungkin laki-laki yang sama membuatnya mabuk perasaan dan marah dalam waktu kurang dari satu jam.

"Aku tidak akan pergi. Aku datang ke sini untuk mengurusmu. Sesuai apa yang ibumu katakan. Ingat?"

"Jadi?" balas Sawyer tanpa peduli menengok ke arah lawan bicaranya. "Aku tidak melihat kesempatan untuk mengundurkan diri dan pergi itu tidak ada sama sekali."

Ha-ha ... betul sekali. Rasa sakit di perut itu datang ketika kau tahu musuhmu mengatakan hal yang benar.

"Well, kalau aku ... pergi, i-itu akan membuatku tampak sepertimu," toreh Meadow. Tubuhnya menegang. "Yeah, tidak bertanggung jawab."

"Kau serius? Kau membahas hal itu?"

"Maksudku, ayolah! Kau harus bekerjasama denganku kalau kau ingin semua ini berjalan dengan baik."

Kini Sawyer membalas tatapan Meadow. Mata dingin itu terasa melucuti setiap jengkal tubuhnya. Ke atas dan ke bawah, hingga ia berhenti di bawah dagu gadis itu. Ujung bibirnya tersimpul ke atas. "Untuk apa aku bekerja sama? Gadis berdada kecil."

Darah Meadow seketika naik ke ubun-ubun. Tampak wajah pucat itu kini merah padam. Apa yang baru saja ia dengar? 

Oh Tuhan, laki-laki ini tidak benar-benar mengatakannya!

Tidak seorangpun, tidak seorangpun, yang tidak terlahir dengan dada kecil boleh mengatakan hal seperti itu.

"Apa yang baru saja kau katakan? Sial! Dengar, aku di sini karena ibumu memintaku untuk membantumu, bukan berdiri untuk mendengar ujaranmu yang bodoh." Meadow menarik napas seraya memejamkan matanya. Semoga Meadow hanya tahu laki-laki ini benar-benar terberkati, karena jika tidak, Meadow sudah mendaratkan tinjunya tepat di wajah acuh itu sedari tadi.

The Tale of Meadow and The Mischievous GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang